Limbah styrofoam masih melimpah dan belum ditangani dengan baik: kelompok pemuda Indonesia

13 Februari 2023

JAKARTA – Kelompok lingkungan hidup yang dipimpin oleh kaum muda, Proyek Antheia, mengatakan bahwa styrofoam adalah salah satu limbah berbahaya yang belum ditangani dengan benar, digunakan secara luas tetapi dengan sedikit atau tanpa pengolahan limbah, meninggalkan sejumlah besar di alam dan ditemukan di pantai.

Ruhani Nitiyudo, salah satu pendiri Antheia Project mengatakan, dari berbagai proyek yang dilakukan Antheia, salah satunya pembersihan pantai bersama masyarakat di kawasan pesisir pantai Jakarta Utara dan Kabupaten Kepulauan Seribu, kelompok tersebut menemukan bahwa Styrofoam adalah salah satunya. sebagian besar sampah plastik terdampar di pantai.

“Saat kami melaksanakan salah satu proyek Antheia untuk membersihkan pantai, kami melihat banyak sekali styrofoam dan sungguh menyedihkan hal ini terjadi pada lingkungan,” kata Ruhani. Jakarta Post pada hari Selasa.

Ia menegaskan, penggunaan styrofoam harus dikelola bahkan dikurangi karena sulit dibuang dan tidak dapat terurai.

“Kami menyadari Styrofoam adalah salah satu masalah (lingkungan) terbesar dan ketika menjadi potongan-potongan kecil, ia menjadi mikroplastik,” kata Ruhani.

Ia mencontohkan penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2019 yang menemukan bahwa 59 persen sampah yang terdapat di sembilan sungai di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi yang bermuara di Teluk Jakarta antara tahun 2015 hingga 2016 merupakan sampah plastik dengan berbagai jenis dan menggunakan lilin. yaitu Styrofoam.

Untuk proyek Antheia, Ruhani mengatakan kelompoknya ingin meningkatkan kesadaran akan masalah ini untuk mencegah masyarakat menggunakan styrofoam sambil juga mencari alternatif lain. Proyek Antheia mencoba mempopulerkan kampanyenya dengan tagar media sosial #SayNoToStyrofoam.

“Kami tidak hanya ingin melakukan advokasi, tapi juga menawarkan solusi. Kami ingin melakukan bagian itu,” kata Ruhani.

Dia menambahkan bahwa mengurangi penggunaan styrofoam adalah cara paling penting untuk memerangi peningkatan limbah, karena jumlah pendaur ulang yang menerima styrofoam terlalu sedikit sehingga tidak efektif.

“Mereka (perusahaan daur ulang) punya sistem itu (untuk mendaur ulang styrofoam) di sini, tapi permintaannya tidak banyak, jadi tidak banyak orang yang mengetahuinya,” kata Ruhani.

Pemerintah telah berupaya memerangi sampah plastik, terutama yang terperangkap di sungai dan aliran sungai yang mengalir ke laut.

Pada tahun 2018, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) no. 83/2018 tentang pencemaran laut ditandatangani yang bertujuan untuk mengatasi 70 persen sampah plastik yang masuk ke laut pada tahun 2025.

Pada tahun 2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menerbitkan Peraturan Menteri (PermenLHK) No. 75 Tahun 2019 terbit yang mengatur bahwa produsen plastik wajib menyusun peta jalan pengurangan sampah pada produknya.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya pada Januari lalu dikatakan pemerintah berkomitmen untuk mengatasi masalah sampah dari siklus hidup produk hulu dan hilir, dengan tujuan mencapai “zero waste” pada tahun 2030.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Kementerian, Rosa Vivien Ratnawati, mengatakan pemerintah berupaya mencapai target pengelolaan sampah 70 persen dan pengurangan sampah 30 persen pada tahun 2025, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.

“Tahun 2023 ini, sebelum tahun 2025, kita harapkan sudah siap mengatasi sampah dan menjamin kesejahteraan masyarakat dengan menyadari potensi ekonomi yang dimiliki sampah,” Vivien dikatakan pada tanggal 8 Februari

Togel Sydney

By gacor88