16 Februari 2023
JAKARTA – Surplus perdagangan Indonesia pada bulan Januari meningkat empat kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, melebihi perkiraan para analis.
Menurut konferensi pers dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari Rabu, negara ini membukukan surplus sebesar $3,87 miliar pada bulan lalu, memperpanjang rentetan neraca perdagangan positif sejak Mei 2020.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan firma riset Moody’s Analytics dan jajak pendapat Reuters yang masing-masing berjumlah $3,2 miliar dan $3,35 miliar.
Baik ekspor maupun impor tumbuh setiap tahunnya, dengan ekspor naik 16,37 persen tahun-ke-tahun (yoy) menjadi $22,31 miliar, namun impor hanya naik 1,27 persen tahun-ke-tahun menjadi $18,44 miliar.
Pengiriman batu bara, yang merupakan bagian terbesar dari kelompok bahan bakar mineral, meningkat lebih dari dua kali lipat (naik 242 persen) tahun-ke-tahun menjadi $4,25 miliar pada bulan Januari, berkat kenaikan harga batu bara, kata BPS.
Namun, pengiriman minyak sawit mentah (CPO) mengalami penurunan sebesar 2,54 persen tahun-ke-tahun menjadi $2,3 miliar, sementara besi dan baja turun lebih dari 5,7 persen tahun-ke-tahun menjadi $2,1 miliar, karena harga internasional untuk kedua komoditas tersebut turun. , kata BPS.
Batubara, CPO, serta besi dan baja merupakan tiga penyumbang ekspor terbesar Indonesia menurut BPS.
Amerika Serikat masih menyumbang sebagian besar surplus perdagangan secara keseluruhan, karena Indonesia mengekspor $1,17 miliar lebih banyak dibandingkan mengimpor dari Amerika.
Surplus perdagangan pada bulan Januari tahun ini lebih rendah dibandingkan surplus perdagangan pada bulan Desember lalu, yaitu sekitar $3,97 miliar. Secara bulanan, ekspor turun 6,36 persen, melanjutkan tren penurunan sejak September tahun lalu.
BPS mencatat hal ini disebabkan oleh kombinasi penurunan volume dan harga komoditas utama Indonesia seperti batu bara, CPO, serta besi dan baja.
Ekonom pemberi pinjaman negara Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu bahwa penurunan ekspor disebabkan oleh penurunan pengiriman batu bara, CPO dan besi dan baja di tengah perlambatan ekonomi global dan resesi yang mengancam di banyak belahan dunia.
Selain itu, ekspor batu bara juga melemah akibat kontraksi harga akibat peningkatan pasokan global. “China membuka kembali impor batu bara dari Australia, dan India meningkatkan produksi batu bara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” jelas Faisal.
Sementara impor juga turun sebesar 7,15 persen karena penurunan barang modal dan bahan baku.
Menurut M. Habibullah, Wakil Sekretaris BPS, penurunan impor bahan baku berdampak besar karena bahan baku tersebut juga digunakan untuk memproduksi produk ekspor, yang tercermin dari penurunan ekspor bulanan yang jauh lebih rendah di bulan Januari.