Ibu negara dihormati sebagai soft power presiden

2 Agustus 2023

JAKARTA – Setelah menonton dua serial televisi Amerika, Ibu Negara Dan Ibu Negara Terungkap, muncul wajah mantan ibu negara Indonesia Tien Suharto dan Sinta Nuriyah Wahid serta ibu negara saat ini Iriana Widodo. Seperti perempuan Amerika, ketiga istri pertama asal Indonesia ini telah memberikan kontribusi besar terhadap pekerjaan suami mereka sebagai kepala eksekutif negara.

Ibu Negara adalah gambaran ulang kepemimpinan Amerika melalui kacamata tiga ibu negara. Dibintangi oleh Viola Davis sebagai Michelle Obama, Michelle Pfeiffer sebagai Elizabeth Anne Ford dan Gillian Anderson sebagai Eleanor Roosevelt, serial ini menggali jauh ke dalam kehidupan pribadi dan politik perempuan.

Sedangkan yang berbasis dokumenter Ibu Negara Terungkap menggambarkan Nancy Reagan, Rosalyn Carter dan Jacqueline Kennedy, semuanya meninggalkan warisan abadi di Gedung Putih dan sejarah AS.

Meskipun sejarah para ibu negara di AS terdokumentasi dengan baik, sejarah kita tidak memberikan banyak penghargaan kepada ibu negara, seolah-olah mereka hanya memberikan pujian kepada suami mereka. Saya rasa sudah saatnya bangsa ini memberikan penghormatan kepada enam ibu negara Indonesia.

Selama 12 tahun masa jabatannya sebagai ibu negara, cakupan aktivitas Eleanor Roosevelt yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dukungannya terhadap tujuan-tujuan liberal menjadikannya sosok yang hampir sama kontroversialnya dengan suaminya. Dia mengadakan konferensi pers rutin untuk koresponden perempuan. Layanan kawat yang tidak mempekerjakan perempuan terpaksa melakukan hal tersebut agar ada perwakilan yang hadir jika ada berita penting yang tersiar.

Setelah kematian pendahulunya, Presiden Harry Truman menunjuk Eleanor sebagai delegasi PBB untuk menjabat sebagai ketua Komisi Hak Asasi Manusia PBB. Dia memainkan peran utama dalam penyusunan dan adopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada tahun 1948.

Elizabeth Anne Ford, yang populer disapa Betty Ford, dikenal karena keberaniannya mengumumkan secara terbuka bahwa dia menderita kanker payudara dan mengakui kepada masyarakat Amerika bahwa dia akan menjalani perawatan untuk kecanduan alkoholnya. Suaminya Gerald Ford menggantikan Presiden Richard Nixon, yang mengundurkan diri untuk menghindari pemakzulan karena keterlibatannya yang mendalam dalam skandal Watergate.

Michelle Obama adalah ibu negara kulit hitam pertama Amerika. Dia terlibat dalam berbagai kegiatan seperti perjuangan melawan obesitas pada masa kanak-kanak dan mendukung keluarga militer. Salah satu momen paling mengharukan dalam serial TV tersebut adalah ketika Hillary Clinton meminta Michelle berbicara tentang kampanye istri mantan Presiden Bill Clinton.

Michelle awalnya sangat enggan mencalonkan diri sebagai Hillary karena dia ingat jelas Hillary menyebarkan fitnah tentang suaminya Barack Obama saat pemilihan pendahuluan Partai Demokrat, termasuk berita palsu yang menyebutkan dia seorang Muslim. Michelle akhirnya menerima permintaan Hillary, tapi itu tidak cukup membantu Hillary menang.

Indonesia telah memiliki enam ibu negara sejak kemerdekaan pada tahun 1945, dimulai dengan Fatmawati, istri pertama presiden pendiri Sukarno. Kita lebih beruntung dari Amerika karena kita juga punya satu penguasa pertama, Taufiq Kiemas, mendiang suami presiden ketiga Megawati Soekarnoputri, yang menjabat selama tiga tahun dari Juli 2001 hingga Oktober 2004.

