4 April 2022

JAKARTA – Dengan adanya keringanan karantina, Ramadhan dan Idul Fitri di rumah bersama keluarga menjadi kenyataan.

Ramadhan sangat terkait dengan pertemuan keluarga, di mana kerabat berkumpul untuk berbuka puasa bersama di lingkungan yang hangat dan akrab. Karena penutupan dan pembatasan perbatasan, dua tahun terakhir menjadi tantangan bagi banyak orang Indonesia.

Dengan lebih banyak orang yang divaksinasi, bepergian ke luar negeri tidak lagi dibatasi di sebagian besar dunia dan Indonesia juga telah melonggarkan aturan karantina di banyak wilayah di Jawa dan Bali. Pemerintah juga membebaskan karantina untuk semua pendatang asing yang divaksinasi penuh yang memasuki negara itu sejak 22 Maret, karena kasus virus corona harian turun lebih dari 90 persen dari puncaknya pada pertengahan Februari.

Ini berarti anggota diaspora Indonesia akhirnya dapat merencanakan untuk menghabiskan Ramadhan dan Idul Fitri di Indonesia.

Bantuan karantina

Wawan Putra yang saat ini tinggal dan bekerja di Melbourne, Australia sebagai guru bahasa Indonesia, berencana pulang kampung setelah dua tahun merantau. Ia akan dapat menghabiskan waktu bersama keluarganya di Bogor, Jawa Barat dan tidak perlu membayar akomodasi karantina yang mahal.

“Saya tidak sabar untuk pulang untuk melihat keponakan kecil saya. Saya belum melihat mereka secara langsung untuk sementara waktu, ”dia berbagi.

“Desember lalu, teman-teman saya pulang dan membayar setidaknya AU$4.000 ($3.006) untuk karantina,” tambahnya. Bagi Wawan, menghabiskan Ramadhan di negara asalnya akan terasa istimewa. Suasana dan keceriaan bertatap muka dengan orang tersayang tidak bisa digantikan dengan panggilan Zoom.

“Saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya saat ini, tapi saya sangat senang akhirnya bisa melihat keluarga saya,” katanya.

Tinggal di Luar Negeri: Tahun 2021, Wawan Putra merayakan Idul Fitri bersama warga Indonesia lainnya di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Darwin, Australia. (Koleksi Pribadi/Sumber Wawan Putra) (Koleksi Pribadi/Sumber Wawan Putra)

Beberapa akan mengambil kesempatan untuk mengunjungi makam orang yang mereka cintai, bagian rutin dari Idul Fitri bagi banyak orang. Riska Lolita yang berasal dari Surabaya, Jawa Timur, sejak 26 Maret lalu pulang kampung untuk merayakan Ramadhan dan Idul Fitri bersama keluarganya.

“Sudah lama sejak saya terakhir mengunjungi makam orang tua saya. Saya tidak sering melakukan ini karena saya tinggal di Melbourne. Saya menikmati makan opor ayam bersama keluarga,”

Riska berbagi. Riska bukan satu-satunya. Yudha Dermawan adalah mahasiswa internasional dari Palopo, Sulawesi Selatan, saat ini mengambil jurusan Manajemen Perhotelan di Politeknik Melbourne dan berencana pulang untuk mengunjungi orang-orang tersayang.

“Saya kehilangan bibi dan paman saya karena COVID-19 tahun lalu. Jadi, Ramadan dan Idul Fitri tahun ini akan berbeda. Saat mereka meninggal, saya tidak ada di rumah,” kata Yudha. Ramadhan dalam dua tahun terakhir sedikit berbeda baginya karena ia harus puas bersama teman-teman mahasiswa internasionalnya.

“Perbedaannya hanya saya harus memasak untuk diri sendiri dan teman-teman, tapi yang paling saya rindukan adalah berbelanja untuk lebaran. Di Australia, tidak ada kemeriahan membeli baju baru di department store di Indonesia menjelang Idul Fitri,” ungkapnya.

Yudha mengatakan “tidak ada yang mengalahkan” keindahan alam Palopo dan makanan tradisional, terutama kapurung (sayur sop dengan sagu dan daging atau makanan laut).

“Ini makanan pokok di rumah, dan mudah ditemukan di warung makan lokal, tapi tidak di Melbourne,” kata Yudha.

