27 Februari 2023
JAKARTA – Lebih dari seperempat wilayah Jakarta yang luasnya 661,52 kilometer persegi akan terendam air dalam waktu kurang dari satu dekade, karena ibu kota yang luas ini akan terus tenggelam dengan cepat jika tidak ada tindakan signifikan yang diambil untuk menjamin kelangsungan kota, para ahli memperingatkan.
Air laut dapat menutupi 26,86 persen wilayah Jakarta pada tahun 2025 dan jika tren ini terus berlanjut, 35,61 persen wilayah kota akan sepenuhnya berada di bawah air, menurut studi Departemen Riset Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Jakarta Utara saja bisa 90 persen terendam air pada tahun 2050,” kata anggota tim Heri Andreas Jakarta Post pada hari Selasa.
Menurut penelitian, tenggelamnya kota tersebut bukan disebabkan oleh naiknya permukaan air laut, namun oleh tenggelamnya kota itu sendiri.
Penelitian ITB mengenai penurunan tanah pada tahun 1925 hingga 2015 menunjukkan bahwa penurunan tanah secara signifikan dimulai pada tahun 1975, dengan Jakarta Utara menjadi wilayah yang paling parah terkena dampaknya. Tanah di Marunda dan Cilincing telah tenggelam 1,5 meter pada tahun 2015. Kelapa Gading diperkirakan tenggelam hingga 2,4 m, sedangkan wilayah terparah, Pluit, tenggelam hingga 4 m.
Seperti banyak kota global lainnya di dunia, eksploitasi air tanah yang berlebihan telah menjadi akar permasalahan di Jakarta.
Hal tersebut juga disoroti oleh penelitian yang dilakukan Departemen Matematika dan Sains Universitas Indonesia (UI).
Ahli geofisika UI, Syamsu Rosid, mengatakan penelitian gayaberat mikro 4D tanah Jakarta yang baru-baru ini diterbitkan mengungkapkan tingkat penurunan tanah yang mengkhawatirkan, khususnya di Jakarta Utara. Metode ini mencatat penurunan permukaan tanah dengan mencatat kekuatan gravitasi suatu wilayah selama empat tahun dari tahun 2014 hingga 2018.
“Penelitian menunjukkan bahwa daerah yang paling terkena dampaknya adalah di pesisir Jakarta, karena Jakarta Utara tenggelam sekitar 11 sentimeter per tahun akibat aktivitas manusia, terutama eksploitasi air tanah,” katanya kepada Post, seraya menambahkan bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi stabilitas perairan. bangunan dan struktur. infrastruktur, serta meningkatkan risiko banjir rob karena kondisi daratan kini berada di bawah permukaan laut.
Layanan air pipa di Jakarta hanya mencakup 60 persen ibu kota, menurut data dari perusahaan air keran Jakarta, PAM Jaya. Artinya, 40 persen sisanya bergantung pada air tanah.
Peraturan yang tidak ditegakkan dengan baik juga menyebabkan penggunaan air tanah secara ilegal secara berlebihan, dan tidak hanya dilakukan oleh penduduk setempat. Data Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta menunjukkan 4.231 bangunan komersial seperti hotel dan perkantoran di ibu kota masih menggunakan air tanah.
Selain penggunaan air tanah yang tidak terkendali, penurunan permukaan tanah juga diperparah dengan kurangnya ruang hijau, karena beton dan aspal menghambat penyerapan air ke dalam tanah. Karena Jakarta dilintasi 13 sungai, tanah kota ini juga terdiri dari alluvium, atau sedimen, yang diendapkan oleh sungai, yang gembur dan rentan terhadap erosi.
Melihat faktor-faktor tersebut, kami meminta Pemprov DKI Jakarta mengevaluasi kembali rencana tata ruang wilayah (RTRW), kata Syamsu seraya menambahkan bahwa semua pihak harus mengikuti zona yang ditetapkan dalam RTRW.
Jakarta Utara berpenduduk 1.696.015 jiwa menurut data penduduk tahun 2015. Selain merupakan wilayah yang paling terkena dampak penurunan tanah, wilayah ini juga mungkin merupakan wilayah dimana kesenjangan sosio-ekonomi antar penduduk paling terlihat jelas di perkotaan, dimana permukiman kumuh hanya berjarak sepelemparan batu dari komunitas elit seperti yang ada di Pluit, Pantai Indah. Kapuk dan Kepala Gading. Pelabuhan tersibuk di negara ini, Tanjung Priok, serta kawasan industri kota juga terletak di Jakarta Utara.
Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengatakan pemerintah kota dan pemerintah pusat telah mengambil langkah-langkah untuk mencegah penurunan tanah lebih lanjut, termasuk dengan melanjutkan pekerjaan pembangunan tanggul laut sebagai bagian dari Pembangunan Pesisir Terpadu Ibu Kota Nasional (NCICD) di Teluk Jakarta untuk melindungi kota dari gelombang pasang. banjir. Dia juga mengklaim pemerintah kota fokus pada perluasan sumur resapan untuk membantu tanah menyerap air hujan dengan lebih baik.
Ricki Marojahan Mulia, penjabat Kepala Dinas Perindustrian dan Energi Jakarta, mengatakan bahwa pihaknya telah membangun hingga 1.333 sumur resapan di seluruh kota, meskipun ia tidak menjelaskan secara rinci bagaimana perluasan akan dilakukan mengingat kondisi kota yang padat penduduk.
Artikel ini pertama kali terbit di edisi cetak The Jakarta Post pada 5 Desember 2018 dengan judul “Jakarta tenggelam dengan cepat: Para Ahli”.