30 Maret 2018
Bukannya menjadi masalah besar, kebangkitan kecerdasan buatan dapat memberikan dampak positif pada dunia kerja.
Bahkan masa depan dunia kerja nampaknya cukup menarik. Menurut studi terbaru yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute, sebanyak 800 juta pekerjaan akan hilang akibat otomatisasi, kecerdasan buatan (AI), dan robotika pada tahun 2030. Di Thailand, setengah dari total 30 juta pekerja akan menghadapi tantangan berat. yang akan kita hadapi dalam dua dekade mendatang, dimana hampir 10 juta pekerja sudah menghadapi kemungkinan digantikan oleh mesin. Kerentanan yang sama juga terjadi di Indonesia, Filipina, Vietnam dan Kamboja, yang masih sangat bergantung pada industri padat karya.
Namun kenyataannya, pekerja administratif dan pekerja terampil lainnya juga rentan karena otomatisasi, AI, dan robotika dapat melakukan pekerjaan berulang dengan lebih efisien dibandingkan manusia. Yazad Dalal, kepala Aplikasi HCM di Oracle, mengatakan di Bangkok minggu ini bahwa tidak ada industri yang kebal terhadap kemajuan teknologi.
Dalam mendefinisikan masa depan pekerjaan berdasarkan inisiatif “Thailand 4.0”, menarik untuk dicatat bahwa kualitas hidup para pekerja yang dipindahkan ke berbagai posisi dan tugas dapat meningkat secara signifikan di era digital. Analisis prediktif akan segera digunakan untuk mengelola pekerja manusia dengan cara yang lebih holistik dan proaktif seiring dengan diadopsinya AI untuk tugas tersebut. Ide positifnya adalah, ketika mesin dan perangkat lunak mengambil alih tugas yang berulang, manusia akan memiliki lebih banyak waktu dan sumber daya untuk bekerja secara kreatif. Yang lebih penting lagi, masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik karena AI akan memandu perusahaan mereka dalam memecahkan masalah ketenagakerjaan.
Misalnya, pekerja A tidak puas dengan perjalanannya yang memakan waktu 90 menit dari rumah dan kenyataan bahwa gajinya tidak meningkat dalam lima tahun. Majikannya telah mengetahui keluhannya dan ingin membantunya karena dia hebat dalam pekerjaannya dan jika dia berhenti, maka akan memakan banyak waktu dan uang untuk mencari penggantinya. Bos melakukan perbaikan dengan cepat. Manfaatnya berlipat ganda, karena penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang tidak bahagia memiliki peluang 80 persen untuk berhenti dan setiap perusahaan besar dengan beberapa ribu pekerja mungkin memiliki persentase yang signifikan untuk keluar dari perusahaan.
Indikator-indikator kesehatan utama setiap pekerja akan segera melengkapi data real-time tersebut, yang dikumpulkan melalui teknologi yang dapat dipakai, yang kini semakin tersebar luas. Manajemen akan mampu melakukan intervensi secara proaktif dan menyelamatkan karyawan dan dirinya sendiri dari masalah lebih lanjut.
Semua fitur ini menjadi mungkin dilakukan seiring dengan semakin dekatnya apa yang disebut “pekerja yang terhubung” berkat telepon seluler yang ada di mana-mana dan semakin populernya perangkat yang dapat dikenakan seperti perangkat Fitbit dan Apple Watch.
Selain meningkatkan kesejahteraan pekerja, masa depan pekerjaan kemungkinan besar akan berfokus pada kemampuan untuk memperluas keterampilan mereka ketika teknologi disruptif hadir. Sekali lagi, AI kemungkinan akan memainkan peran utama dalam membuat kursus pelatihan dan pelatihan online menjadi lebih efisien dan efektif. Startup fintech membuat lapangan kerja di sektor perbankan menjadi rentan, misalnya dengan mengguncang bank-bank di Thailand, yang kini beralih ke otomatisasi, AI, dan robotika agar tetap kompetitif. Pekerjaan teller bank kini sudah tidak lagi diperlukan, namun mereka dapat dilatih kembali dalam fungsi-fungsi baru, seperti membuat profil nasabah, karena perusahaan mereka beralih ke big data dan analisis untuk memasarkan layanan.
Keterampilan-keterampilan baru diperlukan, dan jika orang-orang terdahulu memiliki sikap yang benar, terutama kemauan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan baru, maka peluang kerja baru akan tersedia. Siapa pun yang khawatir mengenai teknologi yang akan menghapuskan jutaan pekerjaan sebaiknya mempertimbangkan bahwa otomasi, AI, dan robotika dapat menggantikan pekerjaan tersebut – namun belum tentu orang-orang yang melakukan pekerjaan tersebut.