1 September 2022
MANILA – Dr. Bernadette Madrid, seorang pejuang hak-hak anak dari Filipina, dinobatkan sebagai salah satu dari empat pemenang Ramon Magsaysay Awards yang bergengsi, yang dianggap sebagai Hadiah Nobel Asia.
Dalam upacara virtual pada Rabu (31 Agustus), Ramon Magsaysay Award Foundation yang berbasis di Manila mengutip Dr Madrid, 64, atas karyanya dengan Child Protection Network Foundation.
Sejak tahun 2002, organisasi non-pemerintah ini telah membantu lebih dari 149.000 anak-anak dan perempuan yang mengalami pelecehan di 61 provinsi dan 10 kota, memberikan mereka layanan medis, hukum dan psikososial.
Dokter anak ini juga mengepalai Unit Perlindungan Anak di Rumah Sakit Umum Filipina yang dikelola pemerintah, yang merupakan fasilitas pertama di negara tersebut yang memberikan layanan kesehatan mental kepada anak-anak dan perempuan yang mengalami pelecehan. Hingga saat ini, unit tersebut telah membantu 27.600 anak.
Penghargaan Ramon Magsaysay diambil dari nama presiden ketujuh Filipina, mantan montir mobil yang mendapat penghargaan atas kepemimpinannya yang melayani sehingga membuatnya mendapat julukan Champion of the Masses.
Pemenang sebelumnya termasuk mantan Wakil Perdana Menteri Singapura Goh Keng Swee dan mantan Ketua Hakim Malaysia Suffian Hashim.
Penerima penghargaan Magsaysay lainnya pada tahun 2022 termasuk Dr Sotheara Chhim, seorang psikiater yang selamat dari rezim Khmer Merah yang menyebabkan sekitar dua juta warga Kamboja tewas pada akhir tahun 1970-an karena terlalu banyak bekerja, kelaparan, dan eksekusi massal.
Dr Chhim, 54, kini mengepalai Organisasi Psikososial Transkultural (TPO), yang memimpin upaya untuk merawat para penyintas Khmer Rogue yang trauma akibat genosida.
Dia membantu mengembangkan cara untuk mendiagnosis “baksbat” atau “keberanian yang rusak,” sebuah sindrom pasca-trauma yang ditunjukkan oleh masyarakat Kamboja yang mencakup gejala ketakutan, kepasifan, dan penghindaran.
TPO meningkatkan kesadaran klinis terhadap sindrom ini sehingga penderita trauma di Kamboja dapat dinilai dan diobati dengan lebih baik.
Dokter mata Jepang Tadashi Hattori (58) menerima penghargaan karena menyediakan operasi mata gratis di daerah pedesaan Vietnam. Ia pertama kali mengunjungi Hanoi pada tahun 2002 dan menemukan bahwa kebutaan katarak merupakan hal yang umum terjadi di negara tersebut, dimana dokter spesialis mata dan fasilitasnya terbatas.
Dr. Hattori menyumbangkan peralatan medis ke Hanoi, dan melakukan berbagai misi medis ke Vietnam untuk memberikan perawatan mata gratis, melatih dokter lokal dan menyumbang ke rumah sakit.
Pemenang Magsaysay terakhir adalah aktivis lingkungan dan pembuat film asal Perancis, Gary Bencheghib, yang dikenal karena berhasil membersihkan air yang tercemar di Indonesia.
Keluarganya pindah ke Bali ketika dia baru berusia sembilan tahun, dan dia segera menyadari bahwa tujuan wisata yang seharusnya sempurna itu ternyata terhambat oleh sampah plastik. Mereka memulai advokasinya dengan membuat kayak yang terbuat dari botol plastik bekas untuk meningkatkan kesadaran mengenai polusi plastik di laut.
Pada tahun 2017, tim Bapak Bencheghib membuat serial dokumenter saat berkendara di sekitar Sungai Citarum, yang dikatakan sebagai salah satu sungai paling tercemar di dunia.
Hal ini menarik perhatian Presiden Indonesia Joko Widodo yang mendorong pemerintah mencanangkan program rehabilitasi Sungai Citarum selama tujuh tahun.
Keempat pemenang Hadiah Magsaysay akan diterbangkan ke Manila untuk upacara penghargaan langsung pada tanggal 30 November. Penghargaan ini dilengkapi dengan hadiah uang tunai, yang dalam beberapa tahun terakhir berjumlah US$50,000 (S$69,900).