8 Februari 2022
JAKARTA – Indonesia menyerukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam krisis Ukraina-Rusia untuk melakukan “penahanan diri yang ekstrim” di tengah penumpukan pasukan militer Rusia di dekat perbatasan Ukraina, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan adanya invasi yang direncanakan.
Kementerian Luar Negeri mengatakan dalam pernyataan yang diterbitkan pada hari Senin bahwa Indonesia memantau secara dekat situasi yang sedang berlangsung di Ukraina.
“Indonesia menghimbau semua pihak untuk menahan diri dan memberikan kesempatan sebesar-besarnya agar dialog dan diplomasi berhasil. Konflik tidak menguntungkan siapa pun,” kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
Indonesia sangat memperhatikan situasi terkini di perbatasan antara Ukraina dan Rusia.
Indonesia menghimbau semua pihak untuk menahan diri dan memberikan kesempatan sebesar-besarnya agar dialog dan diplomasi berhasil
Konflik tidak menguntungkan siapa pun
— Kementerian Luar Negeri Indonesia (@Kemlu_RI) 7 Februari 2022
Sekitar 131 warga Indonesia saat ini tinggal di Ukraina, mayoritas (78) di antaranya tinggal di ibu kota Kyiv.
Kementerian sebelumnya mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan rencana darurat bagi WNI yang saat ini tinggal di Ukraina dan mendesak mereka untuk tetap waspada dan melapor ke Kedutaan Besar Indonesia di Kyiv agar misi tersebut dapat memantau mereka.
Di Amerika Serikat, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan pada hari Minggu bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dapat memerintahkan serangan terhadap Ukraina dalam beberapa hari atau minggu.
“Kami berada di jendela. Kapan saja, Rusia dapat mengambil tindakan militer terhadap Ukraina, atau mungkin dalam beberapa minggu dari sekarang, atau Rusia dapat memilih untuk mengambil jalur diplomatik,” kata Sullivan kepada program Fox News Sunday, seperti dikutip Reuters.
Komentar Sullivan muncul setelah dua pejabat AS mengatakan pada hari Sabtu bahwa Rusia, yang merebut Krimea dari Ukraina pada tahun 2014, memiliki sekitar 70 persen kekuatan tempur yang mereka yakini akan diperlukan untuk melakukan invasi besar-besaran ke Ukraina.
Ketika Rusia mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan, Moskow mengatakan pihaknya tidak merencanakan invasi tetapi dapat mengambil tindakan militer jika tuntutan keamanannya tidak dipenuhi.
Tuntutan tersebut termasuk janji bahwa NATO tidak akan pernah mengizinkan Ukraina masuk, sebuah tuntutan yang oleh AS dan aliansi keamanan Barat yang beranggotakan 30 negara tidak dapat diterima.
Namun, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada hari Minggu mendesak masyarakat untuk mengabaikan “prediksi apokaliptik” mengenai invasi Rusia yang akan segera terjadi, dengan mengatakan bahwa negaranya kuat dan mendapat dukungan internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya, menurut laporan Reuters.
Indonesia memelihara hubungan positif dengan Rusia dan Ukraina. Sebelumnya, ketika menjabat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada tahun 2019, Indonesia berupaya mendorong langkah-langkah membangun kepercayaan antara kedua negara untuk membantu menjaga perdamaian.