25 November 2022
JAKARTA – Seorang anak laki-laki berusia enam tahun telah ditarik dari reruntuhan gempa mematikan Cianjur setelah menghabiskan dua hari terjebak di bawah reruntuhan tanpa makanan atau air dalam penyelamatan “ajaib”.
Penyelamatan dramatis tersebut, yang terekam kamera pada Rabu malam, menghidupkan kembali harapan bahwa para penyintas masih dapat diselamatkan dari reruntuhan beberapa hari setelah gempa kuat yang melanda kota Cianjur di Jawa Barat pada hari Senin dan menewaskan sedikitnya 271 orang.
“Ketika kami menyadari Azka masih hidup, semua orang menangis, termasuk saya,” kata Jeksen, relawan setempat berusia 28 tahun. AFP pada hari Kamis.
“Itu sangat mengharukan, rasanya seperti keajaiban.”
Video menunjukkan petugas penyelamat menarik Azka keluar dari rumah yang hancur di kawasan Cugenang, Cianjur, dengan mengenakan kemeja dan celana biru yang ia kenakan saat terjebak.
Pria yang menariknya dari lubang yang tertimbun reruntuhan memegangi kedua lengannya, sementara petugas penyelamat lain yang mengenakan topi oranye berlari di belakang mereka untuk memegang tangan bocah itu, menurut rekaman yang dirilis oleh Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Azka kemudian terlihat dengan tenang menyeruput minuman yang dipegang seorang tentara sementara petugas darurat lainnya mengelus rambutnya.
Ibunya meninggal akibat gempa dan jenazahnya ditemukan beberapa jam sebelum penyelamatan Azka, kata seorang relawan AFP pada hari Kamis.
Anak laki-laki itu kemudian ditemukan di samping neneknya yang sudah meninggal, kata Jeksen.
Dia hanya diselamatkan oleh tembok yang menahan tembok lain yang runtuh, mencegah tembok itu jatuh menimpanya, lapor media lokal.
“Dia ditemukan di tempat tidur di sisi kiri rumah. Dia dilindungi bantal dan ada jarak 10 sentimeter antara dia dan pelat beton,” kata Jeksen. “Ruangnya sangat sempit, gelap, panas, dan tidak ada cukup lubang untuk udara.”
“Kami tidak menyangka dia masih hidup setelah 48 jam jika kami tahu kami akan berusaha lebih keras pada malam sebelumnya,” katanya.
“Selama bertahun-tahun sejak saya menjadi sukarelawan, saya belum pernah melihat hal seperti ini. Bagaimana bisa kamu tidak menangis?”
Banyak orang yang tewas dalam gempa tersebut adalah anak-anak yang berada di sekolah atau di rumah mereka ketika gempa terjadi, kata para pejabat.
Namun pihak berwenang memperingatkan bahwa waktu hampir habis karena petugas penyelamat terhambat karena hujan es dan gempa susulan yang berpotensi mematikan.
“Hari ini untuk operasi pencarian dan penyelamatan kami mengerahkan 6.000 orang. Hujan turun, tapi kami terus melakukan pencarian,” kata Suharyanto, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Tolong doakan kami agar 40 orang hilang itu bisa ditemukan.”
Pihak berwenang terus mencari puluhan orang yang masih terkubur di bawah puing-puing, termasuk seorang gadis berusia tujuh tahun yang hilang.