2 Desember 2022
JAKARTA – Negara-negara Asia Tenggara mempunyai harapan besar bahwa Tiongkok akan segera memenangkan perjuangannya melawan COVID-19. Pemulihan Tiongkok yang sepenuhnya penting bagi negara-negara di kawasan ini, dan bahkan seluruh dunia, karena Tiongkok merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi global.
Invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina telah menimbulkan dampak buruk bagi dunia, terutama kenaikan harga gas dan gandum. Hiperinflasi membayangi banyak negara dan jutaan orang menghadapi kelaparan, terutama di Afrika. Dunia dapat berharap untuk menghindari skenario terburuk jika Tiongkok mampu bangkit kembali.
Presiden Joko “Jokowi” Widodo memperingatkan negaranya pada hari Rabu bahwa dunia menghadapi ancaman nyata resesi tahun depan. Tiongkok yang sedang sakit akan mendatangkan malapetaka di banyak negara, termasuk Indonesia, karena ketergantungan mereka yang besar pada negara dengan populasi terbesar dalam perdagangan global.
Bank Dunia memperkirakan pada bulan September bahwa produk domestik bruto Tiongkok hanya akan tumbuh 2,8 persen tahun ini, dibandingkan dengan rata-rata 5,3 persen di 23 negara Asia lainnya. Ini akan menjadi pertama kalinya sejak tahun 1990 Tiongkok mencatat pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan negara tetangganya di Asia.
Sementara menurut Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), perekonomian Tiongkok akan tumbuh sebesar 3,3 persen pada tahun ini, meningkat menjadi 4,6 persen pada tahun 2023, namun kemudian turun menjadi 4,1 persen pada tahun 2024. Prediksi ini tidak hanya menarik minat masyarakat. Tiongkok, tetapi juga masyarakat di banyak negara lain, terutama negara-negara berkembang.
Tiongkok adalah salah satu importir sumber daya alam dan komoditas terbesar di dunia, seperti batu bara dan minyak sawit dari Indonesia. Turunnya permintaan dari Tiongkok akan berdampak serius pada ekspor kita tahun depan. Harga minyak kini turun karena impor Tiongkok yang lebih rendah. Berkat ekspor batu bara dan minyak sawit, Indonesia mampu bertahan dari krisis ekonomi global di puncak pandemi COVID-19.
Tiongkok semakin memainkan peran penting dalam rantai pasokan global selama 30 tahun terakhir liberalisasi ekonomi. Tentu saja, lockdown di basis industri utama negara tersebut, sebuah kebijakan yang bertujuan untuk menghilangkan COVID-19 di seluruh Tiongkok, telah menimbulkan dampak global yang besar. Misalnya, kebijakan ketat yang diterapkan Tiongkok telah menyebabkan keterlambatan pengiriman barang-barang manufaktur, seperti telepon seluler.
Namun, kami tidak dalam posisi untuk menilai kebijakan nihil COVID di Tiongkok. Bagaimanapun, kebijakan COVID-19 Tiongkok juga memberikan manfaat bagi dunia, terutama dengan vaksinnya yang telah menyelamatkan puluhan juta nyawa di Indonesia dan banyak negara lainnya.
Selama puncak pandemi, Tiongkok memperluas bantuannya ke negara-negara lain, meskipun Tiongkok masih kesulitan menyediakan vaksin di dalam negeri untuk mencakup seluruh penduduknya. Mungkin benar bahwa vaksin Barat lebih canggih daripada vaksin Tiongkok, namun Tiongkok masih siap memasok vaksin ke negara-negara yang membutuhkan, sementara negara-negara produsen vaksin lainnya memilih untuk melindungi warganya sendiri sebelum membagikan vaksinnya kepada negara berkembang.
Kami berharap Tiongkok akan memenangkan perangnya melawan COVID-19, dan sesegera mungkin. Dunia tidak akan bisa pulih sepenuhnya tanpa Tiongkok. Pandemi ini hanya mengingatkan kita bahwa dunia hanya bisa pulih lebih kuat jika kita bersama-sama.