Investasi Indonesia pada tahun 2022 melampaui target seiring dengan pesatnya sektor pertambangan

25 Januari 2023

JAKARTA – Indonesia telah melampaui target realisasi investasi selama empat tahun berturut-turut karena sektor pertambangan dan pengembangan industri hilir menarik pendanaan yang jauh lebih besar pada tahun lalu.

Suntikan modal di sektor riil meningkat sebesar 34 persen menjadi Rp 1,207 kuadriliun (US$80,3 miliar) tahun lalu, melampaui target yang dicanangkan Presiden sebesar Rp 7 triliun. Laporan Kementerian Investasi tersebut tidak mencakup investasi di sektor keuangan, sektor migas, maupun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional memiliki target investasi sebesar Rp 960 triliun pada tahun 2022, namun Presiden Joko “Jokowi” Widodo menaikkan target tersebut menjadi Rp 1,2 kuadriliun dan meminta para pejabatnya untuk mempercepat pembangunan Indonesia guna mencapai status ekonomi maju pada tahun 2045.

Jokowi memperkirakan pertumbuhan PDB negara akan tetap di atas 5 persen setiap tahunnya, yang dipandang sebagai prasyarat untuk mencapai tujuan tahun 2045.

“Banyak orang yang pesimis pada saat itu (…), namun kini ini merupakan investasi setahun penuh terbesar yang pernah tercatat,” kata Menteri Investasi Bahlil Lahadalia kepada wartawan, Selasa.

Kementerian tersebut memuji keberhasilannya dalam membangun industri yang tidak hanya menghasilkan sumber daya alam negara tetapi juga memberikan nilai tambah, karena dua sektor teratas yang menarik investasi tahun lalu saling mendukung pertumbuhan satu sama lain.

Sebagian besar investasi, yaitu Rp 171,2 triliun, disalurkan ke industri logam dasar tahun lalu, dengan kenaikan tahunan sebesar 45 persen membuktikan upaya pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam melakukan pembangunan hilir.

Sementara itu, industri pertambangan, sebagai komponen hulu dari ekosistem mineral yang sama, menarik investor sebesar Rp 136,4 triliun, dengan peningkatan tahunan yang sangat besar sebesar 67 persen, melambungkannya dari peringkat kelima ke peringkat kedua.

“Logam dasar dan pertambangan sekarang berjalan beriringan, karena yang satu industri pengolahannya, yang satu lagi penyuplai bahan bakunya,” kata Bahlil.

Singapura tetap menjadi sumber investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) terbesar tahun lalu dengan dana setara dengan US$13,3 miliar yang berasal dari negara kota tersebut, naik 41 persen, meskipun Bahlil menegaskan kembali bahwa sebagian besar dana tersebut berasal dari “uang Indonesia”.

Tiongkok Daratan naik ke posisi kedua dengan $8,2 miliar, peningkatan sebesar 156 persen, menggeser Hong Kong, yang turun ke posisi ketiga dengan $5,5 miliar setelah kenaikan yang relatif kecil sebesar 19 persen.

Walaupun angka-angka yang dikeluarkan kementerian membedakan antara Hong Kong dan Tiongkok daratan, jika keduanya digabungkan menunjukkan bahwa Tiongkok secara keseluruhan menyumbang sebagian besar investasi asing langsung yang mengalir ke Indonesia.

Meskipun FDI dari Amerika Serikat meningkat sebesar 20 persen tahun lalu, negara ini turun dari posisi keempat ke posisi keenam dengan nilai investasi sebesar $3,02 miliar.

Mengenai naiknya Malaysia ke posisi kelima dengan investasi langsung sebesar $3,3 miliar, Bahlil mengatakan sebagian di antaranya adalah “uang Korea” ketika konglomerat Lotte yang berbasis di Seoul mulai menyalurkan investasi ke Jakarta melalui pusatnya di Kuala Lumpur.

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menyampaikan apresiasi atas upaya pemerintah dan kerja sama pemerintah-swasta dalam menarik investasi ke Tanah Air, seperti upaya promosi bersama yang dilakukan forum G20 dan agenda Business 20 yang terkait.

“Sama seperti presiden, kami melihat menarik investasi sebagai tujuan akhir,” kata Wakil Ketua Bidang Investasi Kadin Tony Wenas, yang juga CEO PT Freeport Indonesia, kepada The Jakarta Post.

Meskipun terdapat pertumbuhan signifikan yang dicapai selama bertahun-tahun, para pelaku industri dan pakar menyatakan harapan bahwa pemerintah akan berbuat lebih banyak untuk mengatasi permasalahan yang mengganggu iklim investasi di Indonesia.

Melebihi target investasi tidak secara otomatis menciptakan lapangan kerja yang besar, kata Abdul Manap, ekonom di Institute for the Development of Economics and Finance (INDEF).

Pemerintah seharusnya berbuat lebih banyak untuk menarik investasi yang menjamin lapangan kerja dengan berfokus pada menarik bisnis manufaktur padat karya dibandingkan investasi padat modal yang berdampak minimal pada pasar tenaga kerja, katanya kepada Post pada hari Selasa.

Jumlah pekerja yang dipekerjakan melalui realisasi investasi langsung tahun lalu meningkat sebesar 8 persen menjadi 1.305.001, data Kementerian Investasi menunjukkan, tertinggal dari pertumbuhan investasi sebesar 34 persen.

“Investasi padat karya adalah persoalan yang sangat kompleks (…) biayanya tinggi di sini, terutama biaya suap,” kata Abdul.

Data realisasi investasi Kementerian Investasi didasarkan pada laporan yang diterima dari dunia usaha melalui sistem pengajuan tunggal online, di mana semua perusahaan wajib memasukkan data kompensasi karyawan, pengadaan tanah, dan produksi.

By gacor88