12 April 2023
JAKARTA – Sebagian besar masyarakat Indonesia siap untuk beralih ke sistem non-tunai dan menggunakan metode pembayaran digital karena metode tersebut menawarkan kemudahan dan keamanan, menurut sebuah survei.
Menurut studi terbaru mengenai sikap pembayaran konsumen dari raksasa pembayaran global Visa, sekitar 67 persen penduduk negara ini bersedia untuk tidak menggunakan uang tunai.
Survei yang dilakukan terhadap 1.000 konsumen di Indonesia pada tahun lalu menunjukkan bahwa tren tersebut didominasi oleh generasi muda, generasi Z, diikuti oleh generasi Y, dan segmen kelas atas.
Hal ini menunjukkan dompet seluler dan kode QR telah menjadi metode pembayaran paling populer di negara ini dengan tingkat penggunaan sebesar 93 persen. Penggunaannya didorong oleh pembelian jasa transportasi, hiburan, pembelian eceran dan pembayaran tagihan.
Setelah dompet seluler dan kode QR, metode pembayaran berikutnya yang paling banyak digunakan adalah kartu kredit dan debit dengan tingkat penggunaan 80 persen.
“Kami melihat (tren) ini sebagai peluang untuk meningkatkan kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan untuk memfasilitasi konsumen menggunakan pembayaran digital,” kata Riko Abdurrahman, Presiden Visa Indonesia, dalam konferensi pers, Senin, seperti dikutip dari kompas.com.
Meningkatnya metode pembayaran non-tunai sejalan dengan penurunan penggunaan uang tunai dari 87 persen pada tahun 2021 menjadi 84 persen pada tahun lalu, menurut survei.
Survei ini juga menyentuh aspek-aspek di luar pembayaran. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa sekitar 80 persen responden berencana meningkatkan tabungan mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan keuangan yang akan datang setelah pandemi.
“Kemudahan dan kenyamanan pembayaran digital memungkinkan masyarakat melacak pengeluaran dan mengelola anggarannya. Jadi literasi keuangan mereka juga meningkat,” jelas Riko.
Baca juga: Industri pembayaran digital siap untuk konsolidasi
Salah satu faktor pendorong transaksi non-tunai adalah dukungan bank sentral terhadap teknologi tersebut dengan menyediakan infrastruktur yang diperlukan. Sebagai bagian dari Cetak Biru Sistem Pembayaran Indonesia 2025 (BSPI), Bank Indonesia (BI) meluncurkan Kode QR Standar Indonesia (QRIS) pada Mei 2019 dan platform pembayaran digital BI-FAST pada Desember 2021.
Untuk meningkatkan penggunaannya, bank sentral memperluas metode tersebut melampaui batas negara. QRIS dan BI-FAST saat ini tersedia di Thailand dan diharapkan segera diluncurkan di negara lain seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Bank konvensional, bank digital, serta pemain fintech seperti GoPay, OVO, ShopeePay, Dana, dan LinkAja berbondong-bondong berpartisipasi dalam infrastruktur baru tersebut dan memberikan layanan kepada pelanggannya masing-masing.
Tahun lalu, BI mengumumkan bahwa nilai transaksi melalui QRIS meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi Rp 100 triliun (US$6,7 miliar). Sementara itu, nilai transaksi uang elektronik secara keseluruhan tumbuh sebesar 31 persen menjadi hampir Rp 400 triliun pada tahun 2022 dan diperkirakan mencapai Rp 495,2 triliun pada tahun ini.
Selain itu, nilai transaksi perbankan digital meningkat 29 persen menjadi Rp 52,55 kuadriliun dan diprediksi mencapai Rp 64,18 kuadriliun pada tahun ini.