23 Mei 2023
JAKARTA – Pemanggilan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) kepada Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka untuk meminta penjelasan soal pertemuannya dengan calon presiden dukungan Partai Gerindra, Prabowo Subianto, merupakan indikasi meningkatnya keresahan antara partai berkuasa dan Presiden Joko “Jokowi” Widodo.
PDI-P memutuskan untuk tidak memberikan sanksi kepada Gibran, putra sulung Jokowi, atas kontroversi tersebut, yang terjadi di tengah semakin banyaknya kelompok pendukung presiden yang menjanjikan dukungan kepada Prabowo pada Pilpres 2024 dibandingkan calon dari PDI-P sendiri, Gubernur Jawa Tengah Ganjar. Pranowo.
Jokowi adalah anggota PDI-P, dan ia serta partai tersebut telah menikmati hubungan baik sejak presiden terjun ke dunia politik sebagai Wali Kota Surakarta, Jawa Tengah, pada tahun 2005. Meski Gibran sudah terkenal sebagai pengusaha, ia akhirnya mengikuti jejak Jokowi setelah terpilih menjadi Wali Kota Surakarta pada tahun 2020, dengan dukungan dari PDI-P.
Popularitas presiden dan keluarganya terus meningkat, namun analis politik Bawono Kumoro dari lembaga jajak pendapat Indikator Politik Indonesia yakin bahwa partai tersebut menjadi waspada terhadap semakin besarnya pengaruh presiden, yang mulai bersaing dengan pengaruh PDI-P itu sendiri. . .
“PDI-P berhati-hati dalam hal ini, karena mereka telah mempertimbangkan posisi unik Jokowi,” kata Bawono kepada The Jakarta Post pada hari Senin.
“Jokowi mungkin hanya anggota PDI-P menurut ketua umum (Megawati Soekarnoputri), dan Gibran masih pendatang baru di dunia politik, tapi partai tersebut sepertinya enggan (mengambil sikap tegas) terhadap keluarga Jokowi.”
Gibran mengangkat alis setelah bertemu dengan Menteri Pertahanan Prabowo selama kunjungannya ke Surakarta pada hari Jumat ketika beberapa kelompok pendukung Jokowi-Gibran menyatakan dukungan mereka terhadap Prabowo. Kuat Hermawan, koordinator kelompok pendukung Gibran yang hadir saat pernyataan tersebut, mengatakan bahwa Wali Kota Surakarta membantu mengatur pertemuan dadakan antara Prabowo dan kelompok tersebut, harian Kompas melaporkan.
Gibran sebelumnya bersikeras bahwa dia berada di sana, dalam kapasitasnya sebagai Wali Kota Surakarta, hanya untuk menyambut menteri di kota tersebut, dan bukan sebagai dukungan terhadap pencalonan Prabowo.
Dewan Pusat PDI-P memanggil Gibran ke markas partainya di Jakarta pada hari Senin untuk mengklarifikasi kontroversi tersebut, namun memilih membiarkan Gibran pergi tanpa sanksi apa pun.
Perpecahan pendukung
Tanda-tanda hubungan yang tidak nyaman tidak hanya datang dari PDI-P, karena anggota keluarga presiden telah berulang kali menunjukkan ketertarikan mereka terhadap Prabowo, bahkan setelah PDI-P meresmikan dukungannya terhadap Ganjar pada bulan April. Awal bulan ini, Kaesang Pangarep, adik laki-laki Gibran yang dikabarkan sedang mempertimbangkan karir politiknya sendiri, mengenakan kaus bertuliskan Prabowo dalam video yang diunggah ke saluran YouTube-nya.
Sementara alasan PDI Perjuangan bersikap lunak terhadap Gibran adalah karena pertemuan tersebut merupakan hasil manuver dari luar partai, namun pengamat politik Ujang Komarudin mengatakan pertemuan tersebut tidak akan terlaksana tanpa restu dari Jokowi.
“Tidak mungkin Gibran atau Kaesang melakukan tindakan tersebut tanpa restu ayah mereka,” kata Ujang kepada Post, Senin. “Mereka adalah anak-anak presiden, dan segala tindakan politik mereka akan dianalisis oleh seluruh Indonesia dan presiden (menyadari hal ini sepenuhnya).”
Namun bukti yang lebih memberatkan terletak pada keengganan Jokowi untuk mendukung Ganjar pada acara Musyawarah Rakyat (Musra), sebuah acara yang dihadiri oleh ribuan pendukung Jokowi pada tanggal 14 Mei, bahkan ketika Prabowo terus mengasingkan pendukung Jokowi untuk menyedot Ganjar.
“Kalau Presiden sudah memutuskan mendukung PDI Perjuangan dan Ganjar, bisa saja beliau menyebut namanya saat Musra,” kata Bawono. “Sebelum ada pernyataan, masyarakat pasti paham kalau dia tidak bisa menyebut nama Ganjar, tapi sekarang Megawati sudah memberikan persetujuan resminya.”
Sejak Agustus 2022, para pendukung Presiden telah menggelar lebih dari 20 acara serupa di seluruh Tanah Air, dan rangkaian ini Musra akhirnya memutuskan tiga sosok pilihan penggantinya. Baik Ganjar maupun Prabowo termasuk di antara tokoh-tokoh tersebut, dan Ketua Partai Golkar Airlangga Hartarto melengkapi daftarnya.
Survei Indikator yang dirilis pekan lalu menunjukkan dukungan terhadap Ganjar di kalangan pendukung presiden masih paling kuat dibandingkan calon presiden lainnya. Di antara responden yang memilih Jokowi pada 2019, sebanyak 54,9 persen menyatakan akan memilih Ganjar jika pemilu digelar hari ini.
Lebih dari 24 persen responden menyatakan dukungan mereka terhadap Prabowo, saingan Jokowi pada tahun 2014 dan 2019, sementara 13,3 persen memilih mantan gubernur Jakarta dan tokoh oposisi Anies Baswedan yang didukung Partai NasDem.
Namun, semakin banyak kelompok pendukung Jokowi yang menyatakan dukungan mereka terhadap Prabowo dalam beberapa bulan terakhir.
Setelah awalnya mendukung Ganjar, kelompok pendukung Jokowi Mania (Joman) menarik dukungannya terhadap Gubernur Jawa Tengah pada bulan Februari dan mengalihkannya ke Prabowo. Kini disebut sebagai Prabowo Mania, ketuanya, Immanuel Ebenezer, membuat klaim yang berani bahwa 90 persen pendukung Jokowi siap mendukung Prabowo, demikian yang dilaporkan kompas.tv.
Yang terbaru terjadi pada hari Jumat ketika 15 kelompok pendukung Jokowi-Gibran dari Jawa Tengah dan Jawa Timur secara resmi mendukung Prabowo, dan Menteri Pertahanan dan Gibran menyaksikan deklarasi mereka.