23 Mei 2023
IPOH – Juru masak restoran dari Perak menuju ke Singapura karena gaji yang lebih tinggi di sana.
Chooi Chak Lim, sekretaris Perak Ku Soo Shun Choon Hong (Asosiasi Restoran dan Koki), mengatakan ini adalah masalah yang dihadapi oleh beberapa dari 400 anggota asosiasi tersebut.
Dia mengatakan juru masak di sini biasanya dibayar RM3.000 sebulan, namun mereka ditawari RM6.500 (S$2.000) di Singapura.
“Jadi, banyak juru masak meninggalkan Perak untuk mencari padang rumput yang lebih hijau di Singapura. Ada pula yang pergi ke Kuala Lumpur, di mana mereka juga dibayar lebih tinggi dibandingkan ke negara bagian dan kota kecil,” ujarnya.
Chooi mengatakan kepala koki, terutama di hotel atau restoran besar, biasanya tetap tinggal karena gaji mereka antara RM10,000 dan RM20,000.
“Biasanya para juru masak di antara para kokilah yang mencari padang rumput yang lebih hijau.
“Untuk mengatasi permasalahan ini, anggota asosiasi perlu mendapatkan lulusan baru yang setelah memperoleh pengalaman yang diperlukan, juga akan mulai pindah ke tempat lain. Hanya ada sedikit gaji yang bisa ditingkatkan, terutama di negara-negara kecil,” katanya.
Wakil ketua Asosiasi Kedai Kopi Perak, Ooi Beng Yeaw, mengatakan banyak restoran menghadapi kekurangan juru masak.
Dia setuju dengan Chooi bahwa banyak juru masak, setelah mendapatkan tawaran yang lebih baik, pindah ke Kuala Lumpur atau Singapura.
Ooi mengatakan, lulusan baru sekolah kuliner banyak dicari sehingga tingkat turnovernya tinggi.
“Untuk kedai kopi tradisional tidak terlalu terpengaruh karena kedai tersebut dijalankan oleh keluarga.
“Biasanya di toko-toko ini pemiliknya membuat minuman, roti panggang dan lain sebagainya, sedangkan kiosnya disewakan kepada orang lain.
“Restoran-restoran besarlah yang paling banyak menghadapi masalah ini,” tambahnya.
Manajer kedai Nasi Ganja yang terkenal di Ipoh, Mohamed Nihmathullah Syed Mustaffah mengatakan semua juru masaknya didatangkan dari India dengan izin.
“Sejauh ini saya tidak mengalami masalah kekurangan juru masak. Ketiga juru masak saya berasal dari India,” ujarnya.
Di Sabah, menurut orang-orang yang berkecimpung di industri ini, tidak ada kekurangan koki yang signifikan di hotel-hotel di negara bagian tersebut.
Ketua Asosiasi Hotel Malaysia, Cabang Sabah dan Labuan, Hafizan Wong, mengatakan meskipun ada beberapa lowongan koki di sana-sini, mereka akan segera diisi oleh penduduk setempat.
Soal pilihan chef, dia mengatakan hotel-hotel di Sabah seringkali mengutamakan penduduk lokal.
“Petani lebih mengetahui budaya dan selera kami, itulah sebabnya kami lebih memilih mempekerjakan penduduk lokal,” ujarnya saat ditanya.
“Ketika timbul permasalahan dalam proses perekrutan, biasanya hal tersebut disebabkan oleh persyaratan atau kualifikasi tertentu yang harus dipenuhi oleh para kandidat sebelum dapat dipekerjakan.”
Hafizan mengatakan setelah pembatasan pandemi Covid-19 dicabut, ada periode singkat ketika banyak hotel terpaksa mempekerjakan kembali karena chefnya pindah atau memulai bisnis sendiri.
Namun, posisi tersebut terisi dengan cepat karena banyak juga yang mencari pekerjaan pada saat itu, katanya.
Sebuah survei baru-baru ini yang dilakukan di kota tersebut menemukan bahwa restoran makanan laut dan tempat makan lainnya penuh dengan pelanggan, sehingga menunjukkan bahwa tidak ada kekurangan juru masak.