27 Februari 2023

JAKARTA – Para ahli berbagi tips praktis melawan kanker pada anak-anak Indonesia.

Andrew Maruli David Manullang masih berusia 11 tahun ketika ia mulai mengalami kelelahan dan penurunan berat badan drastis pada awal tahun 2000. Gejala tersebut disertai demam berulang dan sakit perut, yang membuatnya semakin lemah.

“Awalnya kami mengira dia hanya stres di sekolah,” kata ibu anak tersebut, Pinta Manullang, saat diwawancarai di pusat kebudayaan Amerika Serikat, @america, di Jakarta, 3 Februari lalu.

Namun ketika gejala tersebut terus berlanjut, Pinta membawa putra sulungnya ke dokter.

Tes darah menunjukkan bahwa Andrew memiliki jumlah leukosit yang sangat tinggi. Dokter kemudian melakukan aspirasi sumsum tulang dan mendiagnosis anak laki-laki tersebut menderita leukemia.

Pinta dan suaminya menangis sepanjang malam setelah menerima kabar tersebut.

“Siapa pun yang terdiagnosis kanker pasti akan merasa dunianya sedang hancur, terutama orang tua yang memiliki anak yang mengidap kanker,” kata Sylviana Andinisari, anggota gugus tugas penyakit tidak menular Departemen Kesehatan. ‘ direktorat, ungkapnya saat talkshow di @. Amerika, Jakarta, pada 3 Februari.

Lima puluh persen anak-anak penderita kanker terlambat didiagnosis, sehingga berdampak signifikan terhadap tingkat kelangsungan hidup mereka.

“Masih banyak orang yang percaya bahwa kanker hanya terjadi pada orang dewasa, padahal anak-anak juga bisa mengidapnya,” kata Edi Setiawan Tehuteru, ahli onkologi-hematologi anak di Rumah Sakit Tzu Chi, Jakarta.

“Bayi bungsu yang saya diagnosis mengidap kanker adalah bayi berusia dua bulan,” tambah dokter tersebut.

Strategi: Sylviana Andinisari menguraikan beberapa strategi yang diterapkan untuk memerangi kanker anak di Indonesia. (JP/Sylviana Hamdani) (JP/Sylviana Hamdani)

Karena keterlambatan diagnosis, hanya 20 persen anak-anak penderita kanker yang sembuh dan mencapai usia dewasa.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia, terdapat 8.677 anak Indonesia berusia antara 0-14 tahun yang didiagnosis menderita kanker pada tahun 2020.

Jumlah ini juga merupakan yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara.

Padahal Indonesia hanya memiliki 60 dokter spesialis onkologi-hematologi anak dan 14 rumah sakit yang mampu menangani kanker anak.

Sebagian besar dokter spesialis dan rumah sakit tersebut berlokasi di Pulau Jawa.

Diagnosis dini adalah kunci kelangsungan hidup

Meskipun orang dewasa dapat menghindari beberapa jenis kanker dengan menerapkan gaya hidup sehat, kanker pada masa kanak-kanak tidak dapat dicegah.

“Tidak ada pencegahan terhadap kanker pada anak,” kata Edi. “Dan (dokter) masih belum mengetahui penyebab pastinya. Namun (kanker pada masa kanak-kanak) diperkirakan disebabkan oleh interaksi empat faktor, yaitu genetika, bahan kimia, infeksi, dan radiasi.”

Seperti kebanyakan penyakit, diagnosis dini adalah kunci untuk melawan kanker pada masa kanak-kanak.

Waspadalah

Menurut ahli onkologi tersebut, penting bagi orang tua untuk mewaspadai gejala kanker apa pun yang mungkin dialami anak mereka.

“Saat mulai memiliki anak, Anda harus selalu mewaspadai adanya kelainan pada tubuh anak Anda,” kata Edi. “Beberapa di antaranya dapat menyebabkan kanker.”

Beberapa gejala kanker pada anak yang paling umum adalah penurunan berat badan secara tiba-tiba dan rasa lelah, seperti yang dialami putra Pinta.

“Sel kanker sangat cerdas,” kata ahli onkologi tersebut. “Mereka menghasilkan zat yang menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah baru, yang menyerap nutrisi dari semua makanan yang dimakan anak-anak, menyebabkan mereka menjadi kurus dan lemah.”

Orang tua juga harus berhati-hati ketika anak mereka mulai mengalami memar dan mimisan tanpa sebab yang jelas, yang merupakan gejala umum leukemia.

Leukemia saat ini merupakan penyakit kanker terbanyak pada anak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Pikirkan yang terburuk

Anak-anak yang mengidap kanker otak sering kali mengalami mual dan muntah yang hebat.

“Muntah akibat kanker otak biasanya sangat serius dan seringkali berupa muntah proyektil,” jelas Edi.

