17 Oktober 2022
JAKARTA – Kenaikan harga bahan bakar bersubsidi pada awal bulan lalu tidak banyak menghambat penjualan mobil, kata para ahli dan orang dalam industri, karena pelonggaran pembatasan COVID-19 membuka jalan bagi pertumbuhan.
Berdasarkan laporan Gabungan Produsen Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo), penjualan mobil dalam negeri naik 19 persen year-on-year (yoy) dan 3,1 persen moon-on-month (mtm) menjadi total 99.986 unit pada September.
Penjualan year-to-date (ytd) meningkat 20,8 persen year-on-year menjadi 758.216 unit, sementara penjualan kumulatif ytd juga naik 0,4 persen dibandingkan sembilan bulan pertama tahun 2019. Angka tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan September 2019, dengan pertumbuhan penjualan mencapai 7,3 persen.
“Saya harus berkata, ‘Wow!’ Hal ini merupakan indikasi nyata bahwa pertumbuhan ekonomi sangat baik. Mengapa? Karena (mobil) bukan kebutuhan pokok,” pakar otomotif Bebin, yang juga mantan CEO PT Hyundai Mobil Indonesia, mengatakan kepada The Jakarta Post pada hari Jumat.
Penjualan mobil berpenggerak dua roda (2WD) pada bulan September, yang mencakup 56,9 persen dari total pangsa pasar, naik 19 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 56.826 unit, dan naik 12 persen dari angka pada bulan September 2019.
Sementara itu, penjualan kumulatif 2WD meningkat 23 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 431.386 unit, dan 4 persen lebih tinggi dibandingkan tiga kuartal pertama tahun 2019.
Penjualan mobil 2WD yang hemat bahan bakar dan terjangkau, yang memiliki kapasitas mesin di bawah 1.200 cc, naik 32 persen year-on-year menjadi 18.469 unit di bulan September, namun masih lebih rendah 4 persen dibandingkan angka di bulan September 2019.
Penjualan kumulatif mobil pada kategori ini, yang menguasai 17 persen pangsa pasar, naik 17,1 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 128.664 unit, namun 17 persen lebih rendah dibandingkan angka pada periode yang sama tahun 2019.
Penjualan truk meningkat 27 persen tahun-ke-tahun menjadi 9.199 unit, dan 6 persen lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2019. Sementara itu, penjualan truk naik 38 persen menjadi 66.103 unit, namun sedikit turun yaitu 1 persen lebih rendah dibandingkan angka pada periode yang sama. periode pada tahun 2019.
“Ada permintaan yang terpendam akibat situasi pandemi sebelumnya, termasuk tantangan finansial seperti persyaratan sewa dan bank yang ketat. Sektor riil juga terpukul saat itu, tapi permintaannya sebenarnya nyata,” kata Bebin.
Dari sisi perdagangan internasional, ekspor mobil Indonesia tumbuh sebesar 115,3 persen menjadi 48.545 unit pada September, naik 40 persen dibandingkan September 2019.
Ekspor kumulatif tahun berjalan naik 61,1 persen tahun-ke-tahun menjadi 334.489 unit, naik 0,7 persen dari total ekspor mobil pada tahun 2019.
Sementara itu, impor bulan September naik 83,3 persen tahun-ke-tahun menjadi 8.760 unit, atau tumbuh 38 persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2019. Impor kumulatif tumbuh 57,6 persen tahun-ke-tahun menjadi 59.125 unit, lebih tinggi 3,4 persen dibandingkan hingga September 2019.
“Produk otomotif Indonesia jauh lebih baik dalam beradaptasi dengan standar internasional dibandingkan sebelumnya, seperti beradaptasi dengan standar Eropa,” tambah Bebin.
Namun Toyota, yang memiliki pangsa pasar domestik terbesar, mengalami kontrak penjualan pada bulan September sebesar 1,8 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 33.449 unit, namun angka tersebut masih meningkat 5 persen dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2019.
Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy mengatakan dampak kenaikan bahan bakar terhadap industri mobil harus diperhatikan dampak makroekonominya.
“Untuk jangka pendek, apa yang kita harapkan dari faktor bahan bakar adalah kemungkinan peralihan ke model lain di Toyota, dan hal ini biasanya bervariasi berdasarkan segmen. Beberapa mungkin tidak terpengaruh oleh kenaikan bahan bakar, tapi mungkin beberapa akan beralih,” kata Anton kepada Post pada hari Jumat.
Honda, yang memiliki pangsa pasar terbesar ketiga di Indonesia, mengalami lonjakan penjualan sebesar 287,3 persen YoY menjadi 13.394 unit pada September, naik 7 persen dibandingkan September 2019.
Yusak Billy, direktur pemasaran PT Honda Prospect Motor, menyatakan harapan bahwa harga bahan bakar akan kembali normal “sesegera mungkin”, namun mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi yang solid di kisaran 5 persen telah memberikan kontribusi positif bagi industri otomotif.
“Bagi kami, terbatasnya pasokan komponen karena kekurangan chip semikonduktor (secara global) sangat mempengaruhi pedagang grosir di jaringan distribusi kami,” kata Yusak kepada Post. “Fokus kami saat ini adalah bagaimana mendapatkan lebih banyak stok komponen sehingga kendaraan dapat dikirimkan ke konsumen secepat mungkin.”
Ketika pandemi ini muncul pada awal tahun 2020, penjualan mobil dalam negeri terdampak secara signifikan oleh langkah-langkah untuk memerangi COVID-19, dengan total penjualan mobil menyusut 48,5 persen menjadi 532.407 unit.
Tahun lalu, penularan varian Delta menghambat pemulihan ekonomi negara, dan meski penjualan mobil secara keseluruhan meningkat 66,8 persen menjadi 887.202 unit, namun masih mengalami kontraksi sebesar 13 persen dibandingkan angka pada 2019.