9 Januari 2023
JAKARTA – Kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim ke Jakarta minggu depan akan memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memperkuat hubungannya dengan Kuala Lumpur dan mengatasi masalah bilateral yang berkepanjangan, kata para ahli, di tengah ketegangan regional dan global.
Anwar dijadwalkan tiba di Jakarta pada Minggu dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada Senin.
Hubungan pribadinya yang kuat dengan Jokowi dan posisinya sebagai pejuang reformasi dan demokrasi di Malaysia telah membangkitkan harapan bahwa kedua pemimpin tersebut akan mencapai kemajuan dalam menyelesaikan perbedaan yang telah berlangsung lama.
“Wacana politik global utama telah bergeser ke persaingan negara adidaya. Idealnya Indonesia dan Malaysia menyelesaikan beberapa masalah bilateral mereka agar tidak semakin membahayakan integritas regional kita,” kata Andrew Mantong, pakar hubungan internasional di Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS) yang berbasis di Jakarta. Jumat.
Tetangga strategis
Setidaknya ada dua tantangan bilateral utama yang menghalangi hubungan bebas masalah antara kedua negara: sengketa perbatasan di Selat Malaka Selatan dan Laut Sulawesi, serta perlindungan pekerja migran Indonesia.
Menteri Luar Negeri Malaysia Zambry Abdul Kadir bertemu rekannya dari Indonesia di Jakarta pekan lalu dan mengatakan kepada wartawan bahwa kunjungan Anwar kemungkinan besar akan membahas dua masalah ini.
Sedikitnya ada tiga kesepakatan yang sedang dalam proses, kata dia, yakni Perjanjian Lintas Batas, Perjanjian Perdagangan Perbatasan, dan Perjanjian Pembantu Rumah Tangga Indonesia (PDI). Selain itu, hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi dan investasi akan dibahas.
Eva Kusuma Sundari, anggota dewan eksekutif ASEAN Parliamentarians for Human Rights (APHR), mengatakan perdana menteri datang pada waktu yang tepat untuk membahas masalah perdagangan manusia lintas batas dan perlindungan pekerja.
Indonesia dapat menggunakan pembekuan sementara Juli lalu pada semua pekerja migran tujuan Malaysia sebagai pengaruh, katanya.
“Ini akan menjadi saat yang tepat bagi Indonesia untuk turun tangan dalam masalah ini. Ketika Jakarta berhenti mengirim pekerjanya ke luar negeri, jelas Malaysia sedang menghadapi tantangan, ”katanya kepada The Jakarta Post.
“Dan sebelum perjanjian ini ditandatangani, konsultasi menyeluruh harus dilakukan. Misalnya, istilah yang digunakan untuk menyebut buruh sebagai ‘pembantu’ dalam perjanjian PDI jauh dari ideal.”
Para ahli mencatat bahwa kerja sama yang lebih besar antara kedua negara tidak hanya akan menguntungkan di dalam negeri, tetapi juga akan menjadi modal yang kuat bagi kawasan secara keseluruhan.
“Kunjungan Anwar akan menjadi kesempatan berharga bagi Indonesia yang dianggapnya sebagai sekutu strategis. Hal ini sangat penting mengingat kepemimpinan Indonesia di ASEAN dan gejolak politik di dalam organisasi tersebut,” kata Riza Noer Arfani, pakar hubungan internasional dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
“Ada banyak masalah yang sedang berlangsung akhir-akhir ini. Ada Ukraina; ada Taiwan. Semua masalah ini membutuhkan tetangga untuk berkoordinasi secara memadai. Hubungan bilateral antara keduanya akan memberikan kontribusi terhadap posisi Indonesia di kawasan,” tambah Andrew.
ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP), misalnya, mensyaratkan kerja sama antar kekuatan maritim kawasan, ujarnya.
Dengan kehadiran China di kawasan yang memperumit masalah maritim ASEAN – seperti di Laut China Selatan – baik Indonesia maupun Malaysia dapat mengambil manfaat dari penyelesaian sengketa maritim mereka sendiri.
Mengelola harapan
Dengan politik dalam negeri Malaysia yang belum sepenuhnya stabil setelah pemilihan umum pada bulan November, Andrew memperingatkan bahwa Jakarta harus mengatur harapannya tentang kesuksesan jangka pendek yang dapat dicapai.
Setiap perubahan terobosan dalam kebijakan luar negeri Malaysia tidak mungkin terjadi untuk saat ini, katanya.
“Kejadian yang paling mungkin adalah (pemerintahan Anwar) mempertahankan kesinambungan kebijakan luar negerinya. Kunjungannya sebagian besar bersifat simbolis. Apa yang bisa kita harapkan dan harapkan adalah konsistensi Malaysia dengan pendiriannya, terutama di Myanmar,” katanya.
Senada dengan Andrew, Eva menambahkan bahwa mantan Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah memainkan peran penting dalam tanggapan ASEAN terhadap krisis Myanmar.
“Saifuddin sudah menjadi vocal voice di ASEAN, aset berharga bagi organisasi. Diharapkan Zambry juga,” ujarnya.
Perjalanan Anwar ke Indonesia akan menjadi kunjungan kenegaraan pertamanya sejak pelantikannya sebagai perdana menteri pada November lalu.
Posisi barunya telah dirayakan oleh sejumlah orang Indonesia yang melihatnya sebagai suara demokrasi dan hak asasi manusia.