5 Mei 2023
JAKARTA – Indonesia kembali mengalami peningkatan kasus COVID-19 yang dipicu oleh penyebaran subvarian Arcturus yang sangat menular dan mobilitas masyarakat yang lebih besar selama musim mudik (wisata) Idul Fitri tahunan.
Pihak berwenang melaporkan 2.647 infeksi baru pada hari Rabu, jumlah kasus harian tertinggi dalam lima bulan, dan 15.707 kasus aktif. Pekan lalu terdapat 12.504 kasus baru, hampir dua kali lipat dibandingkan pekan sebelumnya yang berjumlah 6.371 kasus baru.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan peningkatan kasus juga menyebabkan peningkatan tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit di seluruh negeri.
“Dari 42.293 tempat tidur rumah sakit yang tersedia secara nasional, sudah terisi 8,1 persen, dan sekitar lima rumah sakit besar di Tanah Air mengalami peningkatan jumlah pasien lebih dari 50 persen,” kata Syahril dalam keterangannya, Kamis.
Menurut data kementerian, hingga Rabu, terdapat 2.696 orang yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19, dan 140 di antaranya mendapat perawatan intensif.
Pejabat Kementerian Siti Nadia Tarmizi mengatakan peningkatan infeksi baru kemungkinan akan mencapai puncaknya pada pertengahan atau akhir bulan ini, meski dia tidak memberikan perkiraan jumlah kasusnya.
“Mengingat musim mudik dan arus baliknya, kami memperkirakan puncak kasus akan terjadi pada pertengahan Mei hingga akhir Mei,” kata Nadia kepada The Jakarta Post, Kamis.
Arcturus memicu puncak
Mudik Idul Fitri tahun ini merupakan mudik pertama sejak awal pandemi yang bebas pembatasan perjalanan COVID-19. Pemerintah memperkirakan 123 juta orang, 46 persen dari seluruh penduduk Indonesia, berpartisipasi dalam mudik tahun ini, yang merupakan jumlah tertinggi dalam sejarah.
Peningkatan besar-besaran dalam mobilitas masyarakat ini terjadi hanya sebulan setelah india melaporkan kasus pertama subvarian XBB.1.16 yang sangat menular, yang dikenal sebagai Arcturus, yang dikaitkan dengan lonjakan kasus di sejumlah negara seperti India dan negara tetangga Singapura.
Menurut Syahril, sebagian besar kasus baru COVID-19 yang ditemukan di Indonesia saat ini didominasi oleh subvarian Arcturus dan Kraken.
Pada bulan Maret, WHO mengklasifikasikan Arcturus sebagai varian baru yang “dalam pemantauan”, yang berarti varian tersebut tidak seserius varian yang menjadi perhatian atau perhatian, dan virus tersebut telah menyebar ke lebih dari 30 negara hingga saat ini. Seorang pejabat WHO mengatakan sejauh ini tidak ada bukti bahwa virus tersebut menyebabkan gejala yang lebih parah, namun menghimbau masyarakat untuk tetap waspada.
Sebuah studi oleh Universitas Tokyo menemukan bahwa Arcturus hampir 1,2 kali lebih mudah menular dibandingkan subvarian XBB.1.5, Kraken, versi lain dari varian Omicron yang sangat menular.
Meski varian baru tersebut tidak menimbulkan gejala yang lebih parah, kematian akibat COVID-19 secara nasional mengalami peningkatan sejak awal April, kata Syahril. Pada 28 April, Indonesia mencatat jumlah kematian tertinggi dalam enam bulan, yaitu 37 kematian.
Syahril mengimbau masyarakat untuk mendapatkan dosis booster agar lebih terlindungi dari virus tersebut, seraya menekankan bahwa dari 1.423 orang yang meninggal akibat virus corona tahun ini, hampir setengahnya tidak divaksinasi.
“Penerapan protokol kesehatan juga sangat penting, seperti memakai masker saat sakit atau saat berkumpul. Kita semua tahu bahwa peningkatan mobilitas masyarakat akan meningkatkan risiko penularan virus corona, namun kita bisa mengurangi risiko tersebut dengan tetap disiplin mengikuti aturan kesehatan COVID-19,” ujarnya.