Para aktivis menyerukan Indonesia untuk menempatkan pengungsi Rohingya dalam sorotan Asean

16 Januari 2023

JAKARTA – Aktivis hak asasi manusia menyerukan kepada Indonesia, yang telah menerima lebih dari 600 pengungsi Rohingya dalam beberapa pekan terakhir, untuk menggunakan kepemimpinannya di ASEAN tahun ini untuk mengatasi masalah ini.

Direktur Eksekutif Atika Yuanita Paraswaty dari SUAKA, atau Masyarakat Sipil Indonesia untuk Perlindungan Hak Pengungsi, mengatakan masyarakat Aceh relatif ramah terhadap pengungsi Rohingya yang mendarat di provinsi tersebut.

Ia mengatakan bahwa meskipun peraturan presiden tahun 2016 telah meringankan perlakuan Indonesia terhadap pengungsi yang tiba di negaranya, masih banyak hal yang perlu dilakukan.

“Kami mengapresiasi langkah itu, namun sayangnya tidak ada (ketentuan) dalam aturan tersebut yang menyebutkan tentang penghormatan terhadap hak-hak pengungsi selama berada di sini,” kata Atika, Jumat.

Dia mencatat bahwa meskipun pemerintah belum meratifikasi Konvensi Pengungsi PBB tahun 1951, pemerintah telah meratifikasi serangkaian konvensi hak asasi manusia internasional yang berarti Jakarta masih terikat untuk menjunjung hak-hak pengungsi.

Atika mengatakan Indonesia harus mengintensifkan upaya diplomasi dengan negara tetangga, khususnya Myanmar dan negara ASEAN lainnya, untuk lebih membantu etnis Rohingya dengan meminimalisir penganiayaan terhadap mereka.

“Ada peluang bagus untuk itu saat ini, yaitu kepemimpinan Indonesia di ASEAN pada tahun 2023 (…) karena kita akan memiliki posisi negosiasi yang lebih tinggi untuk mengatasi masalah ini dalam pertemuan ASEAN,” ujarnya.

Menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Indonesia menerima total 644 pengungsi Rohingya yang tiba dengan lima kapal pada 15 dan 16 November, 25 dan 26 Desember, serta pada 8 Januari.

Perwakilan UNHCR Indonesia Ann Maymann menyatakan harapannya agar Indonesia menyoroti situasi Rohingya dan membuka diskusi mengenai masalah ini di ASEAN sebagai ketuanya saat ini.

“Penting untuk membawa masalah ini ke meja perundingan karena banyak yang berpikir jika kita tidak membicarakannya, masalah ini akan hilang. Tapi itu tidak akan terjadi,” kata Maymann pada hari Jumat.

Ia juga menyatakan harapannya agar Indonesia bisa mengartikulasikan krisis di Myanmar dan dampaknya terhadap minoritas Rohingya, serta permasalahan yang dihadapi negara tetangga Bangladesh, yang menampung pengungsi Rohingya dalam jumlah terbesar.

Maymann mengusulkan beberapa inisiatif praktis, seperti mengadakan pertemuan regional yang melibatkan negara-negara yang menampung pengungsi Rohingya. Negara-negara lain yang berpengalaman dalam pemulangan dan reintegrasi pengungsi juga dapat berbagi praktik-praktik baik.

“Kita harus membantu mengembangkan kondisi (untuk kembalinya para pengungsi). Rohingya tidak bisa kembali begitu saja (ke Myanmar) jika masih belum aman,” ujarnya.

Wakil direktur Asia Human Rights Watch, Phil Robertson, mengatakan secara terpisah bahwa diperlukan upaya regional yang terpadu untuk mengatasi masalah Rohingya.

Dia menunjukkan bahwa tidak ada tindakan yang dilakukan untuk pengungsi Rohingya di Bali Process, forum internasional yang menangani masalah perdagangan manusia dan migrasi di tingkat regional.

“Perlu ada respons serius yang dipimpin oleh Indonesia sebagai ketua ASEAN, sebagai ketua dialog Bali Process,” kata Robertson, Kamis, saat konferensi pers HRW’s World Report 2023 di Jakarta.

Menteri Luar Negeri Retno MP Marsudi mencatat dalam konferensi pers tahunannya pada hari Rabu bahwa tidak ada kemajuan yang dicapai untuk menyelesaikan masalah Rohingya.

“Masalah Rohingya akan lebih sulit diselesaikan (mengingat) situasi di Myanmar saat ini. Persoalan Rohingya tidak bisa terselesaikan jika akar permasalahannya tidak terselesaikan,” ujarnya.

judi bola terpercaya

By gacor88