25 April 2023
PHNOM PENH – Menurut penelitian ilmiah baru-baru ini, banyak virus yang menyebabkan wabah dengan risiko kesehatan paling serius di dunia telah berpindah dari hewan liar ke manusia.
Ini termasuk Hendra, Nipah, SARS, Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan SARS-CoV-2 (Covid-19), menurut Seng Teak, direktur World Wide Fund for Nature (WWF) Kamboja.
“Jadi jangan makan daging satwa liar. Masyarakat harus menghindari perangkap, perburuan, atau pengangkutan hewan liar karena tidak ada cara untuk mengetahui virus apa yang mungkin mereka bawa. Memakannya bisa menjadi lebih bermasalah,” katanya saat peluncuran kampanye zero-string fase II oleh Kementerian Lingkungan Hidup pada tanggal 22 April di distrik Veal Veng, provinsi Pursat.
Merujuk pada laporan tersebut, dia mengatakan sekitar 60 persen penyakit menular yang terjadi serupa atau lebih parah dari Covid-19. Lebih dari 75 persen virus terbaru yang menginfeksi manusia selama 30 tahun terakhir berasal dari hewan.
Ia melanjutkan, beberapa virus pernapasan pernah dilaporkan di masa lalu, seperti wabah Hendra yang terjadi di Australia pada tahun 1994. Para ilmuwan percaya penyakit ini ditularkan dari kelelawar ke kuda dan kemudian ke manusia.
“Wabah Nipah yang muncul di Malaysia pada tahun 1998 telah menyebar ke lima negara Asia lainnya. Mungkin penularannya dari kelelawar ke babi dan kemudian ke manusia,” katanya.
“SARS muncul pada tahun 2002 hingga 2003 dan menyebar ke lebih dari 25 negara. Virus ini diperkirakan berasal dari kelelawar dan ditularkan ke kucing musk dan kemudian ke manusia. MERS muncul di Arab Saudi pada tahun 2012 dan menyebar ke hampir 30 negara. Virus tersebut diduga menular dari kelelawar ke unta dan dari unta ke manusia,” imbuhnya.
Organisasi tersebut mengatakan bahwa Ebola menimbulkan risiko serius bagi kesehatan manusia. Itu terjadi pada tahun 2014 dan menyebar ke enam negara. HIV muncul pada tahun 1981. Selain itu, ada demam babi Afrika, flu burung, dan Covid-19.
“Banyak dari penyakit ini diperkirakan ditularkan dari hewan liar. Selain memakan korban jiwa, hal ini juga berdampak besar terhadap perekonomian global, khususnya sektor pariwisata. Mereka juga memberikan tekanan yang tidak semestinya pada sistem kesehatan masyarakat dan menciptakan berbagai masalah sosial, khususnya dalam hal kesehatan mental,” tambah Teak.
Ia mengatakan untuk mencegah wabah penyakit serupa lebih lanjut, masyarakat harus berpartisipasi dalam pemeliharaan satwa liar dan hutan tanpa merambah lahan hutan atau suaka margasatwa. Mereka harus mengizinkan hewan liar untuk hidup di wilayah tersebut, sehingga masyarakat tidak menderita akibat infeksi lain yang dapat mengancam kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
Juru Bicara Kementerian Lingkungan Hidup, Neth Pheaktra, mengatakan satwa liar berperan penting dalam menjamin keberlanjutan pangan penduduk, sedangkan keanekaragaman hayati berperan penting dalam menjadikan planet ini lebih hijau.
Ia menjelaskan, kampanye nihil jerat diluncurkan oleh kementerian dan organisasi mitra untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih berperan aktif dalam mengurangi penangkapan dan perburuan satwa.
“Yang perlu kita lakukan adalah mengubah sikap masyarakat. Konsumsi daging hewan liar menimbulkan risiko serius bagi kesehatan manusia, karena hewan liar dapat membawa berbagai macam virus. Beberapa orang percaya bahwa konsumsi daging hewan liar dapat menyembuhkan beberapa penyakit, namun klaim tersebut telah dibantah,” katanya.
“Kami membutuhkan partisipasi masyarakat dari semua lapisan masyarakat, termasuk mereka yang melaporkan perangkap dan perdagangan satwa liar serta pemilik restoran. Setiap orang mempunyai peran penting dalam mengurangi jerat dan menciptakan habitat yang aman bagi manusia dan satwa liar,” katanya.
Fase pertama kampanye zero-fall dimulai dan berakhir pada tahun 2022, dengan lebih dari 30.000 perangkap berhasil dikumpulkan. Jumlah tersebut menunjukkan penurunan setengah jumlah jebakan yang ditemukan. Pada tahun-tahun sebelumnya, lebih dari 60.000 perangkap dan jerat ditemukan setiap tahunnya.