15 Agustus 2023
JAKARTA – Industri makanan dan minuman lokal sedang mempertimbangkan untuk menaikkan harga sejumlah produk tahun ini untuk mengimbangi tingginya harga gula rafinasi, kata sebuah asosiasi industri.
Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengatakan pada hari Senin bahwa kenaikan tersebut akan mempengaruhi produk-produk seperti sirup, minuman ringan dan kue-kue.
Harga gula rafinasi di pasar dunia berkisar sekitar 0,53 sen AS per kilogram pada hari Senin, naik lebih dari 26 persen dari periode yang sama tahun lalu, menurut data Markets Insider.
“Harga gula sudah naik sekitar 30 persen (secara tahunan). (…) Sekarang gula impor lebih mahal dibandingkan gula lokal,” kata Ketua Gapmmi Adhi S. Lukman, Senin, seperti dikutip Kompas.com.
“Prediksi saya, banyak perusahaan yang akan merevisi harga pada akhir tahun ini atau awal tahun depan,” ujarnya terpisah.
Adhi mengatakan, produsen makanan olahan di Indonesia bergantung sepenuhnya pada gula impor karena gula pasir putih lokal yang biasa dijual untuk konsumsi dalam negeri tidak bisa digunakan untuk produksi industri.
Kekeringan yang disebabkan oleh El Niño di negara-negara pengekspor gula seperti Thailand dan India telah berkontribusi pada tingginya harga global komoditas tersebut.
Adhi mengatakan pasokan gula secara langsung tidak akan terpengaruh secara signifikan karena perusahaan-perusahaan besar biasanya membeli gula dengan harga tetap berdasarkan kontrak tahunan yang berakhir pada akhir tahun, sehingga melindungi mereka dari tingginya harga untuk sementara waktu.
Dia mencatat bahwa industri makanan dan minuman akan mempertimbangkan dengan cermat apakah dan sejauh mana penyesuaian harga produk gula harus dilakukan, karena ini merupakan proses panjang yang melibatkan diskusi dengan distributor dan pengecer.
Adhi mengatakan rata-rata kenaikan harga di konsumen kemungkinan berkisar antara 3 hingga 4 persen, yang menurutnya masih jauh dari biaya yang dihadapi pelaku industri.
Menaikkan harga konsumen untuk menutupi seluruh kenaikan biaya gula industri tidak akan praktis, katanya, mengingat sensitivitas harga konsumen Indonesia.
Mengambil contoh industri sirup, Adhi mengatakan, di mana gula rafinasi menyumbang sekitar 60 persen dari bahan baku yang digunakan, produsen berpotensi menaikkan harga eceran sekitar 18 persen.
“Kalau (harganya) terlalu tinggi, konsumen akan lari,” ujarnya.
Pemerintah menambah kuota impor gula mentah untuk kilang menjadi 3,6 juta ton pada periode 2023-2024, atau 7 persen dari 3,36 juta ton yang diperbolehkan pada 2022-2023.
Meskipun produksi gula putih perkebunan dalam negeri diperkirakan meningkat, pemerintah juga mengizinkan pabrik gula untuk mengimpor total 991.000 ton gula mentah untuk mengisi kapasitas yang belum terpakai.
Konsumsi gula Indonesia pada tahun 2023-2024 diperkirakan mencapai 7,9 juta ton setara gula mentah, sedikit lebih tinggi dibandingkan konsumsi pada periode 2022-2023 sebesar 7,8 juta ton, menurut proyeksi Departemen Pertanian Amerika Serikat.