2 Februari 2023
JAKARTA – Inflasi Indonesia melambat pada bulan Januari, namun tetap jauh di atas target bank sentral dan sangat bervariasi dari kota ke kota.
Pertumbuhan Indeks Harga Konsumen (IHK) turun menjadi 5,28 persen tahun ke tahun (yoy) dari 5,51 persen yoy pada bulan Desember.
IHK bulanan (mtm) naik 0,34 persen di bulan Januari, turun dari kenaikan 0,66 persen mtm yang tercatat di bulan Desember 2022.
“Inflasi tahun ini masih tergolong tinggi, (…) tapi kalau dibandingkan Desember 2022, inflasi Januari menyusut,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono, dalam konferensi pers, Rabu.
Kota Baru di Kalimantan mencatat tingkat inflasi tertinggi sebesar 7,78 persen tahun-ke-tahun, sedangkan Kota Bandung mengalami inflasi tertinggi di Pulau Jawa sebesar 7,37 persen tahun-ke-tahun. Angka ini jauh berbeda dengan angka yang hanya 3,23 persen di Sorong, Papua Barat.
Inflasi pada bulan Januari terutama didorong oleh kenaikan harga makanan, minuman dan tembakau, dengan BPS mencatat kenaikan tahunan sebesar 5,82 persen untuk kelompok tersebut. Cabai merah dan cabai rawit merupakan kontributor inflasi tertinggi dengan kenaikan masing-masing sebesar 10,9 persen mtm dan 17,85 mtm, sedangkan beras berada di urutan ketiga dengan kenaikan 2,34 persen mtm.
“Kalau harga pangan bisa stabil, (intinya) inflasi pada semester II (2023) akan turun,” kata Ekonom Mandiri Faisal Rachman. Jakarta Post di hari Rabu. “Harga pangan, terutama beras, patut kita perkirakan akan meningkat,” tambahnya.
Sementara itu, harga transportasi naik sebesar 13,91 persen dibandingkan tahun lalu karena kenaikan harga bahan bakar dan tarif penerbangan, namun kategori ini mempunyai pengaruh yang lebih kecil terhadap indeks keseluruhan dibandingkan dengan kategori makanan, minuman dan tembakau. Pada bulan tersebut, harga transportasi mengalami penurunan sebesar 1,15 persen di bulan Januari.
Margo mengingatkan bahwa pemerintah harus tetap memperhatikan nilai tukar rupiah karena impor pangan Indonesia masih tinggi, dan juga memperkirakan cuaca ekstrem akan terjadi pada tahun ini.
“Stok pangan kita perlu diperhatikan agar pada saat tidak panen, stok kita cukup dan harga stabil,” kata Margo.
Inflasi inti, yang secara de facto menjadi dasar kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI), naik relatif baik sebesar 3,27 persen tahun-ke-tahun di bulan Januari, turun sedikit dari 3,36 persen di bulan Desember. Pada level tersebut, angka tersebut masih aman dalam kisaran target BI sebesar 2 hingga 4 persen.
“(Inflasi inti) sesuai target, namun menurunkan inflasi inti memerlukan waktu. Kami memperkirakan headline akan kembali ke kisaran 2 hingga 4 persen pada paruh kedua tahun ini,” kata Faisal.
BI juga menyatakan keyakinannya bahwa inflasi inti akan kembali turun ke kisaran target 2 hingga 4 persen pada paruh kedua tahun ini.
Inflasi Indonesia melonjak pada bulan September tahun lalu ketika pemerintah menaikkan harga berbagai jenis bahan bakar.
Harga barang-barang yang diatur oleh negara, termasuk sebagian besar bahan bakar yang dijual di negara ini, naik 12,28 persen tahun-ke-tahun, sedikit moderat dari kenaikan tahun-ke-tahun sebesar 13,34 persen yang terjadi pada bulan Desember. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh harga bahan bakar yang lebih mahal, tarif transportasi yang lebih tinggi, dan harga rokok filter dan gas rumah tangga yang lebih tinggi.
Faisal mengatakan dampak kenaikan harga bahan bakar bersubsidi putaran kedua terhadap barang dan jasa lainnya akan berkurang pada paruh akhir tahun 2023 karena penurunan harga energi dan bahan bakar global.
“Kami memperkirakan inflasi akan berada di kisaran 3,6 persen pada akhir tahun 2023, yang mendukung perkiraan kami bahwa (suku bunga) BI akan tetap datar di angka 5,75 persen hingga sisa tahun 2023,” tambahnya secara terpisah.
Satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu sebesar 0,22 persen. Namun, karena menjadi penyumbang IHK terendah di antara seluruh kelompok inflasi BPS, menyebabkan indeks inflasi secara keseluruhan hanya tertekan sebesar 0,01 persen.
Harga-harga dalam kategori tersebut naik sebesar 0,01 persen ma tanpa dampak yang nyata terhadap tren IHK bulanan di bulan Januari.
Penulis magang di Jakarta Post.