Perayaan sederhana: Jauh dari keluarga, Yudha Dermawan merayakan Ramadhan bersama teman serumah dan rekan-rekannya di tahun 2020. (Koleksi Pribadi/Sumber Yudha Dermawan) (Koleksi Pribadi/Sumber Yudha Dermawan)

Karya dari Indonesia
Luki Nati, seorang pengembang perangkat lunak dan anggota komunitas Stand-Up Indo-Tokyo, berencana mengunjungi kampung halamannya di Malang, Jawa Timur, pada Ramadan mendatang. Luki berencana merayakan bulan suci bersama keluarganya selama tiga bulan.

Selain kemudahan perjalanan, Luki memutuskan untuk membawa pulang pekerjaannya. Luki telah tinggal di Jepang selama empat tahun.

“Alhamdulillah, kantor saya mengizinkan saya untuk bekerja dari jarak jauh untuk sementara waktu, jadi saya memiliki kesempatan untuk berkumpul kembali dengan keluarga saya,” cerita Luki. Luki menambahkan, dirinya senang menjalani Ramadan di Indonesia tahun ini karena waktu berbuka puasa semakin cepat.

“Tahun ini di Jepang, puasa memakan waktu sekitar 17 jam karena Ramadhan berlangsung selama musim panas. Tapi di Indonesia hanya 14 jam,” jelasnya seraya menambahkan bahwa waktu yang paling sulit adalah sahur karena harus berangkat dua jam lebih awal dari kebanyakan orang Indonesia. Namun seperti kebanyakan masyarakat Indonesia yang merindukan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, Luki mengatakan menunaikan kewajiban agamanya di negara non-Muslim terasa berbeda.

“Idul Fitri bukanlah hari libur di Jepang, jadi kami biasanya libur, sholat berjamaah di Masjid Al-Ikhlas di Shinjuku, lalu makan bersama. Kami juga mengunjungi Masjid Nusantara di Akihabara lalu pulang,” tambah Luki.

Home sweet home: Suasana menghabiskan bulan suci di Indonesia memang tiada duanya. (Koleksi Pribadi/Sumber Luki Nati) (Koleksi Pribadi/Sumber Luki Nati)

Pulang cepat
Richo Dwi Permadi yang saat ini berdomisili di Fukui, Jepang, memutuskan pulang lebih awal sebelum Ramadan untuk menikmati liburan singkat dan pernikahannya yang sempat tertunda selama dua tahun.

“Saya pulang lebih awal karena semua orang akan mulai bekerja pada 1 April, dan kami tidak libur Ramadhan,” kata Richo. Ia menjelaskan betapa rindunya merayakan bulan suci bersama keluarganya di Indonesia. Tinggal di Fukui, pinggiran kota 500 kilometer dari Tokyo, benar-benar berbeda, karena tidak banyak orang Indonesia yang tinggal di sana dibandingkan dengan kota-kota besar. Sebagian besar restoran Indonesia juga tutup karena pandemi.

“Masyarakat Indonesia di sini kecil, dan pilihan makanannya tidak sesuai dengan keinginan saya. Aku kangen masakan Padang. Kebanyakan restoran di sini mahal untuk mahasiswa atau orang yang baru mulai bekerja seperti saya,” tambahnya sambil tertawa. Makanan Ramadan favorit Richo adalah nugget ayam. “Saya banyak memasak ayam karena mengingatkan saya pada rumah,” katanya.

Tak sabar: Saat ini berbasis di Fukui, Jepang, Richo Dwi Permadi tak sabar ingin pulang lebih awal sebelum Ramadhan untuk liburan singkat dan menikah. (Koleksi Pribadi/Sumber Milik Richo Dwi Permadi) (Koleksi Pribadi/Sumber Milik Richo Dwi Permadi)

Orang Indonesia yang tidak bisa pulang liburan tidak selalu sendiri. Kedubes RI kerap mengadakan rangkaian acara selama Ramadan dan Idul Fitri. Karena pandemi, beberapa acara dibatalkan tergantung pada peraturan negara masing-masing dan aturan jarak sosial.

Wawan yang merayakan Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2021 di Darwin, bisa merayakan bulan suci bersama sesama warga Indonesia. Namun, Luki harus menghabiskan liburannya sendirian di Jepang.

“Dengan merayakan lebaran bersama warga Indonesia lainnya, saya menyalurkan kerinduan saya kepada keluarga kepada masyarakat tanah air. Tapi, beda-beda saja,” kata Wawan.

SGP Prize

By gacor88