9 Februari 2023
JAKARTA – Dengan berlangsungnya pembangunan proyek ibu kota baru Presiden Joko “Jokowi” Widodo, pemerintah mulai menyusun rencana pembangunan infrastruktur kesehatan Nusantara yang diharapkan dapat beroperasi tahun depan.
Namun dengan Nusantara seluas lebih dari 256.000 hektar di hutan lebat Kalimantan Timur, para ahli ingin pemerintah juga mengantisipasi banyak penyakit endemik di provinsi ini, termasuk malaria yang ditularkan oleh nyamuk dan filariasis limfatik, yang biasa dikenal sebagai kaki gajahatau kaki gajah.
“Penyakit menular hanya ada jika ada interaksi antara manusia dengan sumber (penyebab penyakit),” kata Riris Andono, Epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa. “Dengan ibu kota baru saat ini masih hutan, belum ada wabah. Tapi begitu orang masuk, (infeksi) pasti akan terjadi.”
Meski penyakit endemik di Kalimantan tidak mungkin diberantas pada 2024, Riris mengatakan pemerintah harus menyiapkan langkah deteksi dini untuk memitigasi risiko kesehatan tersebut.
Pakar kesehatan masyarakat Tjandra Yoga Aditama mengusulkan pengawasan epidemiologi menyeluruh, termasuk patogen, pembawa penyakit, dan penyakit endemik di ibu kota baru dan sekitarnya.
“(Pemerintah harus) melakukan analisis retrospektif intensif dan surveilans prospektif (untuk penyakit), baik sampai ibu kota baru mulai beroperasi dan untuk tahun-tahun mendatang,” katanya, Selasa.
Menurut laporan Dinas Kesehatan Kaltim tahun 2022, sepanjang tahun 2021 provinsi ini terus berjuang memerangi penyakit menular, termasuk malaria, serta tuberkulosis dan HIV yang semuanya mengalami peningkatan kasus dibandingkan tahun 2020.
Sebuah studi yang diterbitkan di Jurnal Malaria November lalu juga mencatat bahwa Kalimantan Timur memiliki angka kejadian malaria yang lebih tinggi dibandingkan provinsi lain di Pulau Kalimantan.
Demam berdarah juga mewabah di Kalimantan Timur, yang termasuk di antara enam penyumbang terbesar kasus demam berdarah nasional dan kematian dari Januari hingga Oktober 2022, kata kementerian kesehatan tahun lalu.
Baru-baru ini pada 31 Januari, kementerian mengatakan bahwa dari enam kabupaten dan kota di Kalimantan Timur yang endemik filariasis, hingga saat ini belum ada yang berhasil memberantas penyakit tropis tersebut. Disebutkan pula, provinsi tersebut masuk dalam 50 persen teratas provinsi Indonesia dengan jumlah kasus filariasis tertinggi tahun lalu.
Perubahan lingkungan yang drastis
Meskipun penyakit ini tidak unik di Kalimantan Timur, pakar kesehatan mengatakan bahwa penggundulan hutan yang sedang berlangsung untuk membuka jalan bagi pembangunan baru menimbulkan risiko lebih besar pemukiman manusia yang lebih dekat dengan patogen alami. Dan ini mengharuskan pemerintah untuk menyiapkan strategi kesehatan yang disesuaikan untuk Nusantara.
“Jika Anda menebang pohon, akan ada peluang lebih besar bagi hewan pembawa penyakit untuk bersentuhan dengan manusia,” kata ahli epidemiologi Dicky Budiman, Selasa.
“Harus ada strategi khusus (untuk ibu kota baru) yang tidak hanya menggambarkan penyakit yang ada yang menyerang manusia, tetapi juga hewan dan ekosistemnya.”
Perencanaan kota dan lingkungan yang direncanakan dengan hati-hati, lanjut Dicky, akan menjadi kunci untuk menjaga ibu kota baru dan penduduknya di masa depan tetap sehat, karena pemerintah harus mempertimbangkan bagaimana masuknya manusia dan bangunan buatan manusia akan mempengaruhi lingkungan.
“Misalnya dengan adanya hutan, (air hujan) hanya akan terserap. Tapi tanpa itu, (pemerintah) harus hati-hati merencanakan kemana air mengalir. (…) Mereka juga harus berhati-hati dengan pipa ledeng dan pengelolaan limbah,” tambahnya.
Membangun rumah sakit
Sekjen Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Nugraha seusai berkunjung ke Nusantara pekan lalu mengatakan, pemerintah juga akan fokus mengembangkan layanan kesehatan di ibu kota baru dan sekitarnya.
“(Di Nusantara) kita tidak hanya membangun rumah sakit tapi juga Puskesmas untuk memperkuat upaya pencegahan (penyakit). Selain itu, kami juga akan memperkuat pengawasan penyakit dan laboratorium,” kata Kunta dalam keterangannya, Kamis.
Untuk itu, kementerian berencana mengalokasikan sebagian anggaran 2023 melalui skema pembiayaan Dana Alokasi Khusus (DAF) untuk melengkapi lima puskesmas yang ada dan dua rumah sakit di sekitar ibu kota baru dengan peralatan kesehatan yang lebih baik.