13 April 2023
JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun IMF memperkirakan angka perekonomian global akan jauh lebih rendah di tengah ketidakpastian ekonomi yang berkepanjangan dan ketegangan geopolitik.
Perkiraan terbaru IMF menempatkan pertumbuhan PDB Indonesia pada jalur 5 persen pada tahun 2023, menurut perkiraan IMF. Pandangan Ekonomi Dunia melaporkan pada bulan April, 0,2 poin persentase lebih tinggi dari laporan dana tersebut pada bulan Januari.
Angka tersebut juga menempatkan Indonesia hampir setara dengan proyeksi pertumbuhan Tiongkok sebesar 5,2 persen tahun ini, yang menurut IMF tidak berubah dari laporannya pada bulan Januari.
Sebaliknya, IMF menurunkan proyeksi perekonomian dunia menjadi 2,8 persen, 0,1 poin persentase lebih rendah dibandingkan perkiraan bulan Januari.
Ekonom Bank Mandiri, pemberi pinjaman milik negara, Faisal Rachman mengatakan prospek dana yang lebih optimis bagi Indonesia disebabkan oleh kuatnya perekonomian domestik negara tersebut. Hal ini akan memungkinkan perekonomian tetap tangguh pada tahun 2023 meskipun pertumbuhan global melemah.
“Aktivitas dalam negeri, khususnya belanja konsumen, sudah normal bahkan meningkat berkat membaiknya mobilitas dan menurunnya tingkat inflasi,” kata Faisal dalam keterangannya, Rabu.
Baca juga: IMF mengeluarkan peringatan pertumbuhan karena menurunkan perkiraan tahun 2023
Inflasi Indonesia turun di bawah 5 persen untuk pertama kalinya sejak keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar bersubsidi pada bulan September, dan kini berada pada angka 4,97 persen. Bank Indonesia memperkirakan angka tersebut akan terus turun menjadi antara 2 dan 4 persen mulai bulan September tahun ini.
Sementara itu, proyeksi IMF terhadap inflasi global tahun 2023 direvisi menjadi 7 persen, dari sebelumnya 6 persen, yang menunjukkan inflasi global masih tinggi dan stagnan.
Sejalan dengan rendahnya inflasi, penjualan ritel dan manufaktur di Indonesia dilaporkan meningkat karena produsen mengantisipasi peningkatan permintaan.
Faisal memperkirakan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 kemungkinan besar akan lebih banyak beralih ke sektor domestik, seiring dengan melemahnya aktivitas ekspor negara tersebut seiring dengan perlambatan ekonomi global, terutama di Amerika Serikat dan Eurozone.
“Harga komoditas cenderung terus melemah, namun secara bertahap,” kata Faisal, hal ini juga akan menurunkan ekspor Indonesia.
Sumber pertumbuhan lainnya juga akan datang dari investasi, yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB), yang Faisal perkirakan akan beralih ke investasi konstruksi dari sebelumnya terkonsentrasi pada investasi terkait komoditas, yang didorong oleh belanja pemerintah yang lebih tinggi di bidang infrastruktur.
Meski prospeknya bagus, Faisal memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang turun menjadi 5,04 persen dari sebelumnya 5,31 persen.
Proyeksi tersebut jauh di bawah target pemerintah sebesar 5,3 persen pada tahun ini, yang mana Kementerian Keuangan memutuskan untuk tetap berpegang pada target tersebut meskipun banyak analis memperkirakan pertumbuhan akan lebih lemah.
Baca juga: Pertumbuhan RI menjadi moderat meskipun China kembali dibuka
Irman Faiz, ekonom Danamon yang tercatat di bursa, mengatakan Jakarta Post Pada hari Rabu ia memperkirakan pembukaan kembali perekonomian Tiongkok akan memberikan hasil positif bagi Indonesia, karena Tiongkok adalah mitra dagang nomor satu negara tersebut baik dalam impor maupun ekspor.
Data BPS menunjukkan Tiongkok menyumbang masing-masing 24,93 dan 29,89 persen terhadap ekspor dan impor Indonesia. Dibandingkan dengan mitra dagang utama lainnya seperti AS dan Eropa, yang terkena dampak paling parah akibat gejolak global saat ini, angka tersebut jauh lebih kecil.
Selain itu, konsolidasi fiskal Indonesia yang lebih cepat dari perkiraan juga berperan penting dalam meyakinkan IMF bahwa negara ini memiliki kondisi keuangan yang tangguh dan industri perbankan yang kuat.