Sementara itu, bintik putih pada pupil mata anak Anda mungkin menandakan ia menderita retinoblastoma, yaitu kanker mata yang dimulai di retina.

“Jika terlihat (titik putih pada pupil mata), segera bawa anak Anda ke dokter spesialis mata,” kata Edi. “Dokter dapat memastikan apakah itu kanker dengan alat sederhana yang disebut oftalmoskop.”

Saat memandikan anak, orang tua juga harus meluangkan waktu untuk memeriksa apakah ada benjolan yang tidak diketahui di tubuhnya.

“Orang tua harus berhati-hati jika menemukan benjolan yang tidak menimbulkan rasa sakit di tubuh anaknya, apalagi jika semakin hari semakin membesar,” kata dokter spesialis onkologi tersebut. “Selalu pikirkan yang terburuk.”

Meski tidak ada orang tua yang mau mengira anaknya mengidap kanker, dalam hal ini hal itu bisa menyelamatkan nyawanya.

“Kalau dipikir-pikir kemungkinan terburuknya, segera periksakan ke dokter,” jelas Edi. “(Gejalanya) mungkin (tidak tampak seperti) kanker, tapi jika memang iya, kami akan bersyukur jika penyakit itu didiagnosis sejak dini.”

Jangan menunda

Dini atau tidak, diagnosis kanker akan menjadi pukulan besar bagi keluarga mana pun.

“Orang tua hendaknya berusaha menerima diagnosis tersebut dengan hati yang tabah dan mempercayai dokter dalam penanganan anaknya,” kata Sylviana Andinisari.

Meskipun diskusi keluarga diperlukan untuk memutuskan langkah selanjutnya, orang tua tidak boleh menunda memulai pengobatan kanker untuk anak-anak mereka.

“Rapat keluarga yang melibatkan keluarga besar merupakan hal yang lumrah di Indonesia, namun orang tua tidak boleh ketinggalan,” kata Edi. “Kanker tidak akan berdiam diri saja. Jika dibiarkan, mereka akan tumbuh dan menyebar, sehingga membahayakan kehidupan anak.”

Informan : Dr. Edi Setiawan Tehuteru menjelaskan fakta kanker di Indonesia. (JP/Sylviana Hamdani) (JP/Sylviana Hamdani)

Ada tiga pengobatan kanker utama: kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan.

“Yang sering terjadi di Indonesia adalah para orang tua, karena takut akan efek samping pengobatan, membawa anaknya berkonsultasi ke dukun,” kata Sylviana. “Mereka baru akan kembali ke dokter (medis) jika terapi (dukun) tidak berhasil dan kondisi anaknya semakin parah.”

“Pada saat itu biasanya sudah terlambat untuk melakukan apa pun,” tambah Sylviana.

Memang benar, pengobatan kanker mempunyai efek samping yang buruk pada pasien.

Kemoterapi (…) tidak hanya menyerang sel kanker, tetapi juga sel normal yang tumbuh dengan cepat, seperti sel rambut dan saluran cerna sehingga menyebabkan kebotakan, diare, dan muntah-muntah, kata ahli onkologi tersebut. “Tetapi sekarang kita sudah mempunyai obat untuk mengurangi efek samping ini.”

Bekerja sama

“Tidak mudah bagi anak maupun orang tua untuk mengalami hal ini,” kenang Pinta Manullang. “Tetapi pertama-tama, orang tua harus menerima situasi tersebut dan mendorong anak mereka untuk menghadapinya.”

Untuk mendorong putra mereka yang berusia 11 tahun menjalani pengobatan kanker yang seringkali membuatnya semakin sakit, Pinta menjelaskan situasinya kepada Andrew dengan bahasa yang sederhana dan membuatnya memahami bahwa pengobatan tersebut diperlukan untuk memerangi penyakitnya.

“Anyo (sapaan akrab Andrew) itu anak pemberani,” kata Pinta. “Meskipun menjalani pengobatan dan banyak efek samping, dia tetap bersekolah dan menjadi inspirasi bagi teman-teman sekolahnya.”

Andrew meninggal pada tahun 2008, sekitar satu tahun setelah transplantasi sumsum tulangnya. Empat tahun kemudian, Pinta dan suaminya mendirikan Yayasan Anyo Indonesia yang menyediakan rumah singgah bagi anak-anak penderita kanker dan keluarganya di Slipi, Jakarta Barat, tak jauh dari RS Kanker Dharmais.

“Pekerjaan rumah kita banyak untuk menyelamatkan ‘Anys’ lainnya,” kata Pinta.

Salah satu tujuan yayasan saat ini adalah meningkatkan tingkat kelangsungan hidup anak-anak penderita kanker di Indonesia dari 20 menjadi 60 persen pada tahun 2030, yang sejalan dengan tujuan global WHO.

“Saya yakin jika kita semua bergandengan tangan melawan kanker pada anak, kita bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa,” tutup Pinta.

Data Sydney

By gacor88