20 Mei 2019
Pihak oposisi belum menyerah dan mengaku kalah.
Indonesia belum pulih dari rencana kelompok Islam untuk mengadakan demonstrasi selama dua hari di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Selasa (21 Mei) untuk memprotes hasil pemilu yang akan datang. pemilihan presiden bulan lalu.
Seruan bagi umat Islam untuk memadati jalan-jalan di sekitar markas KPU di Jakarta Pusat beredar di media sosial selama akhir pekan – tepat menjelang batas waktu penyelesaian penghitungan suara resmi pada hari Rabu.
Penyelenggara aksi, yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Alumni Persaudaraan 212, menyebut aksi massa tersebut sebagai “Jihad konstitusional”, menurut materi publisitas yang dilihat The Straits Times pada Minggu (19 Mei).
Protes tahun 2016, yang dipimpin oleh kelompok Muslim sayap kanan dari Front Pembela Islam, yang lebih dikenal sebagai FPI, mengancam akan mengganggu stabilitas negara selama pemilihan gubernur, yang dirusak oleh religiusitas dan sektarianisme.
Laporan mengenai unjuk rasa minggu ini memicu ketakutan serupa di antara banyak orang di kota tersebut, sehingga mendorong misi luar negeri seperti Kedutaan Besar AS untuk memutuskan untuk melakukan hal yang sama. mengeluarkan peringatan “peningkatan risiko terorisme” dan protes massal di Jakarta, serta kota-kota lain di Indonesia, seperti Surabaya dan Medan.
Polisi mengatakan sekitar 30 tersangka teroris ditangkap oleh polisi anti-terorisme dari seluruh negeri sehubungan dengan rencana penyerangan terhadap komisi pemilihan umum pada hari Rabu.
Dalam penggerebekan polisi, beberapa alat peledak rakitan, serta bahan pembuat bom lainnya, disita dari para tersangka.
Polisi juga mengatakan lebih dari 32.000 tentara, termasuk ratusan bala bantuan dari provinsi lain, telah dikerahkan untuk mengamankan kota tersebut.
Pemimpin FPI Rizieq Shihab, yang mengasingkan diri di Arab Saudi untuk menghindari pemeriksaan polisi sehubungan dengan kasus pornografi, terlihat dalam materi publisitas untuk protes mendatang, diapit oleh calon presiden Prabowo Subianto dan pasangannya Sandiaga Uno.
Foto-foto kedua kandidat tersebut tampaknya diambil dari dokumen resmi kampanye mereka, dengan ulama Muslim garis keras yang ditambahkan secara digital di antara foto-foto tersebut.
Prabowo, yang mencalonkan diri melawan petahana Joko Widodo, diperkirakan akan kalah dalam pemilihan presiden tanggal 17 April dengan selisih 11 poin persentase, menurut penghitungan hari Minggu yang menghasilkan hampir 90 persen suara oleh KPU.
Namun, mantan jenderal itu bersikukuh tidak akan menerima hasil pemilu setelah berulang kali melontarkan tuduhan kecurangan pemilu.
Ia mengklaim bahwa ia dan Sandiaga kehilangan suara karena jutaan nama fiktif yang dimasukkan ke dalam daftar pemilih, eksploitasi aparatur negara, politik uang, surat suara yang sudah diperbaiki, dan kesalahan entri data oleh KPU.
Tidak jelas bagaimana reaksi Prabowo atau tim kampanyenya terhadap hasil pemilu pada hari Rabu, meskipun seorang kerabat dekat mengatakan mantan jenderal tersebut tidak memiliki rencana untuk menantang penghitungan suara KPU di pengadilan seperti yang dia lakukan ketika pertama kali mencalonkan diri melawan Joko yang kalah pada Pilpres 2014. pemilu karena hanya akan “membuang-buang waktu”.
Namun, seorang pejabat tim kampanye membantah laporan di media lokal bahwa Prabowo akan memimpin protes Persaudaraan Alumni 212 minggu ini.
“Itu tidak benar,” kata Ferry Juliantono, juru bicara panitia kampanye Prabowo-Sandiaga, kepada berita Tempo, Sabtu.
Masa pemilu yang panjang, yang telah dimulai pada bulan Agustus tahun lalu dengan pencalonan calon melalui kotak suara, akan berakhir pada akhir bulan ini.
Ketua KPU Arief Budiman memastikan KPU akan menyelesaikan penghitungan suara pada Rabu dan menetapkan pemenang pemilu presiden paling lambat 28 Mei.
Namun dia mengatakan hal itu hanya mungkin terjadi jika tidak ada gugatan hukum terhadap hasil pemilu yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi dalam waktu tiga hari setelah dikeluarkan oleh KPU.
“Jadi kalau ada sengketa suara, kita tunggu saja sampai proses sengketa itu selesai,” imbuhnya.