21 Februari 2023
TOKYO – Korea Utara sekali lagi menunjukkan bahwa mereka secara bertahap membangun kemampuan nuklir dan rudal yang mampu menyerang Amerika Serikat. Provokasi militer lebih lanjut yang mengancam stabilitas kawasan dan dunia tidak boleh dibiarkan.
Korea Utara menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) ke Laut Jepang pada hari Sabtu, terbang selama 66 menit sebelum jatuh di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang di lepas pantai barat Hokkaido.
Sekitar waktu yang sama ketika rudal jatuh, benda mirip bola api terekam dalam video. Banyak orang pasti sudah menyadari betul ancaman yang ditimbulkan oleh Korea Utara. Jatuhnya rudal di ZEE Jepang merupakan suatu kebiadaban yang dapat menimbulkan kerugian bagi nelayan dan orang lain.
Rudal tersebut diluncurkan dengan lintasan tinggi dengan sudut yang lebih tinggi dari biasanya. Seandainya diluncurkan pada sudut normal, jarak penerbangan yang dihitung akan mencapai lebih dari 14.000 kilometer, dan berpotensi menghantam wilayah mana pun di Amerika Serikat.
Korea Utara mengatakan pihaknya meluncurkan ICBM Hwasong-15. Hwasong-15 menggunakan bahan bakar cair dan ditembakkan dari landasan peluncuran bergerak. Salah satu rudal ini juga diluncurkan pada tahun 2017, namun peluncuran terbaru tiba-tiba dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya atas perintah pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, sekretaris jenderal Partai Pekerja Korea.
Penembakan terbaru ini mungkin merupakan demonstrasi kemampuan Korea Utara untuk segera melakukan serangan balik jika diserang oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan, atau kesiapan rudal untuk peperangan sebenarnya.
Korea Utara telah memperingatkan bahwa Amerika Serikat dan Korea Selatan akan menghadapi “tindakan balasan yang gigih dan kuat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” sebagai tanggapan terhadap rencana kedua negara untuk mengadakan latihan gabungan skala besar secara rutin pada pertengahan Maret. Peluncuran terbaru ini mungkin dimaksudkan sebagai bagian dari tindakan penanggulangan tersebut.
Untuk selanjutnya, kewaspadaan harus ditingkatkan terhadap kemungkinan tindakan Korea Utara seperti uji peluncuran ICBM berbahan bakar padat baru, peluncuran pertama satelit pengintai militer, atau uji coba nuklir ketujuh.
Penting bagi Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan untuk bekerja sama secara erat. Ketiga negara tersebut tahun lalu mengonfirmasi kebijakan untuk segera berbagi informasi terkait rudal Korea Utara, namun diskusi mengenai langkah-langkah spesifik belum dilakukan.
Terdapat kesenjangan dalam wilayah dimana Jepang dan Korea Selatan dapat mendeteksi rudal melalui radar, dan terdapat ketidakkonsistenan dalam pengumuman kedua negara mengenai peluncuran rudal Korea Utara di masa lalu. Jika sistem untuk berbagi informasi sudah terbentuk, diharapkan situasi seperti ini dapat dicegah dan respons yang lebih efektif dapat diambil.
Meskipun perhatian masyarakat internasional terfokus pada invasi Rusia ke Ukraina dan konfrontasi AS-Tiongkok terkait balon pengintai Tiongkok, permasalahan nuklir dan rudal Korea Utara tidak boleh dibiarkan begitu saja.
Negara-negara industri Kelompok Tujuh, di mana Jepang menjadi presidennya tahun ini, mengecam keras peluncuran tersebut pada pertemuan para menteri luar negeri G7 dan mendesak adanya tanggapan terpadu. Jepang, bersama Amerika Serikat dan Korea Selatan, harus memimpin dalam memperkuat sanksi terhadap Korea Utara.
(Dari The Yomiuri Shimbun, 20 Februari 2023)