11 November 2022
JAKARTA – Karena kasus COVID-19 meningkat dalam beberapa minggu terakhir, Kementerian Kesehatan mencatat total 1.373 kematian dari 4 Oktober hingga 8 November, dengan 48 persen kematian adalah orang yang tidak menerima vaksin apa pun.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu bahwa kematian menyumbang sekitar 5 persen dari total 27.018 pasien yang dirawat di rumah sakit selama periode tersebut.
Pihak berwenang melaporkan 6.601 infeksi COVID-19 baru pada Selasa, kenaikan harian tertinggi sejak puncak sebelumnya pada 4 Agustus, ketika mencapai 6.527. Sebanyak 6.186 kasus baru dilaporkan pada Rabu.
Negara ini telah melihat peningkatan kasus setelah deteksi transmisi lokal pertama di negara itu dari strain XBB baru dari varian Omicron. Jumlah total kasus aktif saat ini adalah 43.797, meningkat dari 30.080 yang tercatat pada 3 November.
Budi juga melaporkan, dari total pasien rawat inap dalam sebulan terakhir, sebanyak 10.639 orang bergejala sedang, berat, dan kritis.
“Dari kelompok ini, 40 persen belum disuntik. Lebih lanjut, 84 persen kematian (pada pasien kategori ini) tidak mendapat dukungan booster,” kata Menkeu seperti dikutip Laju.
Ia juga melaporkan sejak 29 Oktober, setidaknya setengah dari pasien yang harus dirawat di ICU adalah mereka yang berusia di atas 60 tahun.
Pinggir jalan terus
Pemerintah akan mempertahankan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tingkat empat di tengah peningkatan kasus baru COVID-19 dan transmisi lokal strain baru XBB varian Omicron.
“Saya tegaskan kembali bahwa pemerintah akan tetap menggunakan tingkat PPKM sebagai dasar pembatasan aktivitas warga, yang juga akan terus kami evaluasi,” kata Menteri Kelautan dan Investasi Luhut Pandjaitan dalam postingan Instagramnya, Jumat.
Menteri yang membawahi respons pandemi pemerintah di Jawa dan Bali itu mengatakan, dalam rapat kajian PPKM pada Jumat pagi, ia mengimbau kehati-hatian dan evaluasi ulang karena sepekan terakhir terlihat munculnya kasus harian baru yang menembus angka 5.000.
Luhut mengatakan bahwa Jawa dan Bali saat ini melihat peningkatan kasus baru yang dikonfirmasi setiap hari dan peningkatan kematian yang signifikan di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Menteri juga mengatakan bahwa berdasarkan data masa lalu dan lintasan kasus COVID-19, setiap varian baru virus akan mencapai puncaknya dalam satu hingga dua bulan ke depan.
Dia menambahkan bahwa strain XBB baru diperkirakan akan mencapai gelombang puncaknya lebih rendah daripada gelombang varian Omicron awal tahun ini.
Kasus konfirmasi pertama yang disebabkan oleh subvarian XBB yang terdeteksi pada 22 Oktober adalah seorang wanita berusia 29 tahun yang tinggal di Surabaya, Jawa Timur, yang melakukan perjalanan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat.
XBB dikatakan sebagai subvarian yang paling mengelak antibodi hingga saat ini, meskipun tidak ada bukti bahwa itu dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah pada orang yang memiliki kekebalan dari infeksi atau vaksin sebelumnya.
Beberapa ilmuwan percaya XBB lebih menular daripada BA.5, subvarian Omicron lain yang menyebabkan gelombang infeksi di Indonesia pada bulan Juli dan Agustus. (tiga)