7 April 2022
KUALA LUMPUR – Sekalipun kasus harian Covid-19 di negara ini berada dalam tren menurun, ada kemungkinan varian Omicron XE akan mencapai negara kita dalam waktu satu bulan dan menimbulkan bahaya baru.
Menurut ahli epidemiologi medis Universitas Putra Malaysia Assoc Prof Dr Malina Osman, varian Omicron saat ini tiba di Malaysia dalam waktu satu atau dua bulan, bahkan ketika perbatasan negara ditutup.
Mengingat hal ini, Dr Malina memperkirakan Omicron XE dapat tiba lebih cepat seperti yang telah dilacak di Thailand, Taiwan, dan Inggris.
“Untuk Omicron XE secara teoritis bisa datang lebih cepat dibandingkan varian Omicron saat ini, namun kami berharap pengawasan kami dapat membantu membatasi penyebarannya,” ujarnya kemarin saat dihubungi.
Varian Omicron XE, mutasi dari strain Omicron BA.1 dan BA.2, yang pertama kali terdeteksi di Inggris pada 19 Januari, dikatakan 10% lebih mudah menular dibandingkan varian saat ini.
Dr Malina mengatakan tidak ada indikasi bahwa varian Omicron XE menyebabkan infeksi serius seperti varian Delta, namun mencatat bahwa risikonya tinggi bagi mereka yang belum divaksinasi, atau belum pernah mengalami infeksi sebelumnya.
Namun, dia yakin situasinya akan terkendali karena negara tersebut memiliki cakupan vaksinasi yang baik, kepatuhan yang baik terhadap protokol, dan langkah-langkah yang diterapkan bagi para pelancong untuk membatasi penyebaran.
“Apa yang perlu kita fokuskan saat ini adalah memastikan cakupan vaksin bagi mereka yang berusia lima hingga 11 tahun, suntikan booster untuk mencapai cakupan setidaknya 70% hingga 80%, dan penyediaan perawatan khusus untuk anak-anak di bawah usia lima tahun jika serta mereka yang tidak bisa divaksin,” katanya.
Relawan Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat untuk Covid-19 Ketua Datuk Dr. Zainal Ariffin Omar juga memperkirakan varian baru akan datang dalam waktu kurang dari sebulan karena pergerakan domestik dan internasional yang lebih besar.
Dia mengatakan pengujian berkelanjutan dan identifikasi varian harus dilakukan, seraya menambahkan bahwa sistem layanan kesehatan di negara tersebut akan mampu mengatasi peningkatan kasus, karena lebih dari 99% kasus berasal dari kategori satu hingga tiga.
“Masih tangguh dan kuat,” katanya.
Konsultan mikrobiologi klinis Universiti Putra Malaysia, Prof Dr Zamberi Sekawi, setuju dengan hal tersebut, dengan mengatakan varian tersebut dapat memasuki negara itu dengan kecepatan yang jauh lebih cepat ketika perbatasan dibuka kembali.
Namun, ia mengatakan varian ini harus bersaing dengan varian Omicron yang sudah ada untuk menjadi varian dominan.
Menurut laporan, varian ini 10% lebih menular, kata Prof Zamberi.
Dia menambahkan bahwa tidak banyak yang diketahui tentang varian Omicron XE dalam hal tingkat keparahannya, atau apakah varian tersebut dapat menghindari vaksin.
“Jika karakter varian ini sama dengan Omicron, maka sistem kesehatan kita akan mampu mengatasinya,” ujarnya seraya menambahkan bahwa pihak berwenang harus waspada dengan meningkatkan pengawasan tidak hanya terhadap orang asing tetapi juga penduduk lokal.
Negara ini pertama kali mengalami peningkatan kasus, rawat inap, serta kematian ketika varian Delta melanda negara itu pada Juli lalu.
Direktur Jenderal Kesehatan Tan Sri Dr Noor Hisham Abdullah mengatakan pada 14 Juli bahwa varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India, merupakan varian dominan di negara tersebut pada saat itu, dengan kasus yang dilaporkan pada 25 Agustus mencapai puncaknya. 22.642 kasus.
Kemudian, ketika jumlah kasus menurun, negara tersebut mengalami lonjakan kasus lagi pada awal Januari tahun ini, sehingga Menteri Kesehatan Khairy Jamaluddin memperingatkan bahwa gelombang varian Omicron telah dimulai di negara tersebut.
Varian Omicron pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan pada 24 November 2021, dan Malaysia mendeteksi kasus varian Omicron pertamanya pada 2 Desember 2021, yang melibatkan seorang mahasiswa universitas swasta Afrika Selatan berusia 19 tahun di Ipoh yang tiba di Afrika Selatan melalui Singapura . pada 19 November