26 Agustus 2022
KUALA LUMPUR – Pemerintah akan mengambil sikap terhadap penggunaan ganja untuk tujuan medis sebelum akhir tahun ini, kata Khairy Jamaluddin, Menteri Kesehatan.
Khairy, yang mengakhiri kunjungan kerja bilateral ke Bangkok, mengatakan pada Kamis (25 Agustus) bahwa Thailand telah berbagi banyak pandangan dan pengalaman tentang penggunaan ganja untuk tujuan pengobatan dan budidayanya selama kunjungannya.
“Saya yakin kita bisa mempelajari pengalaman Thailand untuk kemudian menyesuaikannya dengan konteks Malaysia ketika kita akan memutuskan apakah akan mengizinkan atau tidak penggunaan marijuana untuk tujuan medis.
“Jika disetujui, kami akan menentukan kerangka apa dan bagaimana penggunaannya.
“Saya ingin bergerak cepat… Saya yakin kami akan mampu mengambil sikap tahun ini. Keputusan utama Ya atau Tidak akan diambil tahun ini dan kemungkinan besar kebijakan tersebut akan diterapkan tahun depan. Itu target saya,” ujarnya.
Kunjungan Khairy ini atas undangan Wakil Perdana Menteri dan Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Anutin Charnvirakul, untuk mengeksplorasi potensi manfaat ganja bagi kesehatan. Thailand adalah negara Asia Tenggara pertama yang melegalkan penggunaan ganja untuk tujuan pengobatan.
Dalam kunjungan kerja tersebut, Khairy dan delegasi juga mengunjungi State Pharmaceutical Organization (GPO) dimana beliau diberikan pengarahan mengenai kebijakan ganja Thailand, termasuk praktik, metode budidaya, penelitian dan penggunaan ganja untuk tujuan pengobatan.
Ia juga mengadakan pertemuan dengan para pemain utama industri ganja di Thailand, selain mengunjungi Siam Cannabis Land di Pattaya di mana ia diberi pengarahan dan mengunjungi rumah kaca dan perkebunan berbagai jenis ganja.
Khairy menjelaskan, penggunaan ganja untuk keperluan medis bukanlah hal baru di Malaysia, karena pada tahun 2014 Sativex yang mengandung cannabidiol (CBD) dan tetrahydrocannabinol (THC) disetujui untuk digunakan di Malaysia untuk mengatasi kejang otot.
Namun, produk tersebut tidak diterima dengan baik di pasar lokal dan oleh karena itu dicabut pendaftarannya.
“Undang-undang dan kerangka kerja yang ada mengizinkan penggunaan ganja untuk tujuan medis,” katanya.
Khairy menambahkan bahwa penggunaan ganja untuk tujuan medis semakin meluas secara internasional, termasuk untuk perawatan paliatif, manajemen nyeri kronis, insomnia dan pasien yang menjalani kemoterapi.
“Malaysia tidak mau ketinggalan. Jadi, kami ingin melihat dan mempelajari efektivitas dan keamanan penggunaan ganja untuk keperluan medis,” ujarnya.
Khairy menambahkan bahwa pada awalnya, Malaysia hanya melihat penggunaan produk ganja untuk tujuan pengobatan dan bukan budidayanya.
“Kalau permintaannya besar untuk dijadikan industri, kita akan pelajari dari sisi budidaya (ganja). Kami akan mengambil langkah demi langkah,” katanya.
Bulan lalu, Khairy mengatakan kerangka mengenai pendaftaran produk CBD tertentu akan diumumkan.
Sebelumnya pada hari Kamis, Khairy mengunjungi rumah sakit jiwa pertama di Thailand – Institut Psikiatri Somdet Chaopraya – di mana ia diberi pengarahan tentang layanan kesehatan mental di negara tersebut oleh Direktur Jenderal Departemen Kesehatan Mental, Dr Amporn Benjaponpitak.
Dalam kunjungan tersebut, ia diperlihatkan beberapa inovasi yang dapat membantu meningkatkan kesehatan mental.
Khairy juga menghadiri pertemuan tingkat tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) ke-12 mengenai kesehatan dan ekonomi dengan tema “Terbuka untuk kemitraan. Terhubung dengan dunia. Menyeimbangkan kesehatan dan perekonomian”. – Bernama