10 Januari 2022
Pemerintah Jepang dan AS sedang mempertimbangkan pembentukan kerangka multilateral untuk mengatur ekspor teknologi maju, menurut berbagai sumber.
Jepang dan Amerika Serikat ingin bekerja sama dengan negara-negara Eropa yang berpikiran sama dan memblokir ekspor teknologi tersebut ke Tiongkok, yang berupaya menggunakan teknologi sektor swasta untuk meningkatkan kemampuan militernya. Mereka saat ini sedang menentukan bidang-bidang yang akan tunduk pada regulasi, yang kemungkinan mencakup peralatan manufaktur semikonduktor, kriptografi kuantum, dan kecerdasan buatan.
Dalam kerangka terpisah, pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan bahwa Amerika Serikat, bersama beberapa negara lainnya, akan mengatur teknologi yang dapat berkontribusi pada pelanggaran hak asasi manusia.
Jepang dan Amerika Serikat khawatir Tiongkok akan menggunakan produk yang diimpor dari negara lain untuk mengembangkan teknologinya sendiri dan memperkuat kemampuan ekonomi dan militernya.
Kongres AS dan partai-partai lain mengatakan bahwa perangkat lunak desain chip AS digunakan untuk pengembangan senjata Tiongkok. Beberapa pengamat percaya bahwa ekspor peralatan manufaktur semikonduktor dari Jepang dan Belanda telah meningkatkan kapasitas produksi Tiongkok.
Sebuah sistem multilateral yang dikenal sebagai Pengaturan Wassenaar mengendalikan ekspor senjata konvensional, serta barang dan teknologi terkait. Lebih dari 40 negara, termasuk Jepang, Amerika Serikat dan Rusia, telah bergabung dalam perjanjian ini, namun karena adanya kepentingan masing-masing yang berbeda, diperlukan waktu untuk memutuskan subyek yang akan diatur.
Untuk memudahkan peraturan dengan cepat, Jepang dan Amerika Serikat berharap dapat membentuk kerangka kerja baru untuk sejumlah kecil negara dengan teknologi maju.
Pemerintah AS telah membatasi ketat ekspor ke banyak perusahaan Tiongkok, termasuk raksasa peralatan telekomunikasi Huawei Technologies Co. Namun, Washington telah menyimpulkan bahwa ada batas atas apa yang dapat mereka lakukan sendiri dan diperlukan kerangka kerja multilateral.
Pemerintah Jepang juga percaya bahwa kerangka kerja baru di antara negara-negara dengan tingkat teknologi yang sama akan efektif. Keterlibatan aktif Jepang dalam diskusi pengendalian ekspor diharapkan dapat membantu negara tersebut lebih mudah memprediksi dampaknya terhadap perusahaan Jepang.
Pada tahun 1949, negara-negara Barat membentuk Komite Koordinasi Pengendalian Ekspor Multilateral (CoCom) – yang dibubarkan pada tahun 1994 – untuk mencegah keluarnya teknologi yang akan memperkuat kekuatan militer negara-negara komunis, seperti bekas Uni Soviet.
Kerangka kerja baru ini dapat berkembang menjadi versi modern CoCom, melawan kebangkitan Tiongkok.