2 Maret 2023
JAKARTA – Indonesia memiliki populasi besar lebih dari 280 juta jiwa dan kelas menengah yang berkembang pesat. Namun, negara ini menghadapi banyak tantangan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan standar hidup. Salah satu bidang penting yang perlu ditingkatkan oleh Indonesia adalah daya saing digital.
East Ventures-Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2022 menunjukkan bahwa daya saing digital Indonesia semakin tersebar setiap tahunnya, ditandai dengan peningkatan skor median EV-DCI setiap tahunnya. EV-DCI merupakan pengukuran yang dibuat oleh East Ventures untuk menghitung daya saing digital antar provinsi di tanah air. Kendati demikian, wilayah di Pulau Jawa masih mendominasi posisi teratas, tertinggal dari wilayah timur.
Meningkatkan daya saing digital dan mempersempit kesenjangan antarprovinsi sangat penting bagi kelestarian perekonomian dan lingkungan hidup negara ini.
Menurut laporan e-Conomy SEA 2022 oleh Google, Temasek dan Bain & Company, ekonomi digital Indonesia telah tumbuh secara signifikan dari US$41 miliar pada tahun 2019 menjadi $77 miliar pada tahun 2022. Pada tahun 2025, angka tersebut diperkirakan meningkat menjadi $130 miliar, yaitu dapat dicapai jika kita dapat mengoptimalkan sumber daya kita dengan tepat.
Ekonomi digital tidak lepas dari peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memegang kunci membawa Indonesia menuju keberlanjutan.
Negara ini adalah rumah bagi 65 juta UMKM yang menyumbang lebih dari 60 persen produk domestik bruto (PDB) dan mempekerjakan sekitar 110 juta orang. Meski demikian, hanya sepertiga dari UMKM tersebut yang menggunakan platform digital dan bahkan lebih sedikit lagi yang berbasis di wilayah di luar kota besar.
Banyak UMKM yang membutuhkan bantuan dalam hal akses permodalan, keuangan, akses pasar dan yang terpenting pemanfaatan teknologi. Oleh karena itu, meningkatkan daya saing digital UMKM sangat penting jika Indonesia ingin mencapai keberlanjutan dan menumbuhkan perekonomiannya.
Pertama, Indonesia dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing bisnis-bisnis tersebut dengan meningkatkan pemanfaatan teknologi di kalangan UMKM, sehingga memungkinkan mereka menjangkau pasar dan pelanggan baru. Misalnya, melalui platform e-commerce dan pembayaran seluler, UMKM dapat menjangkau pelanggan di seluruh negeri dan sekitarnya, meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan keberlanjutannya.
Salah satu perusahaan portofolio awal kami, Tokopedia, secara aktif merangkul UMKM lokal dalam mendigitalkan bisnis mereka. Hingga saat ini, perusahaan tersebut telah melibatkan sekitar 12 juta pedagang, terutama UMKM, di platformnya. Namun, hal ini juga merupakan pengingat bahwa hal ini hanya dapat terjadi jika infrastruktur digital yang memadai telah ditingkatkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pemanfaatan teknologi.
Hal ini termasuk memberikan pelatihan dan dukungan untuk membantu dunia usaha mengadopsi teknologi dan solusi digital baru, serta berinvestasi pada infrastruktur digital untuk memudahkan UMKM mengakses alat digital yang mereka perlukan untuk mengembangkan bisnisnya.
Manfaat penting lainnya dari peningkatan daya saing digital di kalangan UMKM adalah dapat membantu meningkatkan inklusi keuangan. Banyak UMKM di Indonesia menghadapi tantangan keuangan yang dapat membatasi pertumbuhan dan keberlanjutan.
Namun, startup Fintech dapat memanfaatkan layanan keuangan digital mereka dan menutup kesenjangan tersebut sehingga UMKM dapat meningkatkan akses mereka terhadap pembiayaan, sehingga memungkinkan mereka untuk mengembangkan bisnis dan meningkatkan stabilitas keuangan mereka. Salah satu perusahaan portofolio kami, Komunal, berkontribusi dalam menyelesaikan masalah ini. Perusahaan ini menargetkan bank-bank pedesaan, yang masih sangat tradisional dengan proses yang terfragmentasi, namun menawarkan tingkat bunga simpanan yang lebih tinggi dan dijamin oleh pemerintah dibandingkan dengan bank komersial. Pada tahun 2022, Komunal menyalurkan $230 juta dalam bentuk simpanan dan pinjaman kepada BPR dan UMKM lokal, membantu UMKM mengelola keuangan dan modal mereka dengan nyaman dan efisien.
Selain itu, peningkatan daya saing digital juga dapat membantu meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan pelaporan UMKM, yang sangat penting untuk membangun kepercayaan dan keyakinan. Misalnya, dengan menggunakan platform digital untuk mengelola rekening dan transaksinya, UMKM dapat memiliki pencatatan yang lebih baik yang menunjukkan keandalannya kepada calon pelanggan dan mitra.
Peningkatan daya saing digital juga dapat memungkinkan UMKM mengelola sumber dayanya dengan lebih baik dan mengurangi dampak lingkungan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Accenture, bekerja sama dengan Forum Ekonomi Dunia (WEF), memverifikasi bahwa adopsi digital dapat menjadi kunci untuk mengurangi emisi karbon hingga 20 persen pada tahun 2050 di tiga sektor dengan emisi tertinggi: energi, mobilitas, dan material. Studi ini juga menyarankan agar dunia usaha harus memprioritaskan inklusi digital dan pengembangan keterampilan untuk memastikan bahwa tenaga kerja saat ini dan masa depan dapat mengakses teknologi baru, dengan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan teknologi digital.
Dengan mengadopsi alat digital, UMKM dapat mengurangi konsumsi energi dan jejak karbon serta meningkatkan keberlanjutannya. Misalnya, kami melihat Gojek dan Grab berupaya untuk secara bertahap mengalihkan moda transportasi mereka ke kendaraan listrik roda dua (2WEV) yang lebih ramah lingkungan.
Sementara itu, beberapa startup pesan-antar makanan online juga mendorong UMKM untuk menggunakan kemasan ramah lingkungan, seperti peralatan makan dari kayu dan tas daur ulang, serta inisiatif lainnya.
Secara lebih luas, perusahaan digital juga dapat membantu UKM dan pelanggannya menerapkan praktik berkelanjutan. Dalam kasus Aruna, perusahaan perikanan Indonesia menggunakan teknologi untuk mempraktikkan penangkapan ikan berkelanjutan di masyarakat pesisir yang masih asli dan menciptakan penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat lokal melalui praktik penangkapan ikan yang baik, rantai pasokan, dan pendidikan. UMKM dapat menggunakan inisiatif digital semacam itu untuk berkontribusi terhadap lingkungan yang berkelanjutan.
Terakhir, daya saing digital dapat mengkatalisasi perjalanan Indonesia menuju keberlanjutan. Hal ini dapat menjembatani kesenjangan antar wilayah, meningkatkan literasi digital, dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Potensi dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan tidak dapat diabaikan dan harus dipertimbangkan untuk mendorong adopsi digital di Indonesia. Pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung sehingga UMKM di seluruh nusantara dapat memanfaatkan ekonomi digital dan berkembang di pasar global saat ini.