2 Mei 2023
JAKARTA – Kasus COVID-19 harian yang dikonfirmasi mencapai lebih dari 2.000 pada hari Jumat, dalam lonjakan kasus baru tak lama setelah Idul Fitri sebagai kepulangan (eksodus) pelancong kembali ke kota-kota dan di tengah ancaman klan Arcturus yang baru.
Hingga Jumat sore, pemerintah mencatat 2.067 kasus baru terkonfirmasi harian, sehingga total kasus terkonfirmasi COVID-19 menjadi 6.771.072 sejak kasus pertama terkonfirmasi pada 2 Maret 2020.
Jumlah kasus baru yang terkonfirmasi pada Jumat merupakan bagian dari tren peningkatan setelah Idul Fitri. Pada 23 April, sehari setelah Idul Fitri, jumlah kasus terkonfirmasi yang rendah tercatat hanya 384, namun terus meningkat sejak saat itu.
Kasus terkonfirmasi harian melampaui 1.000 kasus pada 14 April, sedangkan negara terakhir kali melaporkan lebih dari 1.000 kasus adalah empat bulan lalu pada 22 Desember 2022.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan peningkatan kasus baru-baru ini belum berbahaya atau signifikan, karena angka kematian saat ini dan tingkat hunian tempat tidur rumah sakit COVID-19 di Indonesia masih di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia.
“Masyarakat tidak perlu panik, tapi kita tetap harus waspada, apalagi peningkatan kasus ini bisa saja terjadi pada lansia dan penyakit penyerta,” kata Syahril. Jakarta Post Sabtu ini.
Ia juga menyampaikan bahwa secara global, COVID-19 masih menjadi pandemi, sehingga varian baru yang menyebabkan peningkatan kasus masih dimungkinkan.
Pemerintah juga berada di atas Arcturus baru (XBB.1.16), subvarian dari Omicron, memperkenalkan vaksin Indovac sebagai opsi selain AstraZeneca untuk suntikan penguat kedua bagi mereka yang mendapatkan vaksinasi primer Pfizer.
“Untuk mengendalikan pandemi, pemerintah memperkenalkan vaksin booster baru untuk meningkatkan perlindungan masyarakat terhadap COVID-19, terutama bagi populasi yang rentan,” kata Syahril dalam keterangan sebelumnya. penyataan pada hari Jumat.
Dia juga mengimbau masyarakat untuk mendapatkan suntikan booster dan menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker saat sakit atau setelah kontak dekat dengan orang sakit dan saat berada di keramaian.
“Ingatlah untuk mendapatkan suntikan penguat dan tes COVID-19 ketika Anda merasa tidak sehat dan mengisolasi diri Anda sendiri jika Anda dinyatakan positif. Gunakan juga layanan telemedicine yang disediakan oleh pemerintah,”
“Ini tugas kita bersama, jangan tertular dan jangan menularkan virus ke orang lain,” kata Syahril.
Ahli epidemiologi Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan ada potensi peningkatan kasus yang dikonfirmasi terlihat dalam dua hingga tiga minggu karena arus balik liburan dan strain XBB.1.16.
Dia mengatakan, kenaikan itu mungkin tidak akan separah dalam dua tahun pertama pandemi.
Namun, ia mencontohkan masih ada beberapa kelompok masyarakat yang tetap berisiko terkena COVID-19, seperti anak-anak di bawah usia tiga tahun, lansia, dan penyakit penyerta.
Dia menyarankan agar suntikan penguat, terutama bagi yang rentan, harus lebih didorong, dan selama kepulangan pemakaian masker seharusnya diwajibkan untuk mencegah peningkatan kasus.
“Masker sudah terbukti efektif, mudah dan murah (untuk mencegah penyebaran COVID-19),” kata Dicky kepada Pos Sabtu ini.
Ia menambahkan, himbauan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menunda perjalanan pulang dan bekerja dari jarak jauh adalah langkah yang tepat karena dapat membantu memitigasi potensi peningkatan kasus, terutama di kalangan kelompok rentan.