15 Mei 2023
JAKARTA – Para pemimpin ASEAN telah sepakat untuk mendorong pengembangan industri kendaraan listrik (EV) di kawasan dengan harapan suatu hari nanti tidak hanya melayani pasar regional tetapi juga seluruh dunia.
Para pemimpin blok tersebut menulis dalam pernyataan baru-baru ini bahwa mereka berkomitmen untuk mendukung penerapan kendaraan listrik dan meningkatkan kondisi industri di setiap negara anggota. Hal ini termasuk menciptakan lingkungan bisnis dan investasi yang kondusif.
Pada akhir KTT ASEAN di Labuan Bajo minggu ini, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengatakan deklarasi tersebut merupakan langkah penting dalam kerja sama ekonomi kawasan.
“(Ekosistem) akan menjadi bagian penting dalam rantai pasok global, sehingga industri hilir menjadi kuncinya,” kata Presiden, Kamis.
Penggunaan kendaraan listrik di ASEAN lebih rendah dibandingkan di negara-negara dengan pasar kendaraan yang lebih maju, seperti Tiongkok.
Data Consultancy McKinsey and Company menunjukkan bahwa gabungan adopsi kendaraan listrik di Thailand, Malaysia, dan Indonesia pada tahun 2021 lebih rendah dibandingkan di Jepang, di mana 1,2 persen kendaraan yang dibeli adalah kendaraan listrik. Tiongkok menduduki puncak indikator tersebut dengan 16,1 persen, diikuti oleh Korea Selatan dan Australia.
Indonesia, seperti negara-negara anggota ASEAN lainnya, telah mencari investasi dari perusahaan kendaraan listrik untuk produksi kendaraan listrik roda dua dan empat di negara tersebut. Hal ini termasuk investasi pada bahan mentah yang dibutuhkan untuk produksi kendaraan listrik, seperti nikel dan kobalt.
ASEAN juga mengatakan akan berupaya menciptakan standar terpadu untuk kendaraan listrik yang mencakup antara lain teknologi, standar keselamatan, stasiun pengisian daya, pertukaran dan pembuangan baterai. Melalui standardisasi ini diharapkan dapat memfasilitasi perdagangan antar negara dan menjamin interoperabilitas lintas batas.
Perjanjian tersebut juga mencakup rencana untuk meningkatkan partisipasi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam industri kendaraan listrik, meningkatkan kerja sama dalam pengembangan sumber daya manusia, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kendaraan listrik.
Anggota ASEAN juga berencana untuk mendorong penghapusan bertahap kendaraan bermesin pembakaran internal konvensional (ICE) ke kendaraan listrik atau teknologi serupa untuk mengurangi emisi dari transportasi.
Baca juga: Masa depan dan tantangan elektromobilitas di ASEAN
Pada saat yang sama, enam asosiasi terkemuka dari lima negara ASEAN menandatangani perjanjian pengembangan teknologi baterai EV.
Mereka adalah Singapore Battery Consortium (SBC), Thailand Energy Storage Technology Association (TESTA), Nano Malaysia Berhad, Electric Vehicle Association of the Philippines (EVAP) dan dua entitas dari Indonesia: National Centre for Sustainable Transportation Technology (NCSTT) dan Lembaga Penelitian Baterai Nasional (NBRI).
Perjanjian kerja sama yang ditandatangani pada Konferensi Teknologi Baterai dan Kendaraan Listrik ASEAN (ABEVTC) di Bali ini bertujuan untuk menetapkan standardisasi dan menjamin keselamatan.
“Nota kesepahaman ini bertujuan untuk melakukan penelitian bersama mengenai teknologi baterai EV di Indonesia. Kami berharap dapat bekerja sama dengan peneliti lain di kawasan ASEAN untuk mendukung industri baterai di negaranya masing-masing,” kata Leonardo Gunawan, Direktur NCSTT, Selasa, seperti dikutip oleh Di antara.
Edi Prio Pambudi, Wakil Menteri Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Perekonomian, mengatakan Indonesia memiliki potensi untuk membantu membangun ekosistem di kawasan karena negara tersebut memiliki bahan baku untuk memproduksi baterai.
Ia mengatakan dalam pernyataannya pada 6 Mei bahwa negara-negara ASEAN perlu berpikir bersama dalam membangun ekosistem EV dari hulu hingga hilir. Hal ini termasuk mencari cara bagi negara-negara anggota ASEAN untuk mendukung penggunaan infrastruktur yang diperlukan, khususnya stasiun pengisian daya.
“EV berkaitan dengan mobil, stasiun pengisian daya, dan fasilitas lainnya. Ini jelas merupakan tugas besar yang perlu segera dilakukan,” ujarnya.