Pergeseran pasir Timur Tengah – Asia News NetworkAsia News Network

16 Maret 2023

ISLAMABAD – Pencairan tak terduga antara Arab Saudi dan Iran merupakan kemenangan diplomatik besar bagi Tiongkok. Dalam upaya pemulihan hubungan yang ditengahi oleh Beijing, kedua musuh bebuyutan tersebut, yang telah terlibat dalam perang proksi di Timur Tengah selama beberapa tahun terakhir, sepakat untuk membangun kembali hubungan diplomatik dan meredakan ketegangan.

Perjanjian tersebut menunjukkan semakin besarnya pengaruh Tiongkok di salah satu kawasan yang paling bergejolak di dunia. Hal ini juga menyoroti perubahan tatanan dunia, dimana Tiongkok memainkan peran yang lebih besar di panggung dunia.

Relaksasi ini terjadi di saat meningkatnya persaingan antara dua negara adidaya Amerika dan Tiongkok, yang mengancam akan mendorong dunia ke dalam Perang Dingin baru. Banyak analis menggambarkan perjanjian yang ditandatangani kedua pihak di Beijing pekan lalu sebagai indikasi berkurangnya pengaruh AS di wilayah tersebut. Perjanjian ini mungkin tidak mengakhiri persaingan yang mengakar antara kedua kekuatan regional tersebut, namun hal ini dapat mengakhiri perselisihan dan membuka jalan bagi penyelesaian konflik secara damai di wilayah tersebut.

Kedua negara sepakat untuk membangun kembali hubungan diplomatik dan membuka kembali misi masing-masing dalam waktu dua bulan. Perjanjian tersebut juga menegaskan “penghormatan terhadap kedaulatan negara dan tidak adanya campur tangan dalam urusan dalam negeri negara”. Khususnya, pernyataan trilateral yang dirilis di Beijing pekan lalu juga menyebutkan perjanjian keamanan tahun 2001 dan perjanjian kerja sama yang lebih luas tahun 1998 antara Arab Saudi dan Iran.

Teheran dan Riyadh telah terlibat dalam perjuangan sengit untuk mendapatkan supremasi di kawasan Timur Tengah selama beberapa dekade. Keduanya terlibat dalam perang proksi di Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman. Namun semakin intensifnya perang saudara di Yaman telah berubah menjadi titik api dalam beberapa tahun terakhir, sehingga mengancam konflik regional yang lebih besar.

Détente Saudi-Iran terjadi pada saat meningkatnya persaingan antara Amerika dan Tiongkok.

Meskipun Arab Saudi mendukung pasukan pemerintah Yaman, pemberontak Houthi didukung oleh Iran. Perang saudara di Yaman telah meluas ke Arab Saudi, dengan pasukan pemberontak menargetkan fasilitas minyak di wilayah kerajaan tersebut. Kedua negara memutuskan hubungan diplomatik pada tahun 2016 setelah Arab Saudi mengeksekusi seorang ulama Syiah terkemuka, yang menyebabkan massa di Iran menjarah kedutaan Saudi di sana sebagai protes. Hal ini juga mengakhiri kerja sama kedua negara di berbagai bidang.

Program nuklir Iran juga menjadi masalah keamanan utama Saudi, sehingga meningkatkan persaingan antara kedua negara Teluk. Posisi anti-Iran mereka juga semakin mendekatkan Arab Saudi dan Israel. Tidak mengherankan jika keduanya menyambut baik keputusan pemerintahan Trump untuk menarik diri dari perjanjian nuklir Iran.

Selama beberapa tahun terakhir, Riyadh telah mengirimkan sinyal bahwa mereka siap untuk bekerja sama lebih besar dengan Israel. Kerajaan tersebut diam-diam mendukung pengakuan Israel oleh UEA dan beberapa negara Teluk lainnya. Namun ketakutan akan reaksi dari elemen ekstremis telah menghentikan Riyadh untuk secara terbuka menjalin hubungan resmi dengan Tel Aviv.

