25 Mei 2023
JAKARTA – Perusahaan-perusahaan kopi yang didukung oleh teknologi, juga dikenal sebagai coffee techs, terus menggalang dana baru, tampaknya tidak terpengaruh oleh musim dingin teknologi yang terjadi saat ini, bahkan ketika banyak perusahaan rintisan (start-up) di berbagai industri telah kehabisan dana mereka.
Jaringan kopi yang berbasis di Singapura, Flash Coffee, telah mengumpulkan dana Seri B sebesar US$50 juta dari berbagai investor yang dipimpin oleh White Star Capital, menurut pernyataan yang dirilis pada 11 Mei.
Flash Coffee mengatakan pihaknya mengoperasikan 92 toko di Indonesia dan semuanya menghasilkan keuntungan. Jumlah toko di Indonesia mencakup setengah dari seluruh gerai yang beroperasi di Asia-Pasifik.
“Kami telah menemukan kecocokan pasar produk yang solid dan bersemangat untuk memperluas kehadiran kami ke kota-kota lain di Indonesia untuk lebih mendorong pertumbuhan berkelanjutan,” kata pendiri dan CEO Flash Coffee David Brunier dalam sebuah pernyataan.
Startup ini berencana menggunakan dana baru tersebut untuk menggandakan teknologi dan inovasi produk, meningkatkan penjualan, dan mencapai “tingkat pertumbuhan profitabilitas” pada tahun 2024. Hal ini termasuk memperluas jaringan toko offline ke Surabaya menyusul kesuksesannya di Bandung, gerai pertama di luar Jakarta.
Indonesia adalah konsumen kopi terbesar kedua di antara negara-negara pengekspor kopi setelah Brasil, menurut data pada Mei 2021 dari Organisasi Kopi Internasional (ICO), yang menggiling sekitar 5 juta kantong kopi berukuran 60 kilogram setiap tahunnya.
ICO menulis dalam laporannya pada bulan April bahwa konsumsi kopi global meningkat sebesar 4,2 persen per tahun pada tahun 2021-2022, naik 0,6 persen dari tahun sebelumnya setelah hilangnya permintaan yang terpendam akibat pandemi COVID-19.
Kenangan Group, yang menjalankan raksasa jaringan kopi lokal Kopi Kenangan, mengumumkan bahwa mereka telah mengumpulkan $109 juta dalam pendanaan Seri B dari beberapa investor yang dipimpin oleh Sequoia Capital, menurut sebuah pernyataan yang dirilis pada 13 Mei.
CEO Kenangan Group Edward Tirtanata mengatakan kepada wartawan pada 17 Mei bahwa perusahaan sedang menyelesaikan rencananya untuk meluncurkan penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun, namun dia belum memutuskan tanggalnya.
Sementara itu, pihaknya berencana membuka 150 gerai internasional baru pada tahun 2024, yang akan menambah jaringan 900 gerai di 67 kota di Indonesia dan 10 gerai baru di Malaysia.
“(Waktu) yang paling tepat untuk melakukan IPO adalah ketika outlet internasionalnya banyak dan pendapatan internasionalnya besar,” kata Edward dalam temu media.
Dia menambahkan bahwa industri makanan dan minuman di negara ini berkembang dengan baik dan pendatang baru di bidang F&B, tidak hanya kopi, juga banyak yang ingin bergabung.
Para ahli mengatakan kepada The Jakarta Post bahwa profitabilitas adalah satu-satunya kesamaan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan teknologi kopi ini, yang diinginkan para investor, bukan sekadar pertumbuhan.
Gelombang teknologi kopi mencerminkan pertumbuhan perusahaan jaringan kopi karena investasi telah menjamin profitabilitas mereka, didorong oleh “kondisi makroekonomi yang relatif baik”, kata Roshan Raj Behera, mitra Asia Tenggara di konsultan manajemen India Redseer Strategy Consultants.
Meskipun investor tetap selektif dalam mendukung perusahaan-perusahaan baru yang berada dalam tahap awal pertumbuhan, namun perusahaan-perusahaan yang dikelola dengan baik dapat meningkatkan modal segar dengan penilaian yang kompetitif, kata Behera kepada Post pada hari Senin.
Meskipun nilai investasi jauh lebih tinggi dalam iklim saat ini, Behera mencatat bahwa investor terus fokus pada perusahaan yang dapat mengatasi masalah pelanggan dan memberikan pertumbuhan yang menguntungkan.
East Ventures, sebuah perusahaan modal ventura (VC) yang tidak berbasis sektoral di Singapura yang terkenal dengan fokusnya pada startup Indonesia, mengatakan pihaknya melihat banyak startup yang masih memiliki potensi untuk tumbuh saat ini mengingat kondisi perekonomian Asia Tenggara yang membaik, khususnya Indonesia.
Perusahaan tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda memperlambat pendanaannya dan berencana untuk terus berinvestasi di perusahaan-perusahaan di seluruh kawasan “selama masih ada pendiri-pendiri hebat di luar sana,” kata Pheseline Felim, kepala media dan pemasaran East Ventures, pada hari Senin kepada Post.
Pandangan ini tercermin dalam pengumuman perusahaan pada tanggal 19 Mei mengenai dana sebesar $250 juta yang berhasil dikumpulkan pada penutupan pertama dan terakhir dana terbarunya, Growth Plus, sehingga total dana yang dikumpulkan pada tahun lalu menjadi $835 juta.
Dana baru ini bertujuan untuk fokus pada “mendukung perusahaan portofolio dengan sumber daya untuk meningkatkan dan mencapai potensi penuh mereka”.
“Dengan berakhirnya pandemi COVID-19, kita melihat beberapa perubahan perilaku konsumen dan tentunya hal ini mendorong perbaikan di berbagai sektor, terutama yang terkait dengan konsumen,” kata Pheseline.
Tahun lalu, East Venture berinvestasi di Morning, sebuah perusahaan rintisan mesin kopi yang berbasis di Singapura, serta dua perusahaan teknologi kopi Indonesia, Otten Coffee dan Fore Coffee, yang telah didanai sejak tahun 2015.
Selain F&B, East Ventures juga mempertimbangkan investasi pada perusahaan direct-to-customer (DTC), kesehatan, biosains, dan teknologi iklim, serta terus memperhatikan sektor kecerdasan buatan generatif.