18 November 2022
JAKARTA – Indonesia telah menarik investasi baru di sektor kendaraan listrik (EV), bertepatan dengan forum Kelompok G20, di mana para pemimpin dunia dan dunia usaha menyepakati komitmen untuk menurunkan emisi karbon.
Otoritas Investasi Indonesia (INA), Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) dan CMB International Capital Corporation Ltd. (CMBI) menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada hari Senin untuk membentuk Dana Hijau, di mana mereka akan berinvestasi bersama.
Dana yang diperkirakan akan tumbuh hingga US$2 miliar ini akan fokus pada investasi rantai nilai kendaraan listrik terutama di Indonesia dari hilir hingga hulu.
“Elektrifikasi adalah solusi menarik dibandingkan energi konvensional untuk membantu mengurangi dampak lingkungan sekaligus memanfaatkan potensi pertumbuhan pasar,” kata CEO INA Ridha Wirakusumah dalam sebuah pernyataan.
Selain itu, konglomerat China Envision Energy siap memasuki industri baterai EV di Indonesia, khususnya di bidang bahan baku, kata Kementerian Investasi, Rabu.
“Ini akan menjadi kolaborasi lain dengan perusahaan nasional,” kata Menteri Investasi Bahlil Lahadalia kepada wartawan di Bali, seraya menambahkan bahwa hal ini akan mendekatkan negara ini untuk menjadi salah satu pemain baterai kendaraan listrik terkemuka di dunia.
Baca juga: B20 diakhiri dengan kesepakatan energi ramah lingkungan, EV
Selain investasi, produsen kendaraan listrik yang ada juga memamerkan produknya dengan memberikan layanan gratis pada bus listrik, mobil, dan kendaraan roda dua.
Indonesia memiliki sekitar seperempat cadangan nikel dunia sebesar 21 juta ton, setara dengan Australia yang memiliki jumlah yang sama, disusul Brazil dan Rusia, menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).
Indonesia diperkirakan akan menjadi pusat nikel global dengan hampir separuh produksi nikel dunia dipasok oleh Indonesia pada tahun 2030.
Dana tersebut dan perusahaan Tiongkok menambah daftar panjang investasi yang masuk ke Indonesia karena semakin banyak perusahaan yang berupaya memanfaatkan potensi ekosistem kendaraan listrik di negara ini, bersama dengan Foxconn dan Hyundai, dan banyak lainnya.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memuji kerja sama INA dengan beberapa investor yang dilakukan belakangan ini.
Ia menambahkan, BUMN juga memanfaatkan peluang tersebut dengan mendirikan Indonesia Battery Corporation (IBC), perusahaan patungan empat BUMN pertambangan dan energi, yang fokus mengembangkan ekosistem kendaraan listrik Tanah Air.
Abrar Aulia, analis industri tekstil, otomotif dan baja di Bank Mandiri, memperkirakan investasi INA baru-baru ini dapat memungkinkan aliran pembiayaan yang terjangkau untuk mendukung industri kendaraan listrik di Indonesia.
Ia menambahkan, tren adopsi EV di Indonesia akan terus meningkat, yang merupakan pertanda baik bagi investor yang memasuki pasar tersebut.
“Kami yakin arah penerapannya akan bergantung pada persaingan antar produsen kendaraan listrik. Kalau lebih banyak produsen yang bisa menjual EV dengan harga sangat terjangkau, akan jauh lebih cepat,” kata Abrar Jakarta Post.
Baca juga: Jokowi memerintahkan peralihan EV untuk meningkatkan permintaan
M. Faisal, direktur eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), mengatakan pada hari Kamis bahwa investasi ini akan berarti lebih banyak pemain yang memasuki pasar, yang diharapkan akan sangat membantu dalam memperkuat ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Namun, Faisal mengatakan dana yang dihimpun INA dapat digunakan untuk menggenjot infrastruktur EV di tanah air, khususnya dalam bentuk stasiun pengisian daya yang saat ini masih terkonsentrasi di Jakarta dan Bali, sementara penggunaan EV juga melimpah di banyak daerah lain. Hal ini juga berlaku untuk investasi swasta lebih lanjut.
Selain itu, dana tersebut dapat digunakan untuk membantu mendorong penggunaan energi terbarukan dalam rantai pasokan kendaraan listrik, karena sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia berasal dari bahan bakar fosil. Peluang lain, katanya, dapat mencakup investasi untuk mempromosikan praktik pertambangan ramah lingkungan, yang dikritik oleh para aktivis karena mengancam lingkungan dan masyarakat di sekitar mereka.