21 April 2022
TOKYO– Jepang secara resmi mencabut status perdagangan “negara yang paling disukai” Rusia pada hari Rabu atas invasi mereka ke Ukraina, sementara Tokyo meningkatkan sanksi di tengah terungkapnya kekejaman militer Rusia yang meluas terhadap warga sipil.
Pencabutan status perdagangan Rusia adalah langkah terbaru Jepang terhadap Moskow dan merupakan bagian dari daftar tindakan sanksi yang diumumkan oleh Perdana Menteri Fumio Kishida bulan lalu yang juga mencakup keputusan untuk mengusir delapan diplomat dan pejabat perdagangan Rusia.
Pencabutan status perdagangan Rusia oleh parlemen Jepang, ditambah dengan sanksi lain yang diberlakukan bersama oleh negara-negara lain, diperkirakan akan meningkatkan tekanan terhadap Rusia, namun tindakan tersebut juga dapat memicu pembalasan dari Moskow.
Pencabutan status perdagangan ini berlaku untuk tarif terhadap seluruh impor Rusia, sehingga memungkinkan Tokyo untuk mengenakan bea masuk yang lebih tinggi terhadap produk-produk tersebut. Hal ini menyusul keputusan AS dan negara-negara anggota Kelompok Tujuh lainnya untuk melakukan hal tersebut.
Keputusan parlemen pada hari Rabu juga mencakup revisi undang-undang valuta asing untuk mencegah transfer mata uang virtual yang dimiliki oleh mereka yang asetnya dibekukan.
Jepang mengambil peran lebih besar dalam upaya internasional melawan Rusia karena kekhawatiran mengenai dampak invasi di Asia Timur, di mana militer Tiongkok menjadi semakin tegas.
Jepang juga membekukan aset ratusan individu dan kelompok Rusia serta melarang investasi dan perdagangan baru, termasuk ekspor barang yang dapat digunakan untuk tujuan militer. Jepang juga telah mengumumkan rencana untuk menghentikan impor batu bara Rusia secara bertahap.
Pada hari Rabu, delapan diplomat Rusia yang akan diusir terlihat meninggalkan kedutaan Rusia di Tokyo dengan bus menuju Bandara Internasional Haneda di kota itu, di mana mereka naik pesawat pemerintah Rusia kembali ke negara mereka.
Jepang telah menghadapi pembalasan dari Rusia. Moskow baru-baru ini mengumumkan penangguhan perundingan perjanjian perdamaian dengan Tokyo yang mencakup perundingan mengenai pulau-pulau yang dikuasai Rusia yang direbut dari Jepang oleh bekas Uni Soviet pada akhir Perang Dunia II.
Perdagangan Jepang dengan Rusia relatif kecil namun telah berkembang pesat, dengan ekspor pada tahun fiskal yang berakhir pada bulan Maret meningkat hampir 40% dan impor meningkat hampir 70%.
Pada bulan Maret, ketika sanksi diberlakukan, ekspor Jepang ke Rusia turun hampir 32%, namun impor naik hampir 90%. Hampir dua pertiganya terkait dengan energi, dengan peningkatan tajam pada impor gas alam, minyak, dan batu bara.