Diplomasi publik melalui media sosial mendekatkan Asean dengan masyarakatnya

3 Agustus 2023

JAKARTA – Adegannya adalah lobi megah Hotel Shangri-La di Jakarta. Seorang wanita dengan blus batik cantik dan kacamata hitam besar berjalan melewati galeri untuk memimpin serangkaian pertemuan meja bundar yang serius antara sekelompok pria.

Ada juga pidato singkat tentang pentingnya ASEAN dalam menghadapi berbagai tantangan. Di sela-sela pertemuan tersebut, selfie singkat dan tawa menciptakan suasana hangat dan bersahabat.

Demikianlah video pendek Instagram yang dibagikan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di akun Instagram pribadinya @retno_marsudi hampir setiap hari selama KTT Tingkat Menteri ASEAN dan pertemuan terkait bulan lalu.

Seperti Retno, Vivian Balakrishnan, Menteri Luar Negeri Singapura, juga rutin mengunggah video dan foto kegiatannya selama KTT. Gambar-gambar tersebut biasanya disertai dengan caption panjang yang menjelaskan apa saja kesimpulan dari pertemuan tersebut, komitmen-komitmen penting yang dilakukan, dan tentunya banyak apresiasi atas berjalannya pertemuan secara produktif dan baik.

Kami tidak pernah membayangkan interaksi media sosial seperti ini dengan para menteri ASEAN 10 tahun lalu. Pertemuan-pertemuan ASEAN dan, tentu saja, banyak konferensi internasional seringkali dipandang sebagai pertemuan yang panjang dan membosankan serta hanya menjadi perhatian kelompok elit, baik pejabat pemerintah maupun politisi. Tentu saja tidak banyak diminati masyarakat.

Namun saat ini, dengan meningkatnya jumlah pengguna media sosial, diplomat dan pejabat pemerintah mulai mengandalkan platform media sosial untuk menjangkau khalayak yang lebih luas guna mempromosikan apa yang telah mereka lakukan dan mengapa pencapaian tersebut relevan bagi masyarakat umum. Lebih jauh lagi, postingan tersebut memperjelas apa yang terjadi di meja perundingan internasional. Beberapa tahun yang lalu, masyarakat tidak dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi dalam negosiasi ini. Mereka hanya mengandalkan saluran televisi yang biasanya menayangkan cuplikan pendek dan berita.

Memang benar, dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kebijakan luar negeri dan tampaknya menjadi cara yang efektif untuk memperkenalkan dan berkomunikasi dengan masyarakat umum. Retno, misalnya, kini memiliki sekitar 506.000 pengikut di Instagram, sedangkan Vivian memiliki 82.000 pengikut. Jumlahnya tentu besar dan sebagian besar pengikutnya tampaknya masih muda.

Berdasarkan laporan terbaru “Memahami Bagaimana Kaum Muda Melihat ASEAN” yang diterbitkan oleh Sekretariat ASEAN, sebagian besar pemuda di Asia Tenggara belajar tentang ASEAN melalui Internet dan media sosial dibandingkan melalui sistem sekolah atau media nasional.

Saat ini terdapat 213 juta anak muda di negara-negara ASEAN yang berusia antara 15 dan 34 tahun. Ini merupakan kelompok pemuda ASEAN terbesar yang pernah ada. Wajar jika para pembuat kebijakan menyadarkan generasi muda mengenai apa yang sedang terjadi di wilayah mereka dan tantangan-tantangan yang dihadapi wilayah tersebut.

Namun, salah satu kendala tersulit yang dihadapi ASEAN adalah tidak semua generasi muda di kawasan ini merasa menjadi bagian dari ASEAN, apalagi menjadi bagian dari solusi permasalahan kawasan. Tantangan ini harus diatasi dengan dukungan pilar sosial budaya ASEAN.

Dengan besarnya jumlah generasi muda dan pengguna media sosial di Asia Tenggara, penting bagi para pengambil kebijakan untuk membagikan hasil pertemuan penting di akun media sosial mereka. Beberapa permasalahan yang dihadapi ASEAN saat ini mungkin tidak relevan dengan generasi muda saat ini. Namun, mereka mungkin tidak menyadari betapa pentingnya hal ini bagi mereka dan masa depan kawasan.

Misalnya, krisis di Myanmar sangatlah penting karena akan menentukan bagaimana kawasan ini bergerak maju. Kesadaran akan teka-teki di Myanmar akan mendorong generasi muda ASEAN untuk terlibat dan berinteraksi dengan rekan-rekan mereka di Myanmar untuk belajar bagaimana mereka dapat membantu mereka mengatasi penderitaan mereka.

Sengketa Laut Cina Selatan adalah isu penting lainnya yang harus diwaspadai oleh kaum muda karena keamanan dan perdamaian masa depan kawasan ini dipertaruhkan. Terlebih lagi, konflik tersebut akan lebih sedikit terselesaikan pada generasi sekarang dan kemungkinan besar akan diteruskan ke generasi berikutnya.

Jika kita menerima kepemimpinan bergilir ASEAN, maka Indonesia telah berusaha untuk mempromosikan pengelompokan regional sebagai aset berharga bagi masyarakat ASEAN. Partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan ASEAN akan menjadikan blok ini penting bagi semua pihak.

Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai isu-isu ASEAN. Ada banyak cara untuk melibatkan masyarakat ASEAN dalam upaya mengatasi tantangan dan permasalahan yang dihadapi ASEAN, dan media sosial tampaknya menjadi salah satu cara yang paling efektif.

Penting bagi para pembuat kebijakan ASEAN untuk menjaga interaksi yang lebih tulus dengan masyarakat dan khususnya generasi muda di media sosial. Media sosial merupakan alat yang efektif tidak hanya untuk mengakrabkan kebijakan luar negeri dan apa yang telah dicapai, namun yang lebih penting adalah untuk mendengarkan dan mengeksploitasi aspirasi, keluhan dan keluh kesah masyarakat, khususnya generasi muda.

***

Penulis adalah mahasiswa PhD di College of Asia and the Pacific, Australian National University (ANU) dan dosen hukum internasional di Universitas Indonesia.

By gacor88