15 Mei 2023
JAKARTA – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) akan melakukan pembicaraan “dinamis” dengan mitra saat ini dan calon sekutu mengenai calon Ganjar Pranowo di tengah spekulasi bahwa ia ingin mengulangi strategi kemenangan pada tahun 2019 dengan mencalonkan diri sebagai presiden dengan ‘ seorang tokoh senior Nahdlatul Ulama (NU).
Meskipun Ganjar tampaknya akan mencalonkan diri dalam pemilu mendatang dengan platform agama-nasionalis yang tampaknya dibangun oleh partai nasionalis terbesar di negara tersebut melalui kemitraan elektoral dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang berbasis Muslim, masih ada pertanyaan besar mengenai siapa kandidatnya. akan menjadi sobat.
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan pembicaraan pekan ini mengenai siapa yang akan mengisi kursi wakil presiden akan berlangsung “dinamis” karena partai akan mencari sosok yang dapat “melengkapi” Gubernur Jawa Tengah “ dan membantu memenangkan pemilihan presiden di 2024.
“Sosok terbaik untuk mendampingi Ganjar akan dicari dengan (…) mempertimbangkan model kepemimpinan ganda dan saling melengkapi, bagaimana kerjasama parpol akan dibangun dan upaya (bersama) untuk menang,” kata Hasto. “Tidak bisa dipungkiri, capres dan cawapres butuh 50 persen plus satu suara.”
Soal siapa cawapres Ganjar sudah dibicarakan antara Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelum partai mengumumkan pencalonan Ganjar, kata Hasto. Ia menambahkan, tambahnya, dalam pertemuan pribadi mereka selama tiga jam pada bulan Maret, di mana presiden menggarisbawahi keprihatinannya tentang umur panjang warisannya dan keduanya “memiliki pemahaman yang sama” tentang siapa yang harus dicalonkan oleh partai tersebut.
Megawati, yang mempunyai hak veto yang tak terbantahkan atas pencalonan calon presiden dan wakil presiden dari partainya, mengatakan bulan lalu bahwa ia tidak terburu-buru mengambil keputusan mengenai pencalonan wakil presiden, dengan “lebih dari 10 tokoh” yang mendukungnya. menjadi cawapres Ganjar.
Baca juga: Calon presiden berebut suara NU
Banyak spekulasi yang ditimbang Megawati dengan menghubungkan Ganjar dengan seorang tokoh senior dari NU, organisasi Islam terbesar di negara itu, yang mewakili banyak umat Islam arus utama di negara itu, dalam sebuah strategi yang menurut para analis sangat penting bagi kemenangan Jokowi saat ia terpilih kembali pada tahun 2019.
“Penyegelan pencalonan Ganjar oleh Megawati oleh a mangkuk (topi adat) di kepala di hari terakhir Ramadhan, saat yang sangat suci bagi umat Islam, membawa pesan agar tetap menjadi sahabat umat Islam,” kata Airlangga Pribadi, dosen ilmu politik Universitas Airlangga, Surabaya, kata Timur. Jawa.
Setelah pencalonannya, Ganjar ditugaskan untuk mengkonsolidasikan mesin partai di seluruh provinsi, dengan Jawa Timur yang berpenduduk padat menjadi provinsi pertama yang ia kunjungi pekan lalu. PDI-P mengincar kemenangan yang lebih besar di Jawa Timur meskipun Jokowi menunjukkan kinerja yang kuat pada tahun 2019.
Namun pemilihan presiden yang akan datang telah menyaksikan calon presiden lainnya bersaing untuk mendapatkan dukungan dari organisasi Islam tradisionalis, dengan baik Prabowo Subianto dan Anies Baswedan menjajaki opsi untuk menandingi tokoh-tokoh NU.
Prabowo, yang mendapat dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang sering digambarkan sebagai kendaraan politik NU, menjalin hubungan lebih dekat dengan basis NU, mengunjungi dan makan siang bersama beberapa ulama senior NU dan tokoh-tokoh terkemuka di Jawa Timur. .
“Dengan menandatangani perjanjian pemilu dengan PKB, Prabowo telah mendapatkan keunggulan nyata dalam upayanya membalikkan keadaan di Jawa Timur,” kata Bawono Kumoro dari lembaga jajak pendapat Indikator Politik Indonesia.
Hal yang sama juga terjadi pada Anies, yang melakukan safari politik ke Jawa Timur pekan lalu dan memasukkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, seorang anggota NU, ke dalam daftar calon wakil presiden dalam upaya untuk meningkatkan kinerjanya dalam memberikan dorongan kepada provinsi tersebut. .
Baca juga: PDI-P akan menghadapi tantangan untuk mempertahankan kekuasaan setelah tahun 2024, kata para analis
PDI-P mencalonkan tokoh NU sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi Ganjar, ketika calon presiden lainnya juga memilih cawapres NU, PDI-P kemungkinan akan membantu menggeser keseimbangan karena akan menyebar dukungan dari banyak calon, kata Bawono.
“Dengan adanya lebih dari satu tokoh NU yang ikut pemilu, maka blok pemilih NU akan terpecah belah sehingga tidak lagi menjadi pembeda atau penentu yang akan membantu seorang calon memenangkan pemilu mendatang,” ujarnya.
Namun, pilihan calon wakil Ganjar pada akhirnya juga akan bergantung pada preferensi pribadi Megawati karena partai tersebut telah memperoleh reputasi yang lebih baik kali ini, kata Bawono. “Dengan perolehan suara yang lebih kuat pada pemilu lalu dibandingkan pemilu 2014, Megawati akan lebih leluasa memilih siapa yang menurutnya cocok sebagai calon wakil presiden.”