3 Mei 2023
JAKARTA – Pencalonan calon presiden Ganjar Pranowo terus pulih setelah mengalami kemunduran pada awal April karena penolakannya untuk mengizinkan tim sepak bola Israel bermain di Indonesia, yang menyebabkan negara tersebut menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA.
Gubernur Jawa Tengah, yang baru-baru ini mendapat nominasi presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), mengikuti garis partainya ketika secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap keterlibatan Israel dalam acara olahraga tersebut. Sementara para pejabat PDI-P lainnya melontarkan pernyataan serupa, Ganjar adalah pihak yang paling terpukul, dimana para penggemar sepak bola menyalahkannya karena membuat Indonesia kehilangan kesempatan langka untuk bersaing dalam kompetisi sepak bola global, dan dengan cepat menarik akun media sosial resminya yang diserbu.
Setidaknya dua survei pemilu baru-baru ini menunjukkan bahwa Ganjar telah mendapatkan kembali momentum untuk mencalonkan diri sebagai presiden bahkan sebelum pencalonannya bulan lalu.
Sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga survei Indikator Politik Indonesia, yang mewawancarai sekitar 1.220 responden antara tanggal 11 dan 17 April, hanya beberapa hari sebelum Ganjar dicalonkan sebagai presiden tetapi lama setelah kegagalannya di U-20, menemukan bahwa Ganjar kembali ikut serta. Dalam skenario persaingan tiga kandidat, elektabilitasnya kini mencapai 34 persen, disusul oleh Ketua Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dengan 31,7 persen, dan mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan dengan 25,2 persen.
Angka ini merupakan peningkatan sebesar 6 poin persentase bagi Ganjar dibandingkan dengan survei serupa yang dilakukan pada tanggal 8 hingga 13 April, yang untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan menunjukkan bahwa Prabowo menduduki posisi teratas.
Survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), yang dirilis pada Sabtu, menemukan bahwa elektabilitas Ganjar di kalangan pemilih kritis meningkat sebesar 7 persen setelah ia dicalonkan sebagai presiden oleh partainya.
“Pemilih kritis adalah mereka yang memiliki akses lebih baik terhadap informasi sosial dan politik dengan memiliki ponsel yang memiliki akses internet. Mereka umumnya lebih berpendidikan dan cenderung tinggal di perkotaan,” kata Direktur Riset SMRC Deni Irvani, Senin.
Survei menemukan 20,8 persen responden menyatakan akan memilih Ganjar ketika ditanya pertanyaan terbuka mengenai siapa yang akan mereka pilih jika pemilu presiden digelar sekarang. Prabowo berada di urutan kedua dengan 15,8 persen suara, sementara mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan, yang didukung oleh aliansi Partai NasDem, berada di urutan terakhir dengan 11,4 persen suara.
Berdasarkan perkiraan SMRC, lanjut Deni, pemilih kritis berjumlah sekitar 80 persen dari seluruh pemilih nasional. Survei telepon berskala nasional ini melibatkan sekitar 1.000 responden yang memenuhi syarat antara tanggal 25 dan 28 April – hanya beberapa hari setelah pencalonan Ganjar.
“Setelah Ganjar dicalonkan oleh PDI-P, jelas berdampak positif pada (elektabilitas) beliau karena menghilangkan segala ketidakpastian dalam pencalonan presidennya,” kata Deni seraya menambahkan, kenaikan elektabilitas Ganjar juga dibarengi dengan penurunan jumlah. dari responden yang ragu-ragu.
Noory Okthariza dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) mengatakan lonjakan popularitas Ganjar baru-baru ini memang sudah diperkirakan, tetapi mungkin hanya berumur pendek.
“Saat NasDem mengumumkan Anies sebagai calon presiden, ia juga melihat adanya peningkatan elektabilitas, yang kemudian menurun. Saya kira Ganjar juga mengalami momentum serupa berkat semakin meningkatnya pemberitaan media,” kata Noory, Senin.
Untuk mencapai tujuan ini, survei SMRC juga menemukan bahwa Ganjar dan Prabowo sebenarnya masih memiliki posisi yang setara ketika responden hanya dapat memilih antara dua politisi tersebut, bersama dengan Anies dan Ketua Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Pada simulasi pacuan empat kuda tertutup, Ganjar meraih elektabilitas sebesar 30,4 persen, sedangkan Prabowo meraih elektabilitas 29,5 persen. Keunggulan Ganjar sebesar 0,9 poin persentase masih berada dalam margin of error survei sebesar 3,1 persen.
Dengan Ganjar kini memimpin calon presiden dari PDI-P, Noory dari CSIS mengatakan perubahan dalam prospek pembentukan koalisi saat ini pasti akan terjadi.
“Dengan PDI-P yang kini berusaha membentuk aliansi pemilu, maka tatanan yang ada antara KIB, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (terdiri dari Gerindra dan PKB) dan koalisi oposisi semuanya akan terguncang,” kata Noory, mengacu pada Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) awalnya terdiri dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Untuk mencapai tujuan ini, PPP menjadi partai parlemen pro-pemerintah pertama yang berpindah kesetiaan, setelah mengumumkan koalisi formal dengan PDI-P setelah pertemuan antara pejabat tinggi kedua partai pada hari Minggu.
Sementara itu, Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, pada Sabtu mengunjungi mantan presiden dan pendiri oposisi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di kediaman pribadinya di Cikeas, Bogor, Jawa Barat.
Kepada wartawan seusai pertemuan, Airlangga mengatakan kedua partai masih bisa saling sepakat mengenai beberapa permasalahan dan akan melakukan dialog terbuka meski sudah membentuk aliansi elektoral masing-masing. (awww)