Bank Bangladesh mungkin kehilangan 40% aset jika standar global diikuti: FRC

21 Maret 2023

DHAKA – Bank dan non-bank di Bangladesh tidak mengikuti Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) dengan baik sehingga gambaran sebenarnya tidak terlihat dalam laporan keuangan mereka, Pak. Hamid Ullah Bhuiyan, ketua Dewan Pelaporan Keuangan (FRC), mengatakan.

FRC adalah badan pengawas independen yang bertujuan untuk memberikan kepercayaan, kelayakan kredit, transparansi dan akuntabilitas terhadap laporan yang diaudit dan akuntansi perusahaan publik.

“Jika mereka (lembaga keuangan) mengikuti IFRS dengan baik, maka aset mereka akan tergerus 40 persen akibat pengalihan pinjaman rahasia,” tambahnya.

Saat ini, lembaga keuangan di negara tersebut beroperasi sesuai dengan arahan bank sentral, sedangkan IFRS tidak diikuti.

Bhuiyan menyampaikan komentar tersebut kemarin saat berbicara di CMJF Talk, yang diselenggarakan oleh Forum Jurnalis Pasar Modal (CMJF) di kantornya di Dhaka.

“Pinjaman yang diklasifikasikan ini diteruskan dari tahun ke tahun. Namun, sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan kembali dana tersebut,” kata ketua FRC.

Peminjam kini menjadwalkan ulang pinjaman dengan membayar jumlah yang sangat minim dan kemudian meminjam dari bank lain. Akibatnya, bank-bank lain juga mengalami permasalahan yang sama.

“Pinjaman yang diklasifikasikan ini diteruskan dari tahun ke tahun. Namun, sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan kembali dana tersebut,” kata ketua FRC

“Kami meminta bank sentral untuk mewajibkan bank-bank untuk mengikuti IFRS. Tapi kami belum mendapat sinyal positif,” imbuhnya.

Bhuiyan kemudian mengatakan banyak perusahaan menghasilkan uang dari pasar modal dengan memanipulasi laporan keuangannya sehingga investor biasa menjadi korbannya. Oleh karena itu, FRC berencana untuk menggarap emiten setelah mendapatkan tenaga kerja yang memadai.

Untuk memastikan transparansi dalam pelaporan keuangan, FRC akan memanggil auditor. Jika mereka melakukan pelanggaran, mereka juga akan dihukum.

Selain itu, tidak ada auditor yang diizinkan untuk membuat laporan publik tanpa pengawasan FRC, katanya, seraya menambahkan bahwa jika pendapatan perusahaan melebihi Tk 50 crore, itu akan dianggap sebagai entitas kepentingan publik.

Saat ini terdapat sekitar 3.400 entitas seperti itu. Selain itu, sekitar 2.500 organisasi kredit mikro di Bangladesh beroperasi di bawah pengawasan FRC.

FRC akan membentuk panel auditor terpisah untuk bank, perusahaan asuransi, dan perusahaan tercatat yang memiliki kewenangan tunggal untuk mengauditnya.

Bhuiyan juga pesimis terhadap respons sektor asuransi karena belum setuju mengikuti IFRS.

Perusahaan asuransi jiwa tidak membuat rekening untung dan rugi, melainkan hanya menyimpan rekening pendapatan saja.

Namun, menjaga akun tersebut adalah wajib menurut Standar Akuntansi Internasional terlepas dari sifat perusahaannya.

“Kami sudah minta, tapi belum ada jawaban,” katanya.

FRC kini berupaya untuk membentuk peraturan yang diperlukan dan merekrut tenaga kerja yang memadai. Ketika semua ini ada di tangan, maka akan berjalan lancar dan masyarakat akan merasakan manfaatnya, tambah Bhuiyan.

Ziaur Rahman, presiden CMJF, dan Abu Ali, sekretaris jenderal, hadir.

By gacor88