5 Juli 2022
PETALING JAYA – Dibutuhkan enam tahun untuk menjadi dokter gigi yang terdaftar sepenuhnya di Malaysia. Tapi kenapa harus menunggu jika hanya membutuhkan waktu lima jam dengan metode yang meragukan.
Reporter terlatih jurnalisme ini sekarang menjadi “dokter gigi” bersertifikat.
Pusat pelatihannya adalah sebuah toko kecil di lantai dasar sebuah apartemen murah di Setapak dan pelatih “Hayati” menawarkan berbagai prosedur perawatan gigi.
Kursus hari ini adalah memperbaiki veneer.
Hayati mendapatkan seorang sukarelawan, seorang wanita muda Indonesia yang setuju untuk menjadi pasien bagi keduanya untuk menguji keterampilan baru mereka.
Wanita itu rupanya merupakan pengunjung tetap salon dan Hayati kerap memanfaatkannya untuk berbagai kursus kecantikan.
Terlihat jelas bahwa wanita muda itu gugup saat dia membuka mulutnya lebar-lebar.
Dia memiliki gigi yang bagus, jadi cukup membingungkan mengapa dia harus mengikuti prosedur pelapisan gigi.
Sebuah retraktor mulut, yang terlihat jauh dari sanitasi, dipasang di mulutnya.
Wanita itu meringis. Dan dengan suara yang nyaris tak terdengar dia berkata, “Apakah ini akan menyakitkan?”
Hayati meyakinkannya bahwa tidak apa-apa sebelum melanjutkan pengecoran 16 gigi wanita tersebut dengan komposit putih, sehingga membuatnya tampak mengerikan.
Gigi yang lebih putih dari putih itu tidak alami.
Setelah tiga jam berbaring telentang di tempat tidur pijat compang-camping yang basah oleh air liur, dia akhirnya duduk.
Dia menjilat gigi depannya yang baru dilapis dan bertanya, “Rasanya aneh. Apakah ini yang seharusnya kita rasakan?”
Hayati memberitahunya bahwa dalam dua hingga tiga hari rasa sakitnya akan hilang dan dia akan bisa menikmati gigi seputih porselennya.
Dia kemudian mengatakan kepada kami bahwa mengamankan pelanggan adalah bagian dari “permainan”.
Jika klien ingin melepas veneer, hal yang biasa terjadi, biayanya adalah R50 per gigi.
Seorang dokter gigi terlatih mengatakan kepada The Star bahwa prosedur seperti itu seharusnya tidak menimbulkan rasa sakit.
“Sebagai profesional, kita belajar tentang otot-otot manusia di wajah yang terhubung dengan gigi. Jika tidak diperhatikan, saat rahang bergerak, veneernya bisa pecah dan bisa melukai gusi,” ujarnya.
Setelah pelajaran lima jam, reporter dan “rekan kursusnya” menerima sertifikat menyelesaikan kursus kedokteran gigi serta starter kit untuk langsung terjun ke bisnis.
Rekan kursus, yang telah berkecimpung di industri ini, akan menerapkan apa yang telah dia pelajari begitu dia tiba di rumah.
Sebelum kursus dimulai, Hayati baru saja menyelesaikan kursus kecantikan bersama seorang siswa asal Batu Pahat yang belajar cara melakukan suntik kecantikan.
Untuk R1 500 yang dia minta kepada siswa tersebut, dia meminta pelajar tersebut melakukan prosedur tersebut padanya. Seusai kelas, lengannya memar parah dan berdarah.
Pada hari jurnalis ini mengikuti kursus tersebut, Hayati memperoleh sekitar RM5.000 dari tiga kliennya. Bisnisnya berjalan tanpa henti, bahkan terkadang di akhir pekan.
Dia menyatakan bahwa “pusat” miliknya adalah tempat terbaik untuk mempelajari segala hal tentang memperbaiki gigi palsu, kawat gigi, suntikan pemutih, suntikan plasma kaya trombosit untuk rambut dan wajah, serta pengencangan wajah.
“Seorang murid saya yang melakukan facelift sekarang mendapat penghasilan sekitar RM1.000 hingga RM2.000 seminggu. Teman saya yang orang Indonesia bercerita bahwa dia mendapat sekitar RM20.000 sebulan,” katanya, jelas bangga dengan jumlah uang yang dihasilkan dari bisnis ilegal tersebut.
Operasional Hayati sangatlah sederhana. Unit berukuran kurang dari 200 meter persegi ini memiliki tempat tidur pijat kecil yang berfungsi ganda sebagai kursi dokter gigi. Letaknya di sebelah toilet kecil, pipa saluran pembuangan, dan saluran pembuangan gang belakang.
Bau busuknya tak tertahankan.
Untuk melengkapi bisnisnya yang sudah menguntungkan, Hayati mengatakan bahwa dia memiliki pemasok lokal sendiri untuk semua peralatan yang dibutuhkan untuk “operasinya” dan dia bersedia menyediakan segala yang dibutuhkan siswanya.