Arab Saudi telah lama menjadi sekutu Amerika yang paling setia di Timur Tengah. Meskipun kerajaan tersebut tetap bergantung pada Washington untuk keamanannya, hubungan antara keduanya mendingin di bawah pemerintahan Biden. Sambutan dingin yang diberikan Presiden Joe Biden selama kunjungannya ke Riyadh tahun lalu merupakan pesan yang jelas dari penguasa de facto Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, bahwa keadaan tidak akan berjalan seperti biasanya.

Hal ini sebagian merupakan respons terhadap kritik keras Presiden Biden mengenai dugaan peran putra mahkota dalam pembunuhan jurnalis Saudi dan warga AS, Jamal Khashoggi. Sebaliknya, Presiden Xi Jinping dari Tiongkok mendapat sambutan karpet merah saat mengunjungi Riyadh Desember lalu. Meningkatnya hubungan Beijing-Riyadh juga ditentukan oleh kepentingan ekonomi bilateral. Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Arab Saudi, dan kerajaan tersebut merupakan pemasok utama minyak bagi Arab Saudi.

Langkah Riyadh menuju rekonsiliasi dengan Iran juga didorong oleh Visi 2030 putra mahkota, yang mendiversifikasi perekonomian kerajaan yang bergantung pada minyak dengan menarik investasi asing. Hal ini juga menyerukan keterbukaan budaya masyarakat konservatif.

Sementara itu, dalam beberapa tahun terakhir terjadi penguatan hubungan bilateral antara Beijing dan Teheran, seiring dengan pengetatan sanksi AS terhadap Republik Islam tersebut. Tiongkok memandang Iran sebagai negara yang penting secara strategis dalam perubahan politik di kawasan. Pada tahun 2021, Tiongkok menandatangani perjanjian untuk menginvestasikan lebih dari $40 miliar dalam pembangunan infrastruktur dengan imbalan minyak. Presiden Iran mendapat sambutan meriah ketika dia mengunjungi Beijing awal tahun ini.

Perkembangan ini memberi Tiongkok kekuatan diplomasi yang besar dan memainkan peran mediasi antara kedua rival sengit tersebut. Kesepakatan minggu lalu dicapai setelah pembicaraan rahasia selama berhari-hari antara pejabat Saudi dan Iran, yang difasilitasi oleh Beijing. Perjanjian penting ini mencerminkan perubahan geopolitik regional. Ini juga merupakan kemenangan pribadi bagi Presiden Tiongkok Xi.

Terobosan diplomatik yang dramatis terjadi ketika ia terpilih untuk masa jabatan ketiga. Menjadi presiden, pemimpin partai, dan ketua militer Tiongkok menjadikan Presiden Xi pemimpin paling berkuasa dalam sejarah Tiongkok saat ini. Hal ini memberinya kekuasaan absolut untuk menentukan masa depan negaranya. Di bawah kepemimpinannya terdapat proyeksi kekuatan Tiongkok yang cukup besar. Secara internasional, Tiongkok kini memainkan peran yang lebih proaktif. Langkah Washington untuk membendung Tiongkok semakin memperkuat sikap Beijing. Hubungan antara AS dan Tiongkok memburuk akhir-akhir ini.

Tiongkok tidak hanya menantang kepemimpinan ekonomi Amerika dengan lebih intens dibandingkan sebelumnya, namun juga semakin menegaskan dirinya di panggung dunia. Pertumbuhan kekuatan ekonomi dan politiknya dipandang sebagai ancaman terhadap dominasi Amerika.

Ambisi Presiden Xi untuk mendorong Tiongkok menjadi pusat permainan kekuatan global menunjukkan perubahan besar dari pendekatan para pemimpin Tiongkok sebelumnya yang secara ketat menganut kebijakan untuk tidak memimpin konflik global. Memfokuskan energinya pada pembangunan membantu negara ini menjadi negara adidaya ekonomi. Namun kini Tiongkok juga mengambil alih kepemimpinan dalam urusan global. Perjanjian terbaru antara Arab Saudi dan Iran menunjukkan semakin meningkatnya ketegasan Tiongkok di panggung dunia. Peran Beijing yang semakin proaktif kemungkinan besar akan mengubah tatanan dunia yang ada.

Togel SDY

By gacor88