Korban tewas akibat banjir meningkat menjadi 50 orang di Indonesia

19 Maret 2019

Badan-badan bantuan mengatakan para pengungsi membutuhkan bantuan ‘mendesak’.

Hingga Minggu sore, sedikitnya 50 orang meninggal dunia dan 273 keluarga kehilangan tempat tinggal pascabanjir bandang di Kabupaten Jayapura, Papua.

Banjir bandang terjadi setelah hujan deras mengguyur kawasan itu sejak Sabtu sore hingga Minggu dini hari.

ujar Bupati Jayapura Matius Awoitauw Jakarta Post Minggu lalu, para penyintas “sangat membutuhkan bantuan darurat” seperti makanan dan obat-obatan serta fasilitas untuk menguburkan korban tewas.

Saat ini, 200 orang mengungsi di kediamannya, sementara 1.400 lainnya mengungsi di sekolah terdekat. Mayat dibawa ke rumah sakit di wilayah tersebut untuk tujuan identifikasi.

Dia menambahkan, pemerintah daerah bekerja sama dengan kepolisian nasional dan militer Indonesia untuk menerima dan mengevakuasi warga lain dari daerah tersebut sementara fasilitas umum sedang dibangun untuk para pengungsi.

Kodam Cendrawasih mendirikan dapur umum yang membagikan 5.000 porsi makanan pada jam makan siang hari Minggu.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir paling banyak melanda wilayah Sentani Kota, berdampak pada Kecamatan Sentani Kota, Hinekombe, dan Dobonsolo serta lima desa yakni Kampung Sereh, Yoboy, Yahim, Yobeh, dan Ifar Besar. Pemerintah kabupaten juga memperkirakan banjir menghancurkan sekitar 350 rumah, 100 ruko dan dua jembatan.

Juru Bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan banjir menghanyutkan beberapa rumah. Ia mengatakan ia melihat sembilan rumah hanyut.

Video amatir dan foto yang diverifikasi BNPB menunjukkan banjir juga menghanyutkan pohon-pohon besar bahkan pesawat ringan

Pesawat milik Cendrawasih Air yang diparkir di hanggar di Doyo Baru. Ia terseret beberapa meter. Helikopter BNPB juga terseret banjir beberapa meter dari posisinya.

Pemerintah belum memperkirakan total kerugian material akibat bencana tersebut.

Ketua Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Papua, Aiesh Rumbekwan, menyebut penggundulan hutan “besar-besaran” di daerah pegunungan terdekat yang dikenal sebagai Cyclops, serta volume air yang besar di Danau Sentani sebagai penyebab bencana tersebut.

“Kita bisa melihatnya dari dahan dan pepohonan yang melayang. Ini bukan pohon yang tumbang karena hujan, melainkan pohon yang ditebang,” kata Aiesh.

Dia mengatakan beberapa bagian gunung telah diubah menjadi kawasan pemukiman.

Penebangan hutan di kawasan pegunungan, lanjut Aiesh, telah mengurangi jumlah mata air yang biasa mengalir ke Danau Sentani. Dia menduga meluapnya danau tersebut terjadi akibat proses daur ulang bersamaan dengan pembuangan sampah.

Sementara itu, warga Yance Wenda mengatakan banjir yang terjadi baru-baru ini “lebih aneh” dibandingkan banjir serupa pada tahun 2007, karena rumahnya terendam banjir hanya dalam waktu enam jam.

“(Banjir) menyebabkan batu-batu besar berjatuhan dari gunung. Alirannya terdengar seperti ombak (laut) yang besar,” kata Yance, yang pindah ke gereja terdekat setelah banjir.

situs judi bola online

By gacor88