15 Februari 2023
JAKARTA – Rencana pemerintah untuk mengurangi jumlah bandara internasional dari 32 menjadi sekitar 15 sepertinya tidak akan berdampak pada pariwisata, kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pada hari Senin dalam pengarahan mingguan.
Meski banyak bandara internasional yang akan ditutup untuk memangkas biaya dan meningkatkan efisiensi, Sandiaga menegaskan kembali bahwa 15 bandara tersebut, termasuk yang ditingkatkan statusnya menjadi bandara internasional untuk mendukung pariwisata di wilayahnya, akan tetap dibuka dan penerbangan inbound dari luar negeri tidak akan berkurang.
Ini termasuk Bandara Komodo Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang landasan pacunya diperpanjang tahun lalu untuk menampung pesawat berbadan sempit yang mampu melayani rute internasional pendek, seperti Boeing 737. Bandara tersebut saat ini berupaya mengizinkan maskapai internasional melakukan penerbangan langsung ke Labuan Bajo, pintu gerbang ke Taman Nasional Komodo yang terkenal.
“14 atau 15 bandara ini secara kasar akan menyumbang 98 persen perjalanan wisatawan mancanegara,” kata Sandiaga seperti dikutip Tempo.co.
Pada akhir Januari, Presiden Joko “Jokowi” Widodo setuju dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir untuk mengurangi jumlah bandara internasional hampir setengahnya guna menciptakan sistem “hub and speak” yang lebih efisien.
Hanya 14 hingga 15 bandara internasional yang tersisa, sementara 18 bandara lainnya akan digunakan untuk melayani penerbangan haji dan umrah.
“Kami akan mendalami hal ini lebih lanjut agar interkonektivitas tidak terganggu dan Indonesia dapat mencapai target 7,4 juta wisatawan tanpa membebani APBN,” kata Sandigaga.
Alasan lain pengurangan jumlah bandara internasional, kata Erick baru-baru ini, adalah sebagian besar penerbangan di Indonesia adalah penerbangan domestik dan mengangkut penumpang lokal. Penyederhanaan ini diharapkan juga dapat mendorong lebih banyak WNI untuk menjelajah negaranya sendiri dibandingkan terbang ke luar negeri untuk berlibur, tambahnya.
Jangan sampai kita menciptakan ruang-ruang baru untuk melakukan belanja berlebihan, kata Erick seperti dikutip Antara. “Wisatawan di Indonesia 70 persen lokal dan 30 persen asing.”
Peningkatan interkonektivitas, tambah Budi, mencakup peningkatan jaringan infrastruktur di destinasi-destinasi yang banyak diminati, seperti Lombok dan Banyuwangi, dengan menghubungkan pulau-pulau resor dengan wilayah sekitarnya.
Pendekatan pembangunan daerah dibandingkan membangun bandara baru akan berdampak lebih besar pada sektor pariwisata, ujarnya.
Penerbangan masuk
Keputusan pemerintah ini diambil ketika destinasi terpopuler di Indonesia baru mulai merasakan kembalinya wisatawan yang datang setelah lebih dari dua tahun pembatasan mobilitas akibat pandemi.
Di Bali, misalnya, pada bulan Januari terlihat kembalinya warga negara Tiongkok untuk menikmati pesona pulau tersebut, serta perjalanan sehari ke pulau-pulau tetangga seperti Lombok.
“Bali sudah dipenuhi wisatawan, meski belum sebanding dengan tingkat sebelum pandemi. Sekarang berkisar 60 hingga 70 persen. Kami berharap secepatnya kembali normal,” kata Jokowi pada Januari lalu, seperti dikutip kompas.com.