25 April 2023
JAKARTA – Kementerian Luar Negeri pada hari Senin mengatakan bahwa pihaknya merencanakan dua tahap evakuasi untuk memulangkan sekitar 1.200 WNI yang tinggal di Sudan yang dilanda kekerasan, dan TNI kini terlibat dalam upaya tersebut.
Tim yang dipimpin Menteri Luar Negeri Retno MP Marsudi yang terdiri dari utusan dari Khartoum, Riyadh, Kairo, Addis Ababa dan Jeddah sejauh ini telah menyelamatkan 538 orang pada evakuasi tahap pertama pada 23 April. Sebagian besar pengungsi berasal dari Khartoum, pusat gempa. konflik bersenjata Sudan, sekitar 830 kilometer dari zona aman di Port Sudan dimana mereka akan singgah di Jeddah Arab Saudi sebelum kembali ke Indonesia.
Paramiliter Sudan, Pasukan Dukungan Cepat (RSF), mengumumkan gencatan senjata 72 jam pada hari Jumat, yang sejak itu digunakan oleh negara-negara asing, termasuk Indonesia, untuk melakukan sebagian besar upaya evakuasi.
“Itu adalah rencana awal kami untuk mengevakuasi seluruh WNI selama gencatan senjata. Namun ada pembatasan bahan bakar yang diberlakukan pada bus evakuasi sehingga tidak mungkin melakukan semuanya sekaligus,” kata Retno melalui keterangan video, Senin, seraya menambahkan bahwa situasi di lapangan berfluktuasi dan dinamis.
“Masih ada 289 pengungsi (menunggu), sebagian besar adalah mahasiswa. (…) Mereka akan dievakuasi pada evakuasi tahap kedua segera setelah situasi memungkinkan.”
Delapan bus dan satu minibus dikerahkan untuk proses evakuasi, dengan 15 pos pemeriksaan tersebar di jalur Khartoum-Port Sudan.
“Tadi pagi tim evakuasi terbang ke Jeddah dengan pesawat TNI AU. Mereka terdiri dari tim keamanan dan medis TNI, serta beberapa staf Kementerian Luar Negeri.”
Indonesia adalah salah satu dari banyak negara yang aktif menyelamatkan warganya dari Sudan sejak kekerasan terjadi antara tentara Khartoum dan RSF kurang dari dua minggu lalu. Sejauh ini, setidaknya 24 negara telah melakukan upaya berisiko tinggi tersebut, beberapa di antaranya mengakibatkan cederanya warga negara asing. Reuters juga melaporkan pada hari Senin kematian seorang warga Irak dalam bentrokan dan seorang diplomat Mesir yang terluka.
Di lapangan, kata Retno, upaya evakuasi sangat sulit dan memerlukan “perencanaan yang sangat matang.” Wakil Tetap RI di New York juga menjalin komunikasi erat dengan Dewan Keamanan PBB (DK PBB) dan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB.
Pada pertengahan April, tentara Sudan dan RSF mulai saling menuduh menyerang pangkalan mereka di Khartoum. Kedua kelompok bersenjata tersebut telah terlibat konflik selama berbulan-bulan, meski sebelumnya merupakan sekutu dekat, seiring dengan semakin besarnya pengaruh RSF yang mulai menimbulkan masalah bagi militer.
Rumah sakit di Khartoum telah mencapai kapasitas penuh karena kebutuhan dasar seperti makanan dan air minum mengering di ibu kota. Kekerasan juga terjadi di Darfur, wilayah barat Sudan.