Davos 2023: Litigasi perubahan iklim meningkat, kata panel WEF

19 Januari 2023

DAVOS – Selain kekhawatiran internasional mengenai pemanasan global, litigasi iklim juga marak di seluruh dunia sebagai langkah rentan untuk mengamankan masa depan mereka.

Demikian pandangan yang diambil oleh panel litigasi perubahan iklim pada pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada hari Selasa, dalam sesi yang dimoderatori oleh Jaime Ho, editor The Straits Times.

Panelis pada sesi tersebut – bertajuk “Sampai jumpa di pengadilan! The Rising Tide of Climate Litigation” – merasa bahwa litigasi telah menjadi strategi yang menarik bagi banyak pemangku kepentingan yang ingin mengambil tindakan dalam aksi iklim.

Tren ini akan terus berkembang sebagai cara untuk memajukan atau menunda tindakan efektif terhadap perubahan iklim, kata mereka.

Terdapat hampir 2.000 kasus terkait di seluruh dunia, dengan sekitar seperempatnya terjadi dalam dua tahun terakhir saja, kata panel tersebut.

Ibu Alice Garton, direktur strategi hukum global di Yayasan Hukum Lingkungan Internasional di Belanda, mengatakan kepada hadirin bahwa kasus-kasus ini sebagian besar terjadi di Amerika Serikat, Inggris, Eropa dan Australia, namun jumlahnya juga meningkat di Amerika Latin. , Asia dan Karibia.

Pada tingkat tertinggi, kasus-kasus ini adalah mengenai proyek-proyek yang menciptakan perubahan iklim yang tidak diinginkan. Kasus-kasus tersebut diajukan oleh masyarakat, dan mereka menang jika ilmu pengetahuan dan hukum mengizinkan, katanya.

Ms Garton mencatat bahwa kasus-kasus ini juga dimaksudkan untuk mendorong terciptanya kerangka energi bersih.

“Hampir 70 persen kasus menentang proyek dan pemerintah, sementara 30 persen menentang perusahaan,” katanya.

“Tingkat kemenangan saat ini untuk kasus-kasus ini adalah 50 persen, dan sayangnya kenyataannya (jumlah) kasus cenderung meningkat, bukan turun.”

Ms Garton menambahkan bahwa ada banyak pihak yang mengajukan klaim karena “perubahan iklim adalah masalah yang meluas dan juga risiko finansial”.

Ibu Ayisha Siddiqa, salah satu pendiri Polluters Out, AS, yang bekerja untuk mencegah pencemar masuk ke negara-negara adat di seluruh dunia, mengatakan bahwa permasalahan utamanya adalah komunitas internasional telah gagal memenuhi komitmen, dan bahwa mekanisme kepatuhan dan akuntabilitas oleh para pengambil kebijakan masih belum dilakukan.

“Semua orang mulai dari masyarakat sipil hingga generasi muda dan kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa pemerintah perlu berbuat lebih baik dalam komitmen mereka untuk mengisi kesenjangan kepatuhan,” katanya.

“Sayangnya, proses antar pemerintah tidak mengikat berkali-kali,” ujarnya.

Sesi ini disiarkan langsung dan diyakini merupakan diskusi pertama mengenai masalah ini yang dilakukan di WEF.

sbobet wap

By gacor88