Pelaut Jepang pada PD II, 101, menceritakan serangan malam Guadalkanal

31 Maret 2023

TOKYO – Saking banyaknya kapal perang yang tenggelam di perairan sekitar Pulau Guadalcanal, hingga kawasan itu dijuluki Ironbottom Sound.

Masao Araki yang berusia 101 tahun terlibat dalam pertempuran laut di perairan tersebut.

“Saya sangat bersyukur masih ada masyarakat yang melakukan pencarian,” ujarnya di Nishinoomote, Prefektur Kagoshima, tempat tinggalnya.

Jauh di malam hari tanggal 8 Agustus 1942, Araki berada di anjungan kapal perusak Yunagi, membawa bagian belakang armada delapan kapal Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, termasuk sebuah kapal penjelajah berat. Kapal-kapal itu perlahan-lahan mendekat ke Guadalkanal. Terbentang di depan matanya adalah kecerahan noctilucas di laut di bawah langit berbintang.

Baru berusia 20 tahun saat itu, Araki menunggu dengan napas tertahan saat apa yang disebut Pertempuran Pulau Savo akan segera dimulai.

Tiba-tiba keheningan terpecahkan ketika angkatan laut melancarkan serangan malamnya terhadap kapal perang sekutu. Di bawah penerangan lampu sorot dan suar militer Jepang, siluet sekitar selusin kapal Sekutu tampak menonjol dalam kegelapan.

Ke arah kapal perusak yang ia tumpangi sedang membuntuti peluru dari senapan mesin di kapal Sekutu. Awak kapal Yunagi segera bersiap menembakkan torpedo.

Araki membacakan bacaan di kompas dan melaporkan arah kapal musuh yang dibidik kepada atasannya. Pada saat itu, dia mengira dia mendengar suara ibunya Ichi di dekat telinganya berkata, “Masao, jangan pernah mati.” Dia secara naluriah berhenti bergerak, hanya untuk didorong oleh suara marah atasannya.

Segera setelah itu, sebuah torpedo ditembakkan, menciptakan kolom air setinggi 10 meter di sisi kapal musuh. Yang bisa dia pikirkan hanyalah, “Saya ingin menembak dengan cepat dan segera keluar dari sini.”

Yunagi berbalik arah dan meningkatkan kecepatan untuk menjauh dari pulau tersebut karena ada kekhawatiran armada tersebut akan diserang oleh pesawat militer AS saat fajar. Dia membatu ketakutan sampai Yunagi berlayar keluar dari jangkauan musuh.

Dalam pertempuran laut ini, pasukan Jepang berhasil menenggelamkan empat kapal angkatan laut Amerika dan Australia. Namun Araki tidak mengetahui hingga perang berakhir bahwa kapal angkatan laut Jepang kemudian ditenggelamkan satu demi satu di dekat Guadalkanal, sementara tentara yang berada di pulau tersebut mati kelaparan.

Araki tidak akan pernah bisa melupakan apa yang dikatakan seorang tentara dengan suara penuh penyesalan kepada rekan-rekannya yang terluka yang tertinggal di pulau itu: “Kami akan datang dan menjemputmu tanpa penundaan.”

Saat ini, Araki tidak lagi memiliki rekan prajurit yang bisa berbagi kenangan perang dengannya.

“Ketika ingatan akan perang memudar, penemuan kapal-kapal yang tenggelam dan barang-barang milik tentara di dasar laut akan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mempertimbangkan kembali tragedi perang,” kata Araki.

judi bola

By gacor88