13 Januari 2023
JAKARTA – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan pihaknya akan menyesuaikan strategi pariwisata luar negeri sebagai respons terhadap peningkatan risiko resesi di negara maju pada tahun ini.
Resesi tersebut dapat berdampak pada beberapa sumber utama pariwisata Indonesia, yaitu Amerika Serikat, Tiongkok, dan Eropa, kata Sandiaga dalam jumpa pers mingguan, Senin.
“(Resesi) jelas akan mempengaruhi belanja masyarakat, terutama di bidang pariwisata. Oleh karena itu kami memutuskan untuk beradaptasi dalam hal fokus pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif, khususnya terhadap wisatawan mancanegara,” kata Sandiaga.
Strategi baru ini bertujuan untuk mendongkrak kunjungan wisatawan dari negara-negara yang menyumbang mayoritas kedatangan pada tahun 2022, antara lain India, Australia, Selandia Baru, Malaysia, dan Singapura.
Data Kementerian menunjukkan, selama Januari hingga November 2022, terdapat 4,58 juta kunjungan wisman ke Tanah Air, meningkat 228,30 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan negara, Malaysia menduduki puncak daftar dengan 876.475 kunjungan, diikuti oleh Timor Leste dengan 628.471 kunjungan, Australia dengan 552.216 kunjungan, Singapura dengan 486.295 kunjungan, dan India dengan 218.417 kunjungan.
Namun, dalam hal persentase pertumbuhan tahun-ke-tahun, Australia memimpin dengan angka 20,9 persen, jauh di depan peringkat kedua Selandia Baru dengan angka 9,1 persen. Berikutnya adalah India dengan pertumbuhan pengunjung sebesar 3,8 persen, Jerman sebesar 3,6 persen, dan Perancis sebesar 3,6 persen.
Budijanto Ardiansjah, Wakil Ketua Asosiasi Agen Perjalanan dan Perjalanan Indonesia (ASITA), mengatakan penyesuaian fokus itu wajar, namun pemerintah tidak boleh melupakan sumber warisan pengunjung, seperti Tiongkok dan Amerika.
Penyesuaian target pasar merupakan suatu keniscayaan karena pariwisata bergantung pada berbagai faktor, seperti ekonomi, politik, dan keamanan, kata Budijanto, Selasa.
“Jadi idealnya penyesuaian kembali seperti ini, berdasarkan perkembangan dan potensi masing-masing pasar, harus dilakukan setiap tahun untuk memastikan promosi dan kebijakannya tepat,” imbuhnya.
Namun, Budijanto meragukan sosok Timor Leste yang selama tiga tahun terakhir berada di atas atau hanya berada di urutan kedua setelah Malaysia, karena negara tersebut memiliki enclave di bagian barat pulau yang disebut wilayah Oecusse. sering dicapai melalui jalur darat melalui wilayah Indonesia.
“Pelaku lintas batas ini pada hakekatnya bukan wisatawan, melainkan hanya pelintas batas yang bisa melakukannya setiap hari atau setiap minggu,” kata Budijanto.
Analis Bank Mandiri Haris Eko Faruddin mengatakan angka tersebut tidak jauh berbeda dari sebelumnya, kecuali penurunan pengunjung dari Tiongkok yang lockdown sehingga mendorong rasio pengunjung negara lain.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kunjungan wisatawan Tiongkok berada di urutan kedua setelah Malaysia sebelum pandemi, yaitu sebesar 12,9 persen dari seluruh kunjungan wisatawan pada tahun 2019. Namun, karena pembatasan COVID-19 yang ketat di negara tersebut, kunjungan wisatawan Tiongkok ke Tiongkok kurang dari 4 persen. persen kunjungan wisatawan selama dua tahun terakhir.
“(Pariwisata mungkin terus tumbuh tahun ini) terutama berkat pencabutan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan potensi wisatawan domestik yang terus meningkat,” kata Haris, Selasa.
Untuk lebih mendorong pariwisata dalam negeri, Haris menyarankan agar pemerintah mengadakan event-event pariwisata baru dan kreatif. Dia mengatakan, para pelaku industri harus menjaga kualitas layanan agar konsumen mampu bersedia menghabiskan liburan di dalam negeri.
“Pelaku industri bisa menawarkan tiket (perjalanan) yang lebih murah atau bisa menggabungkan pemesanan hotel dengan tiket pesawat atau dengan tempat wisata,” imbuhnya.
Sandiaga mencatat bahwa Qatar dan Dubai telah menyatakan minatnya untuk membuka penerbangan langsung ke Indonesia dan pemerintah juga menyiapkan lebih banyak penerbangan dari India, Singapura, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
“Kami bekerja keras (menambah lebih banyak penerbangan langsung) pada kuartal pertama tahun ini dengan menggandeng maskapai penerbangan dan Kementerian Perhubungan,” tambah Menhub.