Seoul mencabut laporan hak asasi manusia Korea Utara yang dulunya dirahasiakan

31 Maret 2023

SEOUL – Pemerintah Korea Selatan untuk pertama kalinya pada hari Jumat akan merilis laporan komprehensif mengenai pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran yang dilakukan di Korea Utara, mulai dari eksperimen terhadap manusia hingga eksekusi publik terhadap wanita hamil.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Hak Asasi Manusia Korea Utara pada tahun 2016, pemerintah Korea telah menerbitkan laporan rahasia negara mengenai situasi hak asasi manusia di Korea Utara. Laporan tersebut tidak dibuka untuk umum selama bertahun-tahun pada masa pemerintahan Moon Jae-in yang berhaluan liberal, yang menyerukan perlindungan identitas para pembelot Korea Utara yang memberikan kesaksian.

Peluncuran laporan-laporan rahasia tersebut tampaknya sejalan dengan upaya berkelanjutan pemerintahan Yoon untuk secara terbuka menangani masalah hak asasi manusia di Korea Utara, termasuk melanjutkan sponsor bersama resolusi-resolusi PBB terkait.

Laporan setebal 445 halaman tersebut merinci pelanggaran hak asasi manusia yang serius di Korea Utara, termasuk hak untuk hidup dan kebebasan, serta kebebasan dari perbudakan, penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi lainnya. Laporan tersebut ditulis berdasarkan sekitar 1.600 kasus pelanggaran hak asasi manusia yang disaksikan oleh 508 pembelot Korea Utara yang meninggalkan negaranya antara tahun 2017 hingga 2022.

Menurut laporan tersebut, rezim Kim Jong-un telah secara luas menjatuhkan hukuman mati untuk kejahatan yang tidak termasuk kejahatan paling serius di Korea Utara, termasuk kejahatan narkoba, distribusi hiburan Korea Selatan, dan partisipasi dalam kepercayaan agama dan takhayul. . .

Hukuman mati seringkali dilakukan oleh regu tembak, dan sebagian besar terpidana mati tidak diberikan kesempatan untuk mengajukan banding.

“Hak hidup warga Korea Utara sangat terancam. Kasus-kasus yang membuktikan perampasan nyawa secara sewenang-wenang oleh kekuasaan negara telah dikumpulkan,” demikian bunyi laporan tahun 2023 tentang hak asasi manusia Korea Utara.

Misalnya, seorang pria di provinsi Ryanggang dieksekusi di depan umum oleh regu tembak karena menyebarkan rekaman video yang berasal dari Korea Selatan ke beberapa warga setelah mengimpor rekaman tersebut dari Tiongkok pada tahun 2020.

Warga Korea Utara yang diam-diam menjual produk Korea Selatan seperti sepatu hak tinggi dan kosmetik di gang belakang sebuah pasar di kota Pyongsong di Provinsi Pyongan Selatan ditangkap dengan cara ditembak dan dieksekusi pada tahun 2018.

Anak di bawah umur 18 tahun dan bahkan wanita hamil dieksekusi menurut kesaksian para pembelot Korea Utara.

Salah satu kesaksian menyebutkan, seorang wanita hamil enam bulan dieksekusi karena terlihat mengarahkan jarinya ke potret mendiang Kim Il-sung sambil menari di rumahnya dalam video yang beredar luas.

Enam remaja berusia 16 dan 17 tahun dieksekusi oleh regu tembak dengan tuduhan menonton rekaman video dari Korea Selatan dan menghisap opium di sebuah stadion di Kota Wonsan, Provinsi Kangwon.

Laporan tersebut juga mengatakan bahwa rezim Kim Jong-un telah melakukan eksperimen terlarang terhadap orang-orang dengan disabilitas fisik atau intelektual serta orang-orang yang menderita kondisi kejiwaan, termasuk skizofrenia, yang tidak dapat memberikan persetujuan sah atas eksperimen pada manusia yang tidak etis.

Pejabat Korea Utara di Kementerian Jaminan Sosial juga diduga memeras keluarga agar membiarkan kerabat mereka menjadi subyek manusia. Jika tidak, mereka mengancam akan mengirim keluarga tersebut ke kamp penjara, menurut kesaksian para pembelot. Subjek manusia diam-diam diberi obat tidur oleh petugas dan secara paksa dibawa ke fasilitas bernama Rumah Sakit 83 untuk berbagai eksperimen.

Laporan tersebut juga mengatakan bahwa rezim Kim Jong-un merampas kebebasan fisik para penyandang disabilitas, terutama mereka yang menderita dwarfisme, dengan mensterilkan mereka di luar keinginan mereka.

Pada tahun 2015, perawat di sebuah rumah sakit diinstruksikan untuk membuat “daftar kurcaci” untuk mencegah penderita dwarfisme melahirkan. Pada tahun 2017, seorang wanita penderita dwarfisme terpaksa menjalani histerektomi, yaitu prosedur pembedahan untuk mengangkat rahimnya.

Menteri Unifikasi Korea Selatan Kwon Young-se mengatakan penerbitan laporan tersebut merupakan hasil dari keputusan pemerintah untuk melakukan upaya lebih lanjut untuk “memperbaiki situasi hak asasi manusia Korea Utara secara signifikan” dalam kata pengantar laporan yang akan segera dirilis.

Kwon menggarisbawahi bahwa tujuan mendasar dari penerbitan laporan ini adalah untuk memahami secara akurat situasi hak asasi manusia di Korea Utara dan menemukan solusi praktis untuk mengatasi pelanggaran dan penyalahgunaan hak asasi manusia.

“Saya berharap laporan ini memainkan peran penting dalam membawa perubahan berarti dalam sikap dan tindakan bertanggung jawab otoritas Korea Utara,” ujarnya.

taruhan bola

By gacor88