Taufiq adalah pemecah masalah penting bagi Megawati, putri Sukarno. Jauh sebelum menjadi politisi ternama, Taufiq yang berprofesi sebagai pengusaha tak hanya mendukung sang istri hingga menduduki jabatan puncak Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), tapi juga menjadi pencari nafkah bagi anak-anak Soekarno. Presiden Kedua Soeharto menindas kaum Sukarno sedemikian rupa sehingga mereka hampir tidak punya kesempatan untuk mencari uang sendiri.

Seperti Amerika, Indonesia juga tidak memiliki undang-undang khusus atau peraturan tertulis yang menguraikan peran istri presiden. Tidak mengherankan jika kita sering mengabaikan kontribusi ibu negara dan bapak negara, sering kali menjadi penasihat terpercaya atau penambah semangat pasangannya di masa-masa sulit.

Namun saya meminta maaf kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, salah satu calon presiden yang akan mencalonkan diri pada pemilu 14 Februari. Ia melajang sejak 1998 setelah bercerai dengan Siti “Titiek” Hediyati Heriyadi, putri kedua Soeharto.

Ibunda Titiek, Siti “Tien” Hartinah, berperan sebagai ibu negara sejak tahun 1966 ketika suaminya menggantikan Sukarno hingga kematiannya pada bulan April 1996. Ia mungkin merupakan mantan ibu negara pertama yang menerima penghormatan nasional pada pemakamannya.

Tiga bulan setelah kematiannya, Suharto menganugerahkan status pahlawan nasional kepada Tien. Kematian Tien sangat menyedihkan bagi Suharto, dan dua tahun kemudian, pada tanggal 21 Mei 1998, ia mengundurkan diri menyusul protes nasional yang menuntut reformasi di tengah keruntuhan ekonomi negara. Soeharto meninggal pada Januari 2008.

Salah satu warisan Tien yang paling kuat bagi bangsa ini adalah pendiriannya yang anti-poligami. Pada tahun 1983, Peraturan Pemerintah Suharto No. 10 menandatangani surat nikah dan cerai bagi pegawai negeri sipil dan personel polisi dan militer. Aturan ini diterapkan dengan sangat ketat sehingga setidaknya dua menteri yang berpengaruh dilaporkan kehilangan pekerjaan setelah memilih istri kedua. Tien tak pernah memaafkan pelaku poligami itu.

Sayangnya, semasa hidupnya, Tien kerap disapa dengan sinis Nyonya Sepuluh Persen, karena ia disebut-sebut senang menerima komisi 10 persen untuk setiap proyek pemerintah yang diberikan kepada perusahaan asing.

Bagaimana dengan ibu negara keempat Sinta?

Pada tahun 1992, mobil Sinta ditabrak oleh kendaraan lain hingga membuatnya setengah lumpuh. Sempat beredar kabar bahwa agen mata-mata tersebut melancarkan kecelakaan tersebut karena mengira suaminya, Nahdlatul Ulama (NU), Ketua Umum Abdurrahman “Gus Dur” Wahid ada di dalam mobil tersebut. Saat itu, Soeharto sedang marah kepada Gus Dur yang blak-blakan mengkritik Soeharto.

Gus Dur terpilih menjadi presiden keempat pada Oktober 1999 dan menjabat hingga Juli 2001. Hingga saat ini, Sinta dan keempat putrinya masih aktif memperjuangkan Islam yang moderat dan toleran bersama aktivis lainnya, termasuk non-Muslim. Mantan keluarga pertama sangat dihormati karena pembelaannya terhadap kelompok minoritas.

Bagi Iriana, salah satu jasanya yang paling mengesankan sebagai Ibu Negara adalah keberaniannya mendampingi Presiden Joko “Jokowi” Widodo dalam kunjungannya ke Ukraina yang dilanda perang dan kemudian ke Moskow pada Juni tahun lalu.

Banyak yang memuja Iriana terutama karena kehidupannya yang sederhana dan fakta bahwa keluarga pertama selama ini relatif bersih dari tuduhan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang pernah dihadapi keluarga pertama Indonesia di masa lalu.

Seperti kata pepatah terkenal: “Di belakang pria hebat ada wanita hebat”. Jadi marilah kita, seperti warga Amerika, memberikan penghormatan kepada ibu negara atas dedikasi dan kontribusinya terhadap bangsa.

***

Penulis adalah editor senior di Jakarta Post.

Pengeluaran Sidney

By gacor88