11 November 2022
JAKARTA – Hasil pemilu sela Amerika Serikat, meskipun masih terlalu dini untuk diumumkan, seharusnya memberikan kelegaan besar tidak hanya bagi Amerika Serikat, namun juga bagi peradaban dunia, karena suka atau tidak, demokrasi Amerika tetap menjadi satu-satunya yang diunggulkan oleh dunia. memandang ke atas, terlepas dari semua ketidaksempurnaan dan kontroversinya.
Setelah pemungutan suara pada 8 November, masih belum pasti partai mana yang akan mengendalikan Kongres AS. Sebelum pemilu, Partai Republik mempunyai peluang besar untuk menyapu bersih Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat, namun pada akhirnya harus puas dengan keunggulan tipis untuk memastikan bahwa mekanisme checks and balances akan berjalan dengan baik. Ini sangat sehat dan konstruktif dalam demokrasi.
Kemenangan telak bagi Partai Republik akan menjadi bencana bagi perekonomian dan militer terbesar di dunia karena hal ini dapat menghidupkan kembali Partai Republik di bawah mantan Presiden Donald Trump untuk menghidupkan kembali kampanye Make American Great Again.
“Saya pikir ini adalah hari yang baik bagi demokrasi,” kata Presiden AS Joe Biden pada konferensi pers Gedung Putih pada hari Rabu. “Dan saya pikir ini adalah hari yang baik bagi Amerika (…) Demokrasi kita telah diuji dalam beberapa tahun terakhir, namun dengan suara mereka, rakyat Amerika telah berbicara dan sekali lagi membuktikan bahwa demokrasi adalah jati diri kita.”
Bagi Biden, pemilu paruh waktu tampak seperti referendum atas kinerjanya selama dua tahun terakhir. Sekarang dia bisa terbang ke Bali untuk menghadiri KTT G20 pada 15-16 November dengan suasana hati yang jauh lebih percaya diri.
Kehadiran Biden di Bali akan memberikan semangat bagi Presiden Joko “Jokowi” Widodo sebagai tuan rumah KTT tersebut, karena ia berharap presiden AS akan memainkan peran yang lebih konstruktif dalam pertemuan G20, yang mana dunia mengharapkan adanya tindakan nyata. untuk mengatasi. berbagai krisis energi, pangan, kesehatan, iklim dan perlambatan ekonomi.
Bagi Partai Republik, kegagalan mendapatkan suara mayoritas adalah sebuah kegagalan. Ini adalah hasil yang mengecewakan mengingat hampir semua organisasi media AS dan lembaga jajak pendapat publik terkemuka memperkirakan bahwa AS akan condong ke arah Partai Republik.
Selama empat tahun masa kepresidenannya, Trump membawa AS ke tingkat demokrasi terbawah, berkat pola pikirnya yang diktator dan tidak menghormati perjanjian internasional. Ketika Biden mengalahkannya pada pemilu 2020, Trump menolak mengakui kekalahannya dan mengatakan pemilu tersebut telah dicurangi. Dia bahkan mendorong pendukung setianya untuk melakukan kerusuhan dan tidak berbuat cukup untuk mencegah serangan di Capitol Hill pada 6 Januari 2021.
Trump diperkirakan akan mengumumkan upayanya untuk mengikuti pemilu 2024 pada 15 November jika Partai Republik telah mendapatkan mayoritas di Senat dan Kongres.
Sejauh ini, Partai Demokrat telah memperoleh 48 kursi di Senat, begitu pula Partai Republik. Namun akan terjadi pemilihan putaran kedua di beberapa negara bagian karena tidak ada partai yang mampu melewati ambang batas 50 persen.
Bagi india, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat, perkembangan politik di Amerika Serikat dapat menjadi pelajaran yang baik. Siapa pun yang ingin memanipulasi demokrasi untuk kepentingannya sendiri pada akhirnya akan berhadapan dengan akal sehat para pemilih.
Pemilih Amerika telah membuktikan kedewasaan mereka dalam memahami nilai demokrasi, begitu pula pemilih Indonesia yang akan memilih pemimpin baru pada Februari